Indeks Erosi Hujan R

166 dimana : - EI 30 merupakan indeks erosi hujan bulanan ton-mhacm - RAIN adalah curah hujan rata-rata bulanan cm - DAYS adalah jumlah hari hujan rata-rata per bulan hari - MAKP adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan tertentu cm - EI 30 Tahunan adalah jumlah EI 30 bulanan. Berdasarkan data curah hujan di stasiun Pacet yang telah dilaporkan ke Balai Penelitian Agroklimat di Cimanggu, diperoleh keadaan curah hujan sejak tahun 2002 sampai tahun 2006 sebagaimana terdapat pada Lampiran 22. Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung curah hujan rata-rata bulanan seperti terdapat pada kolom 3 pada Lampiran 23. Berdasarkan data tersebut juga dapat dihitung hari hujan rata-rata bulanan seperti terdapat pada kolom 5 pada Lampiran 23. Selanjutnya berdasarkan data dari Balai Penelitian Agroklimat di Cimanggu, diperoleh data curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Juni 2007 sebagaimana terdapat pada kolom 7 Lampiran 23. Hasil perhitungan sebagaimana rumus diatas diperoleh energi kinetis bulanan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember, sehingga hasil penjumlahan seluruh energi kinetis pada bulan - bulan yang bersangkutan diperoleh perkiraan besarnya energi kinetis tahunan EI 30 yaitu sebesar 7.437,71 ton-mhacm. Selanjutnya angka tersebut digunakan sebagai pendekatan untuk besarnya indeks erosi hujan R. Oleh karena hujan biasanya terjadi pada satu kawasan tertentu maka besarnya indeks erosi hujan R pada setiap lahan di Kawasan Agropolitan Pacet diasumsikan sama. Berdasarkan pendekatan EI 30 tahunan tersebut maka dapat diperkirakan besarya indeks erosi hujan R = 7.437,71 ton-mhacm.

7.2.2 Faktor Erodibilitas Tanah K

Penentuan besarnya faktor erodibilitas tanah K didasarkan pada hasil analisis tanah sebanyak 50 sampel tanah yang dilaksanakan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB dan Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yaitu antara lain : - kandungan bahan organik seperti terdapat pada kolom 3, Lampiran 24 - persentase pasir sangat halus dan debu pada kolom 5, Lampiran 24 167 - persentase liat pada kolom 6, Lampiran 24, - struktur tanah pada kolom 10, Lampiran 24 dan - permeabilitas pada kolom 13, Lampiran 24. Selanjutnya besarnya nilai faktor K dapat diperoleh dengan rumus : 100 K = 1,242 [2,1 M 1.14 10 -4 12 – a + 3,25 b-2 + 2,5 c -3] Dimana : M : kandungan pasir sangat halus dan debu a : kandungan bahan organik b : kode struktur tanah c : kode permeabilitas tanah. Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh nilai K pada setiap lahan usahatani sayuran dataran tinggi USDT sebagaimana terdapat pada Lampiran 24. Data tersebut memperlihatkan bahwa besarnya nilai K di Kawasan Agropolitan Pacet cukup variatif mulai dari nilai K rendah nilai K = 0,11-0,20 sampai nilai K tinggi 0,44-0,55, namun berdasarkan nilai rata-rata termasuk kategori sedang karena diperoleh nilai K rata-rata sebesar = 0,2466 yang terdapat pada kriteria 0,21- 0,32. K adalah nilai kepekaan erosi suatu tanah terhadap erosi tanah, semakin besar nilai K semakin peka suatu tanah terhadap erosi. Terlihat bahwa besarnya nilai K sangat dipengaruhi oleh besarnya kandungan pasir sangat halus dan debu, serta kandungan bahan organik tanah yang memegang peranan penting dalam membentuk agregat tanah yang stabil.

7.2.3 Faktor Lereng LS

Faktor lereng mencakup panjang lereng L dan kemiringan lereng S yang dihitung sekaligus berupa faktor LS. Faktor LS adalah perbandingan besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang terletak pada lereng dengan panjang 22 m dan kecuraman 9 . Besarnya Nilai LS pada setiap lahan USDT di Kawasan Agropolitan Pacet dihitung dengan rumus : LS = v X 0,0138 + 0,00965 s +0,00138 s 2 Dimana : X = panjang lereng m s = kecuraman lereng