Skala indeks keberlanjutan kondisi eksisting sistem USDT mempunyai selang 0-100, apabila sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks 50, maka
sistem tersebut berkelanjutan sustainable, sebaliknya apabila 50 maka sistem tersebut belum berkelanjutan un-sustainable.
Berdasarkan skala dasar tersebut agar lebih rinci, maka dibuat empat kategori Indeks Keberlanjutan IKb Sistem Usahatani Sayuran Dataran Tinggi
USDT sebagai berikut : - 25
status keberlanjutan buruk - 25-50
status kurang berkelanjutan - 50-75
status cukup berkelanjutan - 75
status berkelanjutan baik. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang
paling sensitif memberikan kontribusi terhadap IKb-USDT di Kawasan Agropolitan. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan ” Root
mean square RMS” khususnya pada sumbu X atau skala sustainabilitas. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka
semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai IKb-USDT pada skala sustainabilitas atau semakin sensitif atribut tersebut dalam
keberlanjutan sistem USDT di Kawasan Agropolitan. Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan
nilai ordinansi sistem USDT digunakan analisis ”Monte Carlo” yang manfaatnya:
-
pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi kawasan agropolitan yang belum sempurna atau terjadi
kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor tersebut
-
pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan persepsiopini peneliti
-
stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi
-
kesalahan pemasukan data atau hilangnya data missing data
-
tingginya nilai stress hasil analisis sistem, nilai stress diterima apabila 25.
3.6.2 Penentuan Kesesuaian Komoditas Sayuran
Analisis untuk mengetahui suatu sayuran sesuai atau tidak untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan sehingga menjadi suatu komoditas
unggulan dapat dilakukan dengan Metode Perbandingan dengan jenis-jenis parameter yang meliputi kualitas lahan dan karakteristik lahan yang dinilai dalam
evaluasi lahan tingkat Semi detil dan Detil.
Kualitas lahan dan karakteristik lahannya dapat ditentukan berdasarkan persyaratan tumbuh tanamanekologi, persyaratan pengelolaan dan persyaratan
konservasi.
Persyaratan Tumbuh TanamanEkologi. Persyaratan tumbuh tanaman ekologi
dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut : - Rejim Radiasi : panjang lama penyinaran
- Rejim Suhu : suhu rata-rata tahunan dan bulanan, suhu rata-rata, suhu maksimumminimum bulanan
- Rejim Kelembaban udara : kelembaban nisbi - Ketersediaan Air : curah hujan tahunan dan bulanan, bilan kering 60 mm
serta Length of Growing Period lamanya periode tumbuh
-
Media perakaran : drainase, tekstur, kedalaman efektif, gambut
-
Retensi hara : KTK , pH dan C organik
-
Ketersediaan Hara : N total, P2O tersedia dan K2 O tersedia
-
Bahaya banjir : periode dan frekuensi
-
Kegaraman : daya hantar listrik DHL
-
Toksisitas : kejenuhan Al dan bahan sulfidik.
Persyaratan Pengelolaan. Persyaratan pengelolaan dapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu : - Kemudahan Pengelolaan : tekstur tanahbahan kasar dan kelas kemudahan
pengolahan Angka Atterberg - TerrainPotensi Mekanisasi : kemiringan lahan, batu di permukaan lahan dan
singkapan batuan
Persyaratan Konservasi. Persyaratan konservasinya yaitu :
- Bahaya Erosi : indeks bahaya erosi Erosion Hazard Index .
3.6.3 Pendugaan Besarnya Erosi
Erosi yang masih dapat dibiarkan tolerable erosion = T. Beberapa cara dapat
digunakan untuk menetapkan besarnya erosi yang masih dapat
diijinkandibiarkan permissible atau tolerable erosion = T. Arsyad 1989
menyarankan menggunakan nilai T yang disarankan Thompson, yang menggunakan kedalaman tanah, permeabilitas lapisan bawah dan kondisi sub
stratum yang didasarkan dengan kondisi Indonesia seperti tertera pada Tabel 10.
Tabel 10 Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-Tanah di Indonesia No
Sifat Tanah dan Substratum Nilai T mmth
1 Tanah sangat dangkal diatas batuan
0,0
2 Tanah sangat dangkal diatas batuan telah
Melapuk tidak terkonsolidasi
0,4
3 Tanah dangkal diatas bahan telah melapuk
0,8
4 Tanah kedalaman sedang diatas bahan telah melapuk
1,2
5 Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap
air diatas substrata yang telah melapuk
1,4
6 Tanah yang dalam dengan lapisan bawah permeabilitas
lambat, diatas substrata yang telah melapuk
`1,6
7 Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang
berpermeabilitas sedang, diatas substrata yang telah melapuk
2,0
8 Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang
permeabel, diatas substrata yang telah melapuk
2,5
Keterangan: mm x berat volume x 10 = tonhatahun
Berat Volume tanah berkisar antar 0,8 sampai 1,6 grcc akan tetapi pada umumnya tanah-tanah berkadar liat tinggi mempunyai Berat Volume antara 1,0 – 1,2 grcc.
Menurut Arsyad 1989 di Amerika Serikat, nilai T berkisar 2 - 5 ton per acre per tahun 4,48 – 11,21 thatahun, yang ditetapkan oleh Wischmeier dan
Smith 1978 berdasarkan pada sistem pertanian yang menggunakan tingkat masukan tinggi. Menurut Hardjowigeno 1987 untuk tanah–tanah di Indonesia
besarnya T maksimum untuk tanah-tanah yang dalam dengan lapisan bawah subsoil yang permeabel dengan substratum yang tidak terkonsolidasi telah
mengalami pelapukan adalah 2,5 mm per tahun. Bila bobot tanah 1,2 gcc maka nilai tanah ini sama dengan 30 ton hatahun.
Prediksi erosi yang terjadi. Analisis pendugaan besarnya erosi yang terjadi di
areal pertanian dapat menggunakan pendekatan persamaan prediksi kehilangan tanah secara komprehensif atau dikenal the Universal Soil Loss Equation
USLE Troeh et-al 2004. Menurut Arsyad 1989 USLE merupakan model kotak kelabu untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah, yang
memungkinkan menduga rata-rata laju erosi suatu tanah tertentu, pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu, untuk setiap macam pertanaman
dan tindakan pengelolaan tindakan konservasi tanah yang mungkin dilakukan atau sedang dipergunakan.
.Rumus yang digunakan adalah berdasarkan pendugaan Wischmeier dan Smith yaitu :
A = R x K x LS x C x P .....................................2
dimana : - A : Besarnya Erosi yang mungkin terjadi tonsac- yr
- R : Besarnya faktor curah hujan dan aliran permukaan 100s offt-tonsac-yr - K : Besarnya faktor kepekaan erodibilitas tanah, kehilangan tanah per unit
dari erosivitas hujan dari lahan kosong pada kemiringan 9 , kemiringan 72, 6 ft 22,1 m panjang, tons tanah per 100 ft - tons
curah hujan. - LS : Besarnya faktor panjang lereng dan kemiringan tak ada satuan
- C : Besarnya faktor pengelolaan penutup tanaman - P : Besarnya faktor tindakan pengelolaan tanah konservasi tanah.
Besarnya nilai–nilai faktor yang mempengaruhi erosi didekati dengan : 1 Nilai R
Nilai R didekati dengan Indeks Erosi Hujan Wischmeier EI
30
, dimana : - R yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian
antara energi hujan total E dengan intensitas hujan maksimum 30 menit I
3 0
tahunan. Untuk dapat menghitung besarnya nilai R dapat digunakan beberapa rumus
sebagai berikut yaitu : E I
30
= 6, 119 RAIN
121
DAYS
–0,47
MAXP
0,53
………....3 Maknanya adalah :
- E I
30
merupakan indeks erosi hujan bulanan, - RAIN adalah curah hujan rata-rata bulanan dalam sentimeter
- DAYS adalah jumlah hari hujan rata-rata per bulan dan - MAKP adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan
bersangkutan - E I
30
Tahunan adalah jumlah E I
30
bulanan. 2 Nilai K
Faktor erodibilitas tanah K adalah nilai kuantitatif yang telah didefinisikan. Besarnya Nilai K didekati berdasarkan nilai K beberapa tanah di
Indonesia menurut Kurnia dan Suwardjo 1984 dalam Arsyad 1989 atau dengan persamaan sebagai berikut :
100 K = 1,292 [ 2,1 M
1.14
10
– 4
12- a + 3,25 b- 2 + 2,5 c – 3 …….4
Dimana : - M adalah persentase pasir sangat halus dan debu diameter 0,1- 0,05 mm
dan 0,05 – 0,02 mm x 100 – persentase liat
-
a adalah persentase bahan organik
-
b adalah kode struktur tanah yang dipergunakan dalam klasifikasi tanah Tabel 11
-
c adalah kelas permeabilitas profil tanah didekati dengan Tabel 12.
Tabel 11 Kode Struktur Tanah
No Kode Struktur Tanah ukuran diameter
Kode 1
Granuler sangat halus 1 mm 1
2 Granuler halus 1-2 mm
2 3
Granuler sedang sampai kasar 2-10 mm 3 4
Berbentuk Blok, Blocky plat, masif 4
Tabel 12 Kode Permeabilitas Profil Tanah
No Kode Permeabilitas
Kecepatan cmjam Kode 1
Sangat Lambat 0,5
6 2
Lambat 0,5 – 2,0
5 3
Lambat sampai sedang 2,0 – 6,3
4 4
Sedang 6,3 – 12,7
3 5
Sedang sampai cepat 12,7 – 25,4
2 6
Cepat 25,4
1 Setelah data-data tersebut diperoleh selanjutnya dengan menggunakan
Nomograf erodibiltas tanah maka dapat diketahui besarnya nilai K. 3 Nilai LS
Nilai panjang dan kemiringan lereng dihitung sekaligus berupa faktor LS, yaitu rasio antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng
dan kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang terletak pada lereng dengan panjang 22 meter dan kecuraman 9 persen .
Nilai LS didekati dengan persamaan sebagai berikut : LS
=
v
X 0,0138 + 0,00965 s + 0,00138 s
2
…….…………5
Dimana :
-
X adalah panjang lereng dalam meter dan
-
S adalah kecuraman lereng dalam persen Selain daripada itu nilai LS juga dapat diperoleh dari Nomograf faktor LS.
4 Nilai C Faktor C dalam USLE adalah nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang
bertanaman dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih.
Faktor ini mengukur pengaruh bersama jenis tanaman dan pengelolaan. Nilai C dapat didekati dengan Nilai faktor C Pengelolaan tanaman menurut
Arsyad 1989 seperti terdapat pada Tabel 13. 5 Nilai P
Faktor P adalah nisbah besarnya erosi dari tanah dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang yang diolah
menurut arah lereng. Nilai P dapat didekati dengan Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi tanah khusus menurut Arsyad 1989 seperti
terdapat pada Tabel 14. Menurut Ritung et al. 2004 fase erosi dapat menjadi parameter
pembeda batas-batas pada peta tanah namun akan berbeda kesesuaian lahannya dan kebutuhan pengelolaannya. Fase tanah tererosi dapat diketahui
dari tanda-tandanya sebagai berikut :
-
Tererosi ringan : lahan tererosi ringan tererosi kelas 1 biasanya tidak dibedakan dengan lahan yang tidak tererosi.
-
Tererosi sedang : tanah telah menjadi lebih dangkal sehingga tanah memerlukan pengelolaan yang berbeda dengan tanah-tanah yang tidak
tererosi.
-
Tererosi berat : erosi telah menyebabkan kerusakan tanah yang berat sehingga tanah yang tererosi tersebut hanya dapat digunakan untuk hal
yang kurang intensif dan memerlukan penanggulangan segera untuk dapat digunakan seperti tanah yang tidak tererosi.
- Fase berparit erosi : dapat dijumpai pada satuan peta bila penyebarannya 10 sedangkan bila satuan peta mempunyai penyebaran lahan berparit erosi
10 maka satuan peta diberi nama kompleks atau asosiasi tanah dan lahan berparit erosi.
Tabel 13 Nilai Faktor C Pengelolaan Tanaman No
Macam Penggunaan Nilai Faktor
1 Tanah terbuka tanpa tanaman
1,0
2 Sawah
0,01
3 Tegalan tidak dispesifikasi
0,7
4 Ubi kayu
0,8
5 Jagung
0,7
6 Kedelei
0,399
7 Kentang
0,4
8 Kacang Tanah
0,2
9 Padi
0,561
10 Tebu
0,2
11 Pisang
0,6
12 Akar WangiSereh Wangi
0,4
13 Rumput Bede tahun Pertama
0,287
14 Rumput Bede tahun kedua
0,002
15 Kopi dengan penutup tanah buruk
0,2
16 Talas
0,85
17 Kebun Campuran
- Kerapatan tinggi
0,1
- Kerapatan sedang
0,2
- Kerapatan rendah
0,5
18 Perladangan
0,4
19 Hutan Alam
- Seresah Banyak
0,001
- Seresah Kurang
0,005
20 Hutan Produksi
- Tebang Habis
0,5
- Tebang Pilih
0,2
21 Semak BelukarPadang Rumput
0,3
22 Ubi kayu + Kedelai
0,181
23 Ubi kayu + Kacang Tanah
0,195
24 Padi - Sorgum
0,345
25 Padi - Kedelai
0,417
26 Kacang Tanah + Gude
0,495
27 Kacang Tanah + Kacang Tunggak
0,571
28 Kacang Tanah + Mulsa Jerami 4tha
0,049
29 Padi + Mulsa Jerami 4 t ha
0,096
30 Kacang Tanah + Mulsa jagung 4 t ha
0,128
31 Kacang Tanah + Mulsa Crotalaria 3 tha
0,136
32 Kacang Tanah + Mulsa Kacang tunggak
0,259
33 Kacang Tanah + Mulsa Jerami 2 tha
0,377
34 Padi + Mulsa Crotalaria 3 tha
0,387
35 Pola tanam Tumpang gilir + Mulsa Jerami
0.079
36 Pola Tumpang Berurutan + Mulsa Sisa Tanaman
0,357 37
Alang-Alang Murni subur
0,001
Tabel 14 Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus
No Tindakan Khusus Konservasi Tanah
Nilai P
1 Teras Bangku
- Konstruksi baik
0,04
- Konstruksi sedang
0,15
- Konstruksi kurang baik
0,35
- teras tradisional
0,40
2 Strip Tanaman Rumput Bahia
0,40
3 Pengolahan Tanah dan Penanaman Menurut Kontur
- Kemiringan 0- 8
0,50
- Kemiringan 9 – 20
0,75
- Kemiringan 20
0,90
4 Tanpa Tindakan Konservasi Tanah
1,0
3.6.4 Penentuan Komoditas Unggulan