Kenaikan Penurunan Angka Indikator Pertumbuhan Sektoral

190

7.2.13. Kombinasi Kebijakan Simultan

7.2.13.1. Kenaikan Penurunan Angka Indikator Pertumbuhan Sektoral

Pemerintah dapat melakukan alternatif kebijakan melalui kombinasi kebijakan tanpa intervensi langsung terhadap instrumen anggaran dengan cara menaikkan menurunkan indikator pertumbuhan sektoral yang secara terpisah telah disimulasikan sebelumnya. Dampak dari kebijakan tersebut adalah naiknya belanja pemerintah sebesar 0.451 persen. Kondisi ini disebabkan karena pemerintah harus menaikkan alokasi dana pembangunan baik yang berasal rupiah murni maupun dari pinjaman luar negeri. Sumbangan kenaikan pendanaan pembangunan dari rupiah murni sebesar 1.828 persen berasal dari kenaikan alokasi rupiah murni di setiap sektor pembangunan, yaitu sektor pendidikan naik 1.203 persen, sektor kesehatan naik 1.516 persen, sektor pertanian dan pengairan naik 2.009 persen, sektor pertambangan dan energi naik 2.561 persen, sektor perhubungan dan transportasi naik 2.465 persen, serta sektor lainnya naik 1.239 persen. Untuk menutup kebutuhan belanja ini, pemerintah hanya mampu meningkatan pendapatannya sesuai dengan kemampuannya, yaitu sebesar 0.859 persen. Selebihnya akan dibiayai dari pinjaman luar negeri. Dampak yang timbul akibat kebijakan pemerintah tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 54. Tabel 54. Dampak Kenaikan Penurunan Indikator Pertumbuhan Sektoral No. Variabel Nilai Dasar KOMBINASI 1 Predicted 1 Produk Domestik Bruto 978457 981826 0.344 2 Konsumsi Rumah Tangga 530602 532793 0.413 3 Investasi Masyarakat 271245 271821 0.212 4 Belanja Pemerintah 108873 109364 0.451 5 Nilai Ekspor Bersih 67738 67848 0.162 6 Pendapatan Pemerintah 87920 88675 0.859 7 Defisit Anggaran 2.1019 2.1072 0.005 8 Pembiayaan Rupiah Murni 16687 16992 1.828 9 Pengel. Rp S. Pendidikan 3322 3362 1.203 10 Pengel. Rp S. Kesehatan 2518 2556 1.516 11 Pengel. Rp S. Pertanian 3939 4018 2.009 12 Pengel. Rp S. Energi 2282 2340 2.561 191 No. Variabel Nilai Dasar KOMBINASI 1 Predicted 13 Pengel. Rp S. Perhubungan 2527 2589 2.465 14 Pengel. Rp S. Lainnya 2100 2126 1.239 15 Total Utang LN Pemerintah 29174 29297 0.423 16 Utang LN S. Pendidikan 3951 3958 0.166 17 Utang LN S. Kesehatan 3715 3739 0.656 18 Utang LN S. Pertanian 5442 5459 0.306 19 Utang LN S. Energi 8022 8053 0.390 20 Utang LN S. Perhubungan 6049 6092 0.718 21 Utang LN S. Lainnya 1994 1996 0.110 22 Total Pemby. ULN Pemerintah 4107 4220 2.745 23 Pemb. Utang S. Pendidikan 570 580 1.592 24 Pemb. Utang S. Kesehatan 493 520 5.450 25 Pemb. Utang S. Pertanian 987 1015 2.785 26 Pemb. Utang S. Energi 789 823 4.409 27 Pemb. Utang S. Perhubungan 901 914 1.438 28 Pemb. Utang S. Lainnya 367 368 0.376 29 Angka Partisipasi Sekolah 91.9711 92.9711 1.00 30 Angka Lama Bersekolah 7.0334 7.3851 5.00 31 Angka Kematian Bayi 48.8447 46.4025 -5.00 32 Angka Usia Harapan Hidup 61.4597 64.5327 5.00 33 Growth Sektor Pertanian 3.0619 4.0619 1.00 34 Growth Sektor Energi 5.4076 6.4076 1.00 35 Growth Sektor Perhubungan 6.2840 7.2840 1.00 36 Angka Pengangguran 7732 7649 -1.073 Karena kebutuhan belanja yang lebih besar dari pendapatannya, pemerintah masih akan tetap menjalankan pembangunannya dengan cara pembiayaan defisit. Akibatnya persentase defisit anggaran pemerintah per PDB naik menjadi 0.005 persen. Defisit anggaran ini akan ditutup oleh pemerintah dengan menaikkan pinjaman luar negerinya sebesar 0.423 persen, yang berasal dari kenaikan pinjaman sektor pendidikan sebesar 0.166 persen, sektor kesehatan sebesar 0.656 persen, sektor pertanian dan pengairan sebesar 0.306 persen, sektor pertambangan dan energi sebesar 0.39 persen, sektor perhubungan dan transportasi sebesar 0.718 persen, serta sektor lainnya sebesar 0.11 persen. Namun, untuk mendapatkan pinjaman luar negeri yang baru, pemerintah perlu menunjukkan kredibilitasnya dengan meningkatkan pembayaran utang luar negerinya. Kenaikan tersebut berturut-turut di sektor pendidikan sebesar 1.592 192 persen, sektor kesehatan sebesar 5.45 persen, sektor pertanian dan pengairan sebesar 2.785 persen, sektor pertambangan dan energi sebesar 4.409 persen, serta sektor perhubungan sebesar 1.438 persen. Dari hasil simulasi diatas juga dapat dijelaskan bahwa peningkatan pertumbuhan sektor-sektor pembangunan tersebut akan menggerakkan partisipasi masyarakat dan swasta untuk meningkatkan investasinya, yang akan naik sebesar 0.212 persen. Hal ini akan memacu peningkatan ekspor, sehingga ekspor bersih meningkat sebesar 0.162 persen, yang pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar 0.413 persen. Kebijakan pemerintah menetapkan target pertumbuhan sektor-sektor pembangunan tersebut pada akhirnya akan dapat meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 0.344 persen, yang diikuti dengan turunnya angka pengangguran sebesar 1.073 persen.

7.2.13.2. Penurunan Utang LN, Pengaruh Lender Driven dan Kebocoran