143
alokasi rupiah murni dan kenaikan utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor tersebut berturut-turut akan menurunkan jumlah angka kematian bayi
sebesar 0.0928 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.1576 persen dalam jangka panjang, serta 0.2018 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.3429
persen dalam jangka panjang. Dampak perubahan alokasi rupiah murni sektor kesehatan dan perubahan
utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor tersebut terhadap perilaku angka kematian bayi dapat diikuti pada Tabel 35.
Tabel 35. Hasil Estimasi dan Elastisitas Angka Kematian Bayi Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
INTERCEP 43.086791
- -
0.0001 Intercept RPKES
-0.00174 -0.0928 -0.1576 0.0025 Pengel. Rp S. Kesehatan
EFUTKES -0.003677 -0.2018 -0.3429
0.0001 Efektif Utang S. Kesehatan LAKB
0.411452 -
- 0.0003 Lag AKB
Dari Tabel
tersebut dapat
ditarik penjelasan
bahwa dalam
mengalokasikan anggaran rupiah murni untuk pembangunan sektor kesehatan, pemerintah akan melihat kondisi AKB yang ada. Demikian pula dalam
menentukan pinjaman baru untuk sektor kesehatan, pemerintah juga akan memperhatikan besarnya AKB yang telah dicapai.
Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi perilaku AKB adalah variabel bedakalanya yang secara statistik cukup signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa perilaku angka kematian bayi tersebut memerlukan waktu yang lama untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat keseimbangannya
dalam merespon perubahan situasi ekonomi yang terjadi.
6.2.26. Respon Angka Usia Harapan Hidup
Dari hasil estimasi yang dibangun untuk persamaam perilaku angka Usia Harapan Hidup UHH dapat diketahui bahwa respon angka usia harapan hidup
manusia Indonesia terhadap fluktuasi alokasi rupiah murni dan utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor kesehatan adalah positif dengan respon yang
144
inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dan secara statistik cukup signifikan dengan tingkat kepercayaan diatas 95 persen.
Hal ini dapat diartikan bahwa setiap 1 persen kenaikan alokasi rupiah murni di sektor kesehatan akan menaikkan angka usia harapan hidup sebesar
0.0309 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.0397 persen dalam jangka panjang dengan tingkat kepercayaan sebesar 98 persen. Demikian pula, setiap
kenaikan 1 persen utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor kesehatan akan menaikkan angka usia harapan hidup sebesar 0.089 persen dalam jangka
pendek dan sebesar 0.1144 persen dalam jangka panjang dengan tingkat kepercayaan sebesar 99 persen. Selain itu, dari hasil estimasi ini juga dapat
dijelaskan bahwa kondisi UHH yang ada sangat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam pengalokasian anggaran pembangunan di sektor kesehatan,
baik yang berasal dari dana rupiah murni maupun pinjaman luar negeri. Respon angka usia harapan hidup terhadap perubahan alokasi rupiah
murni sektor kesehatan dan perubahan utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor tersebut dapat diikuti pada Tabel 36.
Tabel 36. Hasil Estimasi dan Elastisitas Angka Usia Harapan Hidup Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
INTERCEP 40.524163
- -
0.0002 Intercept RPKES
0.000732 0.0309
0.0397 0.0147 Pengel. Rp S. Kesehatan
DRVKES -0.000208 -0.0049 -0.0063
0.8438 Lender Driven S. Kesehatan EFUTKES
0.002046 0.0890
0.1144 0.0107 Efektif Utang S. Kesehatan
LUHH 0.22214
- -
0.1501 Lag UHH
Selain itu, perubahan kebijakan donor di sektor kesehatan scara statistik tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perilaku UHH dengan tingkat
kepercayaan sebesar 85 persen atau dengan peluang kejadian yang hanya sekitar 15 persen. Meskipun demikian, ditinjau dari sisi ilmu ekonomi, hubungan tanda
antara kedua variabel ini sesuai dengan harapan, yaitu apabila terjadi perubahan positif pada kebijakan donor atas pengadaan barang dan jasa pemerintah di
sektor kesehatan, maka angka usia harapan hidup akan menurun baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, namun dengan peluang terjadinya
kemungkinan tersebut hanya sebesar 15 persen.
145
Lebih jauh lagi, dari variabel peubah bedakala pada Tabel 36 dapat diketahui bahwa perilaku angka usia harapan hidup memerlukan waktu lama
untuk mencapai titik keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.27. Respon Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengairan