Kenaikan Indikator Pembangunan di Sektor Pendidikan

173 Selain itu, kebijakan pemerintah meningkatkan pendapatan pemerintah juga akan mendorong peningkatan indikator pertumbuhan sektoral, seperti angka partisipasi sekolah yang meningkat sebesar 0.626 persen, tahun lama bersekolah yang naik sebesar 0.82 persen, angka kematian bayi yang menurun sebesar 1.333 persen, dan angka usia harapan hidup yang meningkat sebesar 0.939 persen. Selanjutnya seluruh indikator pertumbuhan sektoral juga meningkat, yaitu sektor pertanian dan pengairan meningkat sebesar 1.262 persen, sektor pertambangan dan energi naik sebesar 1.143 persen, serta sektor perhubungan dan transportasi meningkat sebesar 0.986 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan pemerintah ini adalah turunnya angka pengangguran sebesar 6.596 persen.

7.2.7. Kenaikan Indikator Pembangunan di Sektor Pendidikan

Salah satu prioritas utama bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan. Kualitas pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan. Bahkan yang lebih penting lagi adalah pendidikan menjadi bekal dalam menghadapi era global yang sarat dengan persaingan antarbangsa yang berlangsung dengan sangat ketat. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan indikator pertumbuhan sektor pendidikan akan membutuhkan investasi yang besar, yang bisa berasal dari investasi langsung pemerintah baik melalui pendanaan rupiah murni atau pinjaman luar negeri, maupun investasi swasta melalui kerangka regulasi penciptaan iklim yang kondusif untuk berinvestasi di sektor pendidikan. Indikator utama yang dipergunakan untuk menilai pembangunan sektor pendidikan adalah angka partisipasi sekolah dan angka tahun lama bersekolah. Apabila pemerintah menerapkan kebijakan untuk menaikkan angka partisipasi sekolah sebesar 1 persen Alt.1 atau angka tahun lama bersekolah sebesar 5 persen Alt.2, maka investasi pemerintah di sektor pendidikan baik yang didanai dari rupiah murni maupun pinjaman luar negeri akan naik, masing-masing sebesar 0.244 persen dan 0.152 persen Alt.1, serta 1.276 persen dan 0.021 persen Alt.2. Akibat lebih lanjut adalah naiknya total belanja pemerintah 174 masing-masing sebesar 0.074 persen Alt.1 dan 0.084 persen Alt. 2. Hal ini disebabkan karena sumbangan belanja pemerintah dari sektor-sektor di luar sektor pendidikan secara bersama-sama cukup kuat mempengaruhi perilaku belanja pemerintah. Hasil simulasi akibat kebijakan pemerintah menetapkan target angka indikator yang harus dicapai dalam pembangunan sektor pendidikan, yaitu partisipasi sekolah naik 1 persen dan angka tahun lama bersekolah naik sebesar 5 persen ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 48. Tabel 48. Dampak Kenaikan Angka Partisipasi Sekolah Sebesar 1 Persen dan Angka Tahun Lama Bersekolah Sebesar 5 Persen No. Variabel Nilai Dasar APS ↗ 1 THSEK ↗ 5 Predicted Predicted 1 Produk Domestik Bruto 978457 980161.1 0.174 980076 0.165 2 Konsumsi Rumah Tangga 530602 532053 0.273 531902 0.245 3 Investasi Masyarakat 271245 271392 0.054 271378 0.049 4 Belanja Pemerintah 108873 108953 0.074 108964 0.084 5 Nilai Ekspor Bersih 67738 67763 0.037 67832 0.139 6 Pendapatan Pemerintah 87920 88197 0.315 88168 0.282 7 Defisit Anggaran 2.1019 2.1176 0.016 2.1219 0.020 8 Pembiayaan Rupiah Murni 16687 16814 0.763 16843 0.932 9 Pengel. Rp S. Pendidikan 3322 3330 0.244 3364 1.276 10 Pengel. Rp S. Kesehatan 2518 2529 0.437 2527 0.361 11 Pengel. Rp S. Pertanian 3939 3962 0.584 3968 0.736 12 Pengel. Rp S. Energi 2282 2332 2.191 2328 2.020 13 Pengel. Rp S. Perhubungan 2527 2546 0.752 2543 0.633 14 Pengel. Rp S. Lainnya 2100 2115 0.729 2112 0.567 15 Total Utang LN Pemerintah 29174 29228 0.183 29216 0.143 16 Utang LN S. Pendidikan 3951 3957 0.152 3952 0.021 17 Utang LN S. Kesehatan 3715 3727 0.328 3724 0.253 18 Utang LN S. Pertanian 5442 5454 0.224 5451 0.173 19 Utang LN S. Energi 8022 8039 0.212 8039 0.212 20 Utang LN S. Perhubungan 6049 6055 0.099 6054 0.084 21 Utang LN S. Lainnya 1994 1995.1 0.055 1995 0.056 22 Total Pemby. ULN Pemerintah 4107 4171 1.558 4160 1.289 23 Pemb. Utang S. Pendidikan 570 574 0.622 573 0.529 24 Pemb. Utang S. Kesehatan 493 513 4.109 510 3.376 25 Pemb. Utang S. Pertanian 987 1001 1.436 999 1.160 26 Pemb. Utang S. Energi 789 809 2.577 805 2.128 27 Pemb. Utang S. Perhubungan 901 906 0.534 906 0.484 175 No. Variabel Nilai Dasar APS ↗ 1 THSEK ↗ 5 Predicted Predicted 28 Pemb. Utang S. Lainnya 367 368 0.187 367 0.132 29 Angka Partisipasi Sekolah 91.9711 92.9711 1.00 92.6518 0.681 30 Angka Lama Bersekolah 7.0334 7.0374 0.057 7.3851 5.00 31 Angka Kematian Bayi 48.8447 48.1113 -1.501 48.0941 -1.537 32 Angka Usia Harapan Hidup 61.4597 61.7899 0.537 61.7743 0.512 33 Growth Sektor Pertanian 3.0619 3.0854 0.023 3.0842 0.022 34 Growth Sektor Energi 5.4076 5.4284 0.021 5.4267 0.019 35 Growth Sektor Perhubungan 6.2840 6.2978 0.014 6.2966 0.013 36 Angka Pengangguran 7732 7690 -0.543 7692 -0.516 Naiknya kemampuan pemerintah untuk membiayai belanja pemerintah menyebabkan naiknya jumlah total pembayaran utang luar negeri di setiap sektor pembangunan, masing-masing sebesar 1.558 persen Alt.1 dan 1.289 persen Alt.2. Kenaikan pemerintah dalam pembayaran utang cicilan pokok dan bunga ini menyebabkan rating pemerintah di mata donor meningkat, sehingga secara total pinjaman luar negeri pemerintah juga akan meningkat sebesar 0.183 persen Alt.1 dan 0.143 persen Alt.2. Ditinjau dari indikator makro ekonomi Indonesia, dampak dari kebijakan penetapan angka indikator sektor kesehatan yang harus dicapai ini adalah meningkatnya konsumsi rumah tangga masing-masing sebesar 0.273 persen Alt.1 dan 0.245 persen Alt.2. Sementara itu investasi masyarakat juga akan meningkat sebesar 0.054 persen Alt.1 dan 0.049 persen Alt.2. Peningkatan investasi masyarakat ini khususnya dalam partisipasinya di bidang pembangunan sektor pendidikan. Selanjutnya, peningkatan investasi ini pada akhirnya akan mendorong peningkatan pendapatan pemerintah, dimana masing-masing akan naik sebesar 0.315 persen Alt.1 dan 0.282 persen Alt.2. Namun, kenaikan belanja pemerintah yang lebih besar daripada kenaikan pendapatan pemerintah ini pada akhirnya akan meningkatkan persentase defisit anggaran terhadap PDB, dimana masing-masing akan naik sebesar 0.016 persen Alt.1 dan 0.02 persen Alt.2. Selanjutnya, kebijakan pemerintah ini akan mendorong naiknya ekspor bersih masing-masing sebesar 0.037 persen Alt.1 dan 0.139 persen Alt.2. Pada akhirnya rangkaian perubahan ini menghasilkan kenaikan PDB berturut- turut sebesar 0.174 persen Alt.1 dan 0.165 persen Alt.2. 176 Dilihat dari perkembangan indikator pembangunan sektoral, kebijakan pemerintah menaikkan angka partisipasi sekolah sebesar 1 persen Alt.1 ini akan menyebabkan angka tahun lama bersekolah naik sebesar 0.057 persen, angka kematian bayi turun 1.501 persen, dan angka usia harapan hidup naik sebesar 0.537 persen. Sementara itu pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan akan meningkat sebesar 0.023 persen, pertumbuhan sektor pertambangan dan energi naik sebesar 0.021 persen, dan pertumbuhan sektor perhubungan meningkat sebesar 0.014 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan ini adalah turunnya angka pengangguran sebesar 0.543 persen. Di sisi lain, kebijakan pemerintah menaikkan angka tahun lama bersekolah sebesar 5 persen Alt.2 akan berdampak pada naiknya angka partisipasi sekolah sebesar 0.681 persen, angka kematian bayi turun sebesar 1.537 persen, dan angka usia harapan hidup naik sebesar 0.512 persen. Sementara itu pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan akan meningkat sebesar 0.022 persen, pertumbuhan sektor pertambangan dan energi naik sebesar 0.019 persen, dan pertumbuhan sektor perhubungan dan transportasi meningkat sebesar 0.013 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan ini adalah turunnya angka pengangguran sebesar 0.516 persen. Ke dua simulasi kebijakan seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa pencapaian pertumbuhan indikator pembangunan sektoral dapat dicapai tanpa harus melalui intervensi langsung di bidang pembangunan yang terkait, tetapi juga bisa dicapai melalui kerangka regulasi yang dapat menggerakkan peranserta masyarakat dan swasta dalam pembangunan.

7.2.8. PenurunanKenaikan Indikator Pembangunan di Sektor Kesehatan