Strategi Pengembangan Pertanian Terpadu

192 3 Tersedianya dana investasi dan modal kerja, melalui penyediaan kredit jangka panjang dengan tingkat suku bunga rendah oleh bankkoperasi 4 Adanya seperangkat aturan yang mencegah terjadinya monopoli 5 Adanya jaminan distribusi dan pemasaran hasil usaha tani 6 Tersedianya teknologi tepat guna sesuai kebutuhan spesifik lokalita desa 7 Adanya pembagian kerja usaha secara lokal, regional dan nasional, melalui pengembangan spesialisasi produksi yang sesuai dengan sumber setempat 8 Adanya dukungan kebijakan dan kemauan politik dari pemerintah 9 Berfungsinya lembaga-lembaga dalam masyarakat. Untuk mewujudkan ketahanan pangan, pengembangan kawasan agropolitan Pacet yang mempunyai produk unggulan wortel perlu terus dilaksanakan, termasuk kota-kota pertaniannya Sindang Jaya dan Sukatani dan desa-desa sentra produksi pertanian di sekitarnya, dengan batasan skala ekonominya. Pengembangan kawasan agropolitan Pacet juga memerlukan dukungan sumber daya air, karena dalam proses produksi semua jenis komoditi pangan baik yang berasal dari sumber daya nabati maupun sumber daya hewani memerlukan air dalam jumlah dan mutu yang cukup. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan mengabaikan aspek-aspek konservasi, akan melemahkan daya dukung lingkungan sumber daya air dan menurunkan kemampuan pasokan air, terutama di musim kemarau. Membangun kawasan agropolitan Pacet merupakan upaya agar potensi kawasan dapat dikembangkan melalui peningkatan kemampuan dan peran aktif masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Kawasan Agropolitan Pacet juga untuk menyeimbangkan sumber daya di wilayah perdesaan dan perkotaan, serta untuk menekan migrasi penduduk. Kawasan agropolitan Pacet sebagai pemasok hasil sayuran dalam bentuk produk primer belum diolah harus didorong agar mampu mensuplai produk setengah jadi atau barang jadi sehingga dapat menjadi pilar dalam peningkatan ketahanan pangan. Upaya pengembangan agropolitan Pacet menggunakan pendekatan agro-based sustainable development. Peran SDA dalam pembangunan sektor pertanian terpadu di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur merupakan komponen yang strategis. Ketergantungan terhadap SDA menuntut perlunya penetapan kebijakan yang terintegrasi, melalui 193 pembaruan penanganan dan pengembangan prasarana dan sarana SDA yang dilaksanakan secara simultan dan konsisten dengan program pengelolaannya. Arah pengembangan SDA di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur diupayakan berdasarkan paradigma baru pengelolaan SDA, yaitu : 1 Berwawasan lingkungan, 2 Peningkatan peran pemerintah sebagai pembina dan fasilitator, 3 Pelaksanaan secara konsisten desentralisasi kewenangan, dan 4 Secara berlanjut dilakukan kajian ulang, arah penanganan SDA sehingga sejalan dengan tuntutan globalisasi. Pembangunan infrastruktur SDA dan peningkatan kapasitas diarahkan untuk: - memenuhi kebutuhan masyarakat akan air dan mencegah terjadinya kinerja petani yang menurun sebagai akibat pasokan air yang kurang mencukupi - menerapkan konsep cost recovery, agar petani peduli dan sadar sehingga dapat berkontribusi terhadap operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana SDA - mengelola prasarana dan sarana SDA secara swadaya dan partisipatif, - mendorong kemandirian pengelolaan dan keberlanjutan pembangunan - menyusun rencana tindak lanjut dan rencana pembangunan jangka menengah, untuk dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan terintegrasi. Pendekatan pengelolaan kawasan agropolitan Pacet juga harus berupaya meningkatkan pendapatan melalui non-pertanian, karena dapat mengurangi tekanan pada tanah dan memberi kesempatan pada penduduk landless dan penduduk sekitar. Oleh karena itu, pengenalan potensi untuk mendukung penduduk yang berkeinginan melaksanakan kegiatan pembangunan dan diversifikasi juga membutuhkan investasi bagi pembangunan sarana dan prasarana untuk masyarakat seperti jalan, listrik, dll. X MODEL PENGELOLAAN USDT BERKELANJUTAN

10.1 Perancangan Model Pengelolaan USDT Berkelanjutan

Model pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi USDT berkelanjutan dirancang untuk menggambarkan proses partisipasi masyarakat dalam USDT berkelanjutan, proses penerapan teknologi produksi, proses pengendalian erosi dan proses perolehan pendapatan usahatani. Model dinamik yang dirancang, mencakup empat sub model sebagai berikut : - Sub model sosial dan kelembagaan - Sub model teknologi - Sub model lingkungan, dan - Sub model ekonomi. Data yang digunakan untuk menyusun model pengelolaan USDT Berkelanjutan diambil dari data penelitian sebelumnya.

10.1.1 Sub Model Sosial dan Kelembagaan

Sub model sosial dalam pengelolaan USDT berkelanjutan merupakan model dinamik yang memberi gambaran aspek sosial dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Aspek-aspek sosial tersebut terutama mencakup bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Peubah-peubah variabel-variabel yang berpengaruh dalam pengelolaan USDT berkelanjutan terdapat pada diagram sebab-akibat atau simpal-kausal causal loop pada Gambar 35. Persepsi Partisipasi + Luas Lahan Jmlh TK Kelg Jmlh Angg. Keltan Kmpuan Gapoktan + + + + DikLat Penduduk + PETANI + + + + - + + Gambar 35 Causal Loop Sub Model Sosial dan Kelembagaan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan Gambar 35 terlihat bahwa meningkatnya jumlah penduduk di kawasan agropolitan akan menyebabkan meningkatnya jumlah petani, terutama petani sayuran dataran tinggi. Kondisi ini akan memungkinkan jumlah petani yang masuk menjadi anggota kelompok tani juga akan bertambah. Besarnya jumlah anggota Kelompok tani selain disebabkan oleh banyaknya petani juga disebabkan oleh karena tenaga kerja keluarga semakin banyak, sehingga jumlah anggota kelompok tani yang akan menjadi anggota gabungan kelompok tani Gapoktan akan semakin bertambah dan Gapoktan menjadi kuat. Keadaan Gapoktan yang kuat akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan USDT di kawasan agropolitan. Petani memiliki sebidang lahan yang dikelola dalam usahatani, semakin banyak petani akan menyebabkan terjadinya fragmentasi lahan, sehingga luas lahan yang dikuasai petani sayuran semakin menyempit. Luasnya lahan yang dikelola petani akan menyebabkan petani memiliki “mind set “ tertentu yang akan menentukan persepsinya terhadap pengelolaan USDT berkelanjutan. Persepsi petani juga ditentukan oleh berapa banyak mereka telah mengikuti pendidikan dan latihan pertanian, baik yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pembangunan Perdesaan Swadaya P4S maupun oleh InstansiLembaga PemerintahSwasta lainnya. Persepsi petani yang baik di kawasan agropolitan biasanya akan dapat meningkatkan partisipasinya dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Selanjutnya dengan telah selesainya pembuatan diagram sebab-akibat causal loop secara lengkap, maka perlu dibuat struktur dari sub model sosial dan kelembagaan dalam pengelolaan USDT berkelanjutan sesuai skenario yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembuatan struktur dilakukan dengan cara melakukan pendefinisian terhadap setiap peubah yang ada dan memberikan arti hubungan antara peubah yang satu dengan lainnya. Dengan telah didefinisikannya setiap peubah, maka seluruh diagram alir telah siap untuk disimulasikan. Struktur dari sub model sosial dalam pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan sebagaimana terlihat pada Gambar 36. Berdasarkan struktur tersebut terlihat bahwa meningkatnya jumlah petani dan persepsinya, akan menyebabkan partisipasinyapun meningkat dan upaya yang dilakukan akan bertambah mantap.