11
a Sebagai sumbangsih pemikiran baru dalam upaya pengelolaan usahatani secara berkelanjutan di Kawasan Agropolitan yang berbasis komoditas
unggulan sayuran dataran tinggi agro based sustainable development b Sebagai metode alternatif dalam pembangunan pertanian dan
pembangunan perdesaan c Sebagai salah satu referensi dalam pengembangan IPTEK bidang
pengelolaan sumberdaya lahan 2 Petani Stake holder
Manfaat penelitian bagi stake holder adalah : a Dapat mengelola usahatani sayuran dataran tinggi secara bijaksana dan
lestari dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air b Dapat menerima informasi tentang program pembangunan pertanian dan
pembangunan perdesaan 3 Pengusaha Pertanian
Manfaat penelitian ini bagi para pengusaha pertanian adalah dapat berperan secara aktif dalam pengembangan agribisnis di Kawasan Agropolitan melalui
penyediaan sarana pertanian input, budidaya sayuran on farm, pemasaran agromarketing dan pengolahan hasil-hasil pertanian agroindustry
4 Aparat Pemerintah
Manfaat penelitian ini bagi aparat pemerintah baik di tingkat desa,
kecamatan dan kabupaten maupun di tingkat pusat adalah dapat menyusun program pembangunan pertanian dan perdesaan secara jangka menengah dan
jangka panjang serta dapat melakukan pengaturan masalah lingkungan secara bijaksana good environmental governance.
1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah : 1 Kondisi eksisting pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan
Agropolitan berada pada kategori kurang berkelanjutan
2 Komoditas unggulan sayuran dataran tinggi yang dibudidayakan oleh petani
di Kawasan Agropolitan berada pada kelas lahan yang sesuai S, dengan perkiraan laju erosi yang terjadi termasuk pada kategori tinggi
3 Masyarakat tani di Kawasan Agropolitan memiliki pendapat yang setuju, namun tidak aktif berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani sayuran
dataran tinggi berkelanjutan.
12
1.6 Kerangka Pemikiran
Keadaan dunia saat ini dipenuhi dengan berbagai permasalahan mulai dari pengurangan areal lahan hutan, kehilangan air dan erosi tanah,
penggurunan lahan, pengurangan areal lahan pertanian, degradasi lingkungan dan pengurasan sumberdaya energi yang disebabkan oleh peningkatan
ekonomi dan penduduk secara cepat, serta pembangunan dan pemanfataan berbagai macam sumberdaya Liu et al.,1999.
Di Indonesia, upaya pembangunan ekonomi dilakukan antara lain melalui pengembangan Kawasan Agropolitan, yang dilaksanakan secara terpadu oleh
berbagai Departemen. Bagi kalangan tertentu Program Pengembangan Kawasan Agropolitan telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya
kerusakan lingkungan. Hal tersebut juga pernah terjadi saat pengembangan Kawasan Brandywine River di Pensylvania Saaty, 1986 yang menghadapi
kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan, sehingga terjadi dilematis pengambilan keputusan apakah seharusnya mengizinkan
pembangunan sambil menginvestasikan uang untuk mencegah kerusakan lingkungan atau lebih baik membatasi pembangunan ?
Kawasan Agropolitan yang berbasis sayuran dataran tinggi merupakan kawasan dengan resiko kerusakan lingkungan terbesar karena berbagai tekanan
dari luar dan dari dalam kawasan itu sendiri yang dapat menyebabkan terjadinya malapetaka, baik didaerah hulu itu sendiri maupun daerah hilir. Pengembangan
Kawasan Agropolitan menekankan aspek agribisnis yang dalam konsep pembangunan ekonomi, sektor agribisnis terbagi menjadi 4 empat subsektor
yaitu agribisnis hulu up-stream agribussiness, agribisnis usahatani on-farm agribussiness, agribisnis hilir down-stream agribussiness, dan jasa penunjang
agribisnis supporting system Pambudy et al., 2002. Beberapa departemen melaksanakan pengembangan Kawasan
Agropolitan dengan membangun fasilitas jalan, jaringan pengairan, terminal agribisnis yang dapat meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut.
Kawasan Agropolitan akan menjadi ajang untuk meningkatkan usaha, baik di bidang pertanian maupun sektor lainnya, sehingga akan menimbulkan tekanan
terhadap lahan pertanian arable land yang semakin meningkat. Tekanan pertama berupa faktor eksternal yaitu berlomba-lombanya penduduk dari daerah
lain pindah dan membeli tanah di Kawasan Agropolitan baik untuk berusahatani dan berbisnis atau bahkan hanya berinvestasi dalam bentuk pemilikan lahan.
13
Perilaku demikian tentu akan sangat merugikan karena dapat mengakibatkan : 1 Terjadinya alih fungsi lahan dari daerah pertanian menjadi permukiman
penduduk dan penggunaan lahan untuk fasilitas lain yang dapat mengurangi areal lahan pertanian yang berarti mengancam kelestarian agropolitan
2 Bertambahnya penduduk dari luar kawasan akan meminggirkan penduduk asli Kawasan Agropolitan yang dapat menyebabkan berkurangnya lahan
garapan mereka, sehingga mereka menjadi buruh tani atau mengelola lahan kurang subur dan atau merambah hutan sehingga menimbulkan erosi,
longsor dan kerusakan lahan lainnya 3 Bertambahnya penduduk juga akan menambah volume sampah yang dapat
menimbulkan pencemaran dan dampak lingkungan lainnya. Tekanan kedua berupa faktor internal yaitu para petani secara intensif
mengelola lahan pertaniannya agar dapat memberikan hasil sayuran yang setinggi-tingginya
dengan melakukan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman baik dengan pemupukan, penyiangan, pemberantasan
hama penyakit, sampai panen. Perilaku demikian dapat mengakibatkan : 1 Terjadinya aliran permukaan yang berlebihan apabila lahan sering terbuka
karena seringnya pengolahan tanah 2 Erosi dan longsor apabila budidaya sayurannya tidak memenuhi kaidah-
kaidah konservasi tanah dan air dan kegiatan panen dilakukan pada saat curah hujan sangat tinggi
3 Pengurasan hara tanah bila masukan pupuk yang diberikan tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman sayuran dan pergiliran tanaman yang dilakukan
tidak mempertimbangkan aspek kebutuhan unsur hara tanaman. Usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan sangat
kompleks karena mencakup banyak aspek kehidupan manusia, sehingga memerlukan perhatian yang serius agar dapat tercipta agropolitan berkelanjutan
yang memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat perdesaan. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya pengelolaan usahatani sayuran dataran
tinggi secara berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan
Agropolitan menggunakan pendekatan teoritis dari Sitorus dan Liu et al. Sitorus 2004 menyatakan bahwa dimensi pembangunan berkelanjutan meliputi aspek
ekonomi, yang mencakup pertumbuhan yang berkelanjutan dan efisiensi, aspek sosial mencakup keadilan, kohesi sosial atau keterpaduan kehidupan sosial,
14
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, sedangkan aspek ekologi mencakup keterpaduan ekosistem, sumberdaya alam, daya dukung lingkungan,
keanekaragaman hayati. Liu et al. 1999 menyatakan bahwa Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan merupakan refleksi dalam bidang ekonomi pertanian dan perdesaan, dan hal tersebut adalah dasar dan garansi fundamental serta
bidang pertama dari pembangunan berkelanjutan. Seperti halnya Indonesia, China juga berpenduduk sangat banyak, dengan sumberdaya yang relatif tidak
cukup, pertanian merupakan kunci yang menentukan dapat atau tidaknya ekonomi nasional tumbuh secara nyata.
Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan menurut Liu et al. 1999 mencakup empat subsistem yaitu subsistem ekonomi, teknologi, ekologi dan
subsistem masyarakat perdesaan, yang strukturnya terlihat pada Gambar 1.
Sistem Pertanian Berkelanjutan
Sistem Ekonomi Sistem Teknologi Sistem Ekologi Sistem Sosial Perdesaan
Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem
Industri I Industri II Industri III Sumberdaya Lingkungan Alam Ekologi
Sistem Sistem
Sistem Popularitas Aplikasi Inovasi
Teknologi Teknologi Teknologi
Gambar 1 Struktur Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.
Berdasarkan struktur sistem tersebut maka aspek ekonomi dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan, didekati dengan
penentuan besarnya pendapatan petani yang tertinggi berdasarkan pola tanam, pergiliran tanaman dan komoditas unggulan sayuran, yang memberi peluang
pengembangan agroindustri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Aspek teknologi dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi
berkelanjutan didekati dengan penentuan jenis teknologi konservasi tanah dan air dan teknologi budidaya sayuran dataran tinggi. Penerapan teknologi tersebut
diharapkan mengakibatkan aliran permukaan run off dan jumlah erosi yang terkecil, yang berada dibawah tingkat erosi yang diijinkan tolerable soil loss.
15
Dengan demikian degradasi lingkungan baik di daerah hulu maupun hilir dapat dikurangi dan kawasan budidaya sayuran dataran tinggi dapat terjaga
kelestariannya. Aspek ekologi dalam pengelolaan berkelanjutan didekati dengan daya
dukung lahan yaitu kondisi lahan itu sendiri dan agroklimat, sehingga dapat dianalisis kesesuaian lahannya land suitability atau kemampuan lahannya
land capability. Aspek sosial perdesaan kaitannya dengan pengelolaan usahatani
sayuran dataran tinggi berkelanjutan didekati dengan persepsi dan partisipasi masyarakat sehingga dapat dilakukan analisis bagaimana pendapat masyarakat
dan partisipasinya dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan, apakah terdapat hubungan yang positif
antara pendapat masyarakat dengan tingkat partisipasinya ? Kerangka pemikiran model pengelolaan usahatani sayuran dataran
tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan dapat dilihat pada Gambar 2.
1.6 Kebaruan Penelitian Novelty