8.3.5 Aspek Kelembagaan
Berdasarkan data pada Tabel 54 juga dapat dilihat bahwa aspek kelembagaan memperoleh nilai rerata yaitu 1,93, sehingga termasuk pada
kategori jarang berpartisipasi. Dengan demikian pada dasarnya masyarakat
pertanian di Kawasan Agropolitan Pacet tidak aktif berpartisipasi pada aspek
kelembagaan dalam pengelolaan USDT berkelanjutan.
Pada aspek kelembagaan ini, yang menyebabkan nilai partisipasinya
rendah ádalah pada parameter sebagai berikut:
- menjadi anggota koperasi agar dalam pengelolaan USDT dapat berkelanjutan yang memperoleh nilai 1,54 sehingga termasuk kategori jarang berpartisipasi
- melakukan kegiatan evaluasi dalam pengelolaan USDT berkelanjutan yang memperoleh nilai 1,60 sehingga termasuk kategori jarang berpartisipasi.
Indikator kelembagaan yang nilainya sudah cukup baik sehingga partisipasi masyarakat termasuk kadang-kadang berpartisipasi atau cukup aktif
berpartisipasi ádalah : - menjadi anggota kelompok tani dalam upaya pengelolaan USDT
berkelanjutan yang memperoleh nilai 2,26 sehingga termasuk kategori kadang- kadang berpartisipasi
- hadir dalam kegiatan kelembagaan dalam pengelolaan USDT berkelanjutan yang memperoleh nilai 2,24 sehingga termasuk kategori kadang-kadang
berpartisipasi.
8.4 Keterkaitan Persepsi dengan Partisipasi Masyarakat
Persepsi menurut Anonim 2007 adalah proses pemahaman ataupun
pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus diperoleh dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. John Locke berargumentasi bahwa sejumlah kualitas sebagai ciri dari sebuah obyek, akan eksis hanya
apabila ada interaksi antara subyek yang memersepsidan obyek yang dipersepsi Anonim, 2007.
Persepsi masyarakat yang didekati dengan pendapat masyarakat di Kawasan Agropolitan Pacet terhadap pengelolaan USDT berkelanjutan sudah
tinggi. Kondisi tersebut hampir sama dengan hasil penelitian Gunawan 2007 tentang tingkat persepsi masyarakat desa Sirnarasa terhadap pelestarian
sumberdaya hutan di Taman Nasional Gunung Halimun yang berada pada tingkat sedang sampai tinggi.
Persepsi tersebut tidak terlepas dari pengetahuan dan pengertian mereka tentang hutan, namun tidak dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi rumah
tangga masyarakat tersebut karena masyarakat desa Sirnarasa telah terbentuk suatu pola pikir yang sama tentang hutan sebagai akibat proses interaksi dalam
masyarakat tersebut yang telah bersama dalam waktu yang sangat lama. Pendapat masyarakat pertanian di Kawasan Agropolitan Pacet terhadap
pengelolaan USDT berkelanjutan yang sudah tinggi tersebut ternyata belum diikuti oleh partisipasi masyarakat yang tinggi pula. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat di Kawasan Pacet dalam pengelolaan USDT berkelanjutan masih rendah, masyarakat hanya kadang-kadang berpartisipasi
dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Kondisi tersebut hampir sama dengan hasil penelitian Ngakan et al. 2006 tentang ketergantungan, persepsi dan
partisipasi masyarakat terhadap sumberdaya hayati hutan dimana masyarakat desa Pampli di Luwu Utara memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya hutan
yang terletak di sekitar kampung tempat mereka tinggal. Namun persepsi yang baik tersebut ternyata tidak diikuti dengan partisipasi yang baik dalam menjaga
keberlanjutan keberadaan sumberdaya hayati hutan. Faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat
menurut Ngakan et al. 2006 adalah karena tingkat pendidikan yang rendah dan
karena keinginan masyarakat untuk menikmati manfaat dari hutan yang sebesar- besarnya tanpa upaya maksimal. Sadli 2005 menyatakan bahwa antara
pemerintah dan masyarakat terdapat jurang persepsi dan kepentingan yang melebar, sehingga dapat memecut reaksi masyarakat yang hebat. Menurut Tim
Peneliti Ininnawa 2007 partisipasi masyarakat yang rendah dapat terjadi karena tingkat pengetahuan masyarakat yang sangat kurang seperti kasus upaya
pengembangan kapas transgenik dimana terungkap bahwa pengetahuan mereka tentang kapas transgenik Bt sangat kurang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara pendapat masyarakat pertanian di Kawasan Agropolitan Pacet dengan partisipasinya dalam
pengelolaan USDT berkelanjutan tidak sinkron, dimana pendapatnya sudah tinggi namun tingkat partisipasinya masih belum aktif. Sehingga masyarakat di
Kawasan Agropolitan Pacet masih memerlukan bimbingan dan keberpihakan kebijakan pemerintah serta pendampingan dari berbagai pihak agar masyarakat
ikut berpartisipasi aktif dalam pengelolaan USDT berkelanjutan.