Respon Angka Kematian Bayi

142 digunakan di sektor pendidikan akan menaikkan THSEK sebesar 0.0925 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.2261 persen dalam jangka panjang. Dengan kata lain utang luar negeri pemerintah di sektor pendidikan mempunyai sumbangan dalam meningkatkan angka THSEK. Hasil estimasi dampak perubahan alokasi rupiah murni, intervensi lender dan utang luar negeri sektor ini atas perilaku THSEK dapat diikuti selengkapnya pada Tabel 34. Tabel 34. Hasil Estimasi dan Elastisitas Angka Tahun Lama Bersekolah Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Label Estimate E SR E LR INTERCEP 2.362143 - - 0.0392 Intercept RPDIK 0.000030184 0.0146 0.0357 0.6041 Pengel. Rp S. Pendidikan DRVDIK -0.000176 -0.0280 -0.0686 0.5469 Lender Driven S. Pendidikan EFUTDIK 0.000234 0.0925 0.2261 0.1381 Efektif Utang S. Pendidikan LTHSEK 0.591089 - - 0.0026 Lag THSEK Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa variabel peubah bedakala pada Tabel 34, yaitu angka lama tahun bersekolah anak usia 13-15 tahun memerlukan waktu yang lama untuk mencapai titik keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Selain itu, fenomena ini juga menjelaskan bahwa besarnya angka lama tahun bersekolah pada tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas besarnya angka lama tahun bersekolah pada tahun yang sedang berjalan.

6.2.25. Respon Angka Kematian Bayi

Berdasarkan pengalaman empiris dan kebiasaan dalam penyusunan anggaran pembangunan, dapat dibangun model persamaan dimana perilaku variabel endogen Angka Kematian Bayi AKB dipengaruhi oleh alokasi rupiah murni dan jumlah utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor kesehatan sebagai variabel eksogennya. Hasil estimasi menunjukkan bahwa ke dua variabel penjelas tersebut secara statistik terbukti mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan dengan respon yang inelastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang terhadap perilaku AKB. Hal ini berarti setiap 1 persen kenaikan 143 alokasi rupiah murni dan kenaikan utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor tersebut berturut-turut akan menurunkan jumlah angka kematian bayi sebesar 0.0928 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.1576 persen dalam jangka panjang, serta 0.2018 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.3429 persen dalam jangka panjang. Dampak perubahan alokasi rupiah murni sektor kesehatan dan perubahan utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor tersebut terhadap perilaku angka kematian bayi dapat diikuti pada Tabel 35. Tabel 35. Hasil Estimasi dan Elastisitas Angka Kematian Bayi Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Label Estimate E SR E LR INTERCEP 43.086791 - - 0.0001 Intercept RPKES -0.00174 -0.0928 -0.1576 0.0025 Pengel. Rp S. Kesehatan EFUTKES -0.003677 -0.2018 -0.3429 0.0001 Efektif Utang S. Kesehatan LAKB 0.411452 - - 0.0003 Lag AKB Dari Tabel tersebut dapat ditarik penjelasan bahwa dalam mengalokasikan anggaran rupiah murni untuk pembangunan sektor kesehatan, pemerintah akan melihat kondisi AKB yang ada. Demikian pula dalam menentukan pinjaman baru untuk sektor kesehatan, pemerintah juga akan memperhatikan besarnya AKB yang telah dicapai. Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi perilaku AKB adalah variabel bedakalanya yang secara statistik cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku angka kematian bayi tersebut memerlukan waktu yang lama untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan situasi ekonomi yang terjadi.

6.2.26. Respon Angka Usia Harapan Hidup