163
Di sisi lain, mesyarakat mempunyai peluang yang lebih baik dalam berinvestasi sehingga angka investasi akan meningkat. Dampak yang lebih jauh
adalah turunnya PDB sebesar 0.417 persen. Kenaikan pendapatan dan belanja pemerintah yang disertai dengan turunnya PDB akan meningkatkan rasio
keseimbangan fiskal pemerintah terhadap PDB, yang dicirikan dengan meningkatnya defisit anggaran pemerintah sebesar 0.039 persen.
Selanjutnya, turunnya PDB akibat kebijakan pemerintah menurunkan lender driven sebesar 10 persen, ternyata disumbang oleh turunnya indikator-
indikator keberhasilan pembangunan sektoral, yaitu angka partisipasi sekolah menurun sebesar 0.158 persen, tahun lama bersekolah turun sebesar 0.406
persen, angka kematian bayi naik sebesar 1.312 persen, angka usia harapan hidup turun sebesar 0.444 persen, dan angka pertumbuhan sektor perhubungan
dan transportasi turun sebesar 0.261 persen. Selain itu, kebijakan pemerintah menurunkan pengaruh intervensi lender
ini justru akan meningkatkan angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan sebesar 0.197 persen dan angka pertumbuhan sektor pertambangan dan energi
sebesar 0.226 persen. Dari hasil simulasi ini dapat ditunjukkan bahwa intervensi kreditur dalam kebijakan pembangunan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri
pada beberapa sektor ternyata menimbulkan dampak yang positif. Hal tersebut dikarenakan sumber daya manusia dan kemampuan perusahaan-perusahaan
internasional yang berasal dari luar negeri relatif memang masih lebih baik. Hal yang merugikan adalah banyak perusahaan nasional yang tidak
mempunyai kesempatan berkompetisi dalam international bidding dan rendahnya pembelanjaan porsi loan di dalam negeri. Keberadaan pinjaman luar
negeri masih kurang mendukung penciptaan lapangan kerja baru. Namun hal tersebut lebih disebabkan karena kurang siapnya sumber daya manusia Indonesia
memasuki kompetisi global. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan ini adalah meningkatnya angka pengangguran sebesar 1.298 persen.
7.2.4. Penurunan Kebocoran Utang LN Pemerintah Sebesar 10 Persen
Dalam penelitian ini, kebocoran utang didefinisikan sebagai tidak efektif dan efisiennya utang luar negeri pemerintah digunakan untuk pembangunan
164
karena terjadinya mark-up harga, salah sasaran pembangunan, tidak dibutuhkan beneficieries, atau di korupsi, yang menyebabkan masih rendahnya kinerja
penggunaan utang luar negeri pemerintah untuk berperan secara optimal dalam mendukung pembangunan di Indonesia.
Kebijakan pemerintah untuk menekan kebocoran penggunaan utang luar negeri pemerintah sebesar 10 persen dari asumsi kebocoran yang terjadi dapat
dilakukan melalui pengefektifan fungsi instansi aparat pengawasan internal pemerintah dan eksternal pemerintah, aparat pengawasan fungsional, dan
mengintensifkan fungsi pengawasan oleh masyarakat, dengan punishment yang tegas namun adil.
Dampak kebijakan pemerintah menurunkan kebocoran utang sebesar 10 persen terhadap kinerja perekonomian Indonesia adalah naiknya porsi utang luar
negeri pemerintah yang efektif digunakan untuk pembangunan, yaitu sebesar 2.362 persen. Tersedianya lebih banyak sumber dana dari pinjaman luar negeri
untuk pembangunan ini menyebabkan turunnya alokasi rupiah murni yang digunakan untuk pembangunan, yaitu sebesar 2.322 persen. Akibatnya total
belanja pemerintah akan menurun sebesar 0.199 persen. Namun penurunan kebocoran ini hanya efektif menurunkan jumlah utang di sektor kesehatan serta
sektor perhubungan dan transportasi saja, sementara di sektor lain, kebutuhan pendanaan dari utang luar negeri masih dibutuhkan guna meningkatkan
pertumbuhan sektor tersebut. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa utang luar negeri masih dibutuhkan dalam membiayai pembangunan di saat pembiayaan
dari rupiah murni masih terbatas. Hasil simulasi dari kebijakan ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 45.
Tabel 45. Dampak Penurunan Kebocoran ULN Pemerintah Sebesar 10 Persen No.
Variabel Nilai Dasar
COR ↙ 10 Predicted
1 Produk Domestik Bruto
978457 984904
0.659 2
Konsumsi Rumah Tangga 530602
537556 1.311
3 Investasi Masyarakat
271245 271027 -0.080
4 Belanja Pemerintah
108873 108656 -0.199
5 Nilai Ekspor Bersih
67738 67665 -0.108
6 Pendapatan Pemerintah
87920 88672
0.855
165
No. Variabel
Nilai Dasar COR ↙ 10
Predicted
7 Defisit Anggaran
2.1019 2.0290 -0.073
8 Pembiayaan Rupiah Murni
16687 16300 -2.322
9 Pengel. Rp S. Pendidikan
3322 3266 -1.686
10 Pengel. Rp S. Kesehatan
2518 2486 -1.271
11 Pengel. Rp S. Pertanian
3939 3837 -2.589
12 Pengel. Rp S. Energi
2282 2191 -3.988
13 Pengel. Rp S. Perhubungan
2527 2454 -2.909
14 Pengel. Rp S. Lainnya
2100 2066 -1.619
15 Total Utang LN Pemerintah
29174 29178
0.014 16
Utang LN S. Pendidikan 3951
3952 0.025
17 Utang LN S. Kesehatan
3715 3716
0.027 18
Utang LN S. Pertanian 5442
5424 -0.331 19
Utang LN S. Energi 8022
8053 0.386
20 Utang LN S. Perhubungan
6049 6038 -0.182
21 Utang LN S. Lainnya
1994 1995
0.050 22
Total Pemby. ULN Pemerintah 4107
3984 -3.000 23
Pemb. Utang S. Pendidikan 570
561 -1.587 24
Pemb. Utang S. Kesehatan 493
457 -7.306 25
Pemb. Utang S. Pertanian 987
959 -2.890 26
Pemb. Utang S. Energi 789
753 -4.572 27
Pemb. Utang S. Perhubungan 901
889 -1.385 28
Pemb. Utang S. Lainnya 367
366 -0.350 29
Angka Partisipasi Sekolah 91.9711
92.3028 0.332
30 Angka Lama Bersekolah
7.0334 7.0959
0.889 31
Angka Kematian Bayi 48.8447
48.1521 -1.418 32
Angka Usia Harapan Hidup 61.4597
61.5386 0.128
33 Growth Sektor Pertanian
3.0619 3.6985
0.637 34
Growth Sektor Energi 5.4076
5.9548 0.547
35 Growth Sektor Perhubungan
6.2840 6.7985
0.515 36
Angka Pengangguran 7732
7574 -2.050
Akibat kebijakan ini, secara keseluruhan, utang luar negeri pemerintah masih akan meningkat sebesar 0.014 persen, kecuali utang di sektor pertanian
dan pengairan yang menurun sebesar 0.331 persen, serta sektor perhubungan dan transportasi yang menurun sebesar 0.182 persen.
Dampak lain dari kebijakan pemerintah menurunkan kebocoran utang luar negeri sebesar 10 persen ini akan meningkatkan indikator keberhasilan
pembangunan sektoral yaitu angka partisipasi sekolah naik sebesar 0.332 persen,
166
angka lama tahun bersekolah naik 0.889 persen, angka kematian bayi turun 1.418 persen, dan angka usia harapan hidup naik sebesar 0.128 persen.
Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan energi serta sektor perhubungan dan transportasi akan naik, berturut-turut sebesar 0.547 persen dan
0.515 persen. Yang menarik adalah fenomena di sektor pertanian. Meskipun akibat
penurunan kebocoran ini utang di sektor pertanian menurun, namun pertumbuhannya naik sebesar 0.637 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
pinjaman luar negeri tidak terlalu dibutuhkan di sektor pertanian yang relatif tidak membutuhkan skills dan teknologi yang tinggi. Investasinya cukup dengan
pendanaan dari sumber dalam negeri. Hal ini sejalan dengan Laporan Bank Dunia tahun 2008: ”Agriculture for Development” yang menyampaikan bahwa
dalam dua dekade terakhir, Official Development Assistance ODA untuk sektor pertanian di seluruh dunia menurun dengan tajam. Dari sekitar 18 persen pada
tahun 1979 menjadi 3.5 persen pada tahun 2004. Penurunan terjadi tidak hanya share-nya saja tetapi juga nilai absolutnya. Dari USD 8 juta pada tahun 1984
menjadi USD 3.4 juta pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan banyak negara di dunia yang semakin mengurangi utang luar negerinya untuk membiayai
pembangunan di sektor pertanian dan pengairan. Selain itu, kebijakan pemerintah menurunkan kebocoran utang luar
negeri sebesar 10 persen pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 0.659 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan ini
adalah turunnya angka pengangguran sebesar 2.05 persen.
7.2.5. Kenaikan Belanja Pemerintah Sebesar 10 Persen