Keadaan Responden Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Daratan Tinggi Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan

119 Responden yang memiliki tenaga kerja keluarga kurang dari 3 orang sebanyak 41 orang 82 , sebanyak 7 orang 14 responden memiliki tenaga kerja keluarga 3-5 orang dan hanya 2 orang 4 responden yang anggota keluarganya menjadi tenaga kerja keluarga dengan jumlah lebih dari 5 orang. Dalam melakukan usahatani, hanya 27 orang 54 yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan rata-rata 3 orang tenaga kerja. Seluruh responden tidak memiliki lahan sawah dan hanya menguasai lahan kering serta sebagian memiliki lahan pekarangan. Dari 50 responden, yang memiliki pekarangan hanya tujuh orang dengan rata-rata luas pekarangan hanya 20 m 2 dan hanya satu orang yang ada tanamannya di pekarangan. Lahan kering yang dikuasai oleh 33 responden 66 kurang dari 0,25 ha, sedangkan 9 orang 18 menguasai lahan seluas 0,25-0,50 ha dan hanya 8 responden 16 yang menguasai lahan kering lebih dari 0,50 ha. Lahan kering yang dikuasai sebagian besar yaitu 42 orang 84 berstatus hak milik, 4 orang 8 memiliki status sewa dan 4 orang 8 memiliki status sakap. Jenis dan status ternak milik responden dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Keadaan Ternak milik Petani Sayuran Dataran Tinggi Di Kawasan Agropolitan No Jenis Ternak Jumlah Responden Rerata Pemilikan Status 1 Ayam 3 9 milik 2 Kambing 2 2 50 milik dan 50 gaduh 3 Domba 1 3 milik Ditinjau dari pendapatan responden, maka sebagian besar responden yaitu 33 orang 66 hanya memperoleh pendapatan usahatani per bulan kurang dari Rp.1 juta, 5 orang 10 berpendapatan Rp. 1-2 juta, 3 orang 6 berpendapatan Rp. 2,1–3 juta dan hanya 9 orang 18 yang berpendapatan lebih besar dari Rp 3,1 juta. Ditinjau dari pendapatan non usahatani per bulan, maka sebagian besar responden yaitu 16 orang 57,14 hanya memperoleh pendapatan kurang dari Rp. 1 juta, 11 orang 39,29 berpendapatan Rp. 1-2 juta, dan hanya 1 orang 3,57 yang berpendapatan lebih besar dari Rp. 2,1 juta. 120

5.2 Analisis Keberlanjutan Kondisi USDT Saat Ini

Penilaian keberlanjutan kondisi sistem usahatani sayuran dataran tinggi USDT saat ini di Kawasan Agropolitan Pacet dilakukan dengan metode Multidimensional scaling MDS yang disebut dengan metode Rap-USDT. Metode Rap-USDT merupakan pengembangan metode Rapfish yang telah digunakan untuk menilai status keberlanjutan pembangunan perikanan tangkap. Analisis Rap-USDT akan menghasilkan status dan Indeks Keberlanjutan IKb sistem USDT di Kawasan Agropolitan sebagaimana terlihat pada Gambar 15. USDT Ordination Good Bad Up Down -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 USDT Status Other Distingishing Features Real USDT = 49,28 Reference anchors Anchors Gambar 15 Analisis Rap-USDT yang menunjukkan nilai IKb-USDT di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur. Hasil analisis Rap-USDT dengan menggunakan metode MDS menghasilkan nilai Indeks Keberlanjutan USDT IKb-USDT di Kawasan Agropolitan Pacet sebesar 49,29 pada skala sustainabilitas 0 - 100 . Nilai IKb-USDT sebesar 49,29 diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 38 atribut seperti terdapat pada Lampiran 10 yang mencakup lima dimensi yaitu dimensi sosial, ekonomi, ekologi, teknologi dan etika. Untuk mengetahui kondisi sistem USDT saat ini di Kawasan Agropolitan Pacet maka perlu dibandingkan dengan kategori status keberlanjutan. Kategori status keberlanjutan sistem USDT yang digunakan dalam analisis Rap-USDT adalah sebagai berikut: 121 Nilai indeks 0 - 25 berkelanjutan buruk 26 - 50 kurang berkelanjutan 51 - 75 cukup berkelanjutan 76 - 100 berkelanjutan baik Oleh karena hasil analisis Rap-USDT sebesar 49,29 , maka kondisi USDT saat ini di Kawasan Agropolitan Pacet termasuk kategori kurang berkelanjutan, mengingat nilai IKb-USDT berada pada selang nilai 26 - 50 . Berdasarkan analisis Rap-USDTdiperoleh pula hubungan keterkaitan antar atribut yang diukur dengan Squared Correlation R 2 yaitu sebesar 0,957. Hal tersebut menunjukan bahwa keterkaitan di antara atribut mencapai 95,7 , sehingga dapat dinyatakan bahwa hubungan antara atribut yang satu dengan lainnya sangat kuat. Selanjutnya untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi sistem USDT digunakan analisis Montecarlo. Berdasarkan hasil Montecarlo Analysis diperoleh nilai Stress sebesar 0,137. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh galat sangat kecil yaitu hanya 13,7 , karena nilai galatnya berada dibawah 20 maka tingkat kesalahannya dapat diterima. Berdasarkan analisis setiap dimensi maka diperoleh perbandingan keberlanjutan antar dimensi yang dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang Kite diagram seperti terlihat pada Gambar 16. Keberlanjutan Usaha Tani 53,67 44,4 32,43 59,44 57,73 20 40 60 80 100 Ekologi Teknologi Ekonomi Sosial Etika Gambar 16 Visualisasi Indeks Keberlanjutan setiap Dimensi USDT di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur. Untuk mengetahui dimensi aspek pembangunan apa yang masih lemah dan memerlukan perbaikan maka dilakukan analisis Rap-USDT pada setiap dimensi.