Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan

27 Menurut Kurnia et al. 2004 pemupukan yang berlebihan akan mengakibatkan banyak residu pupuk yang masuk ke dalam badan air atau sungai sehingga terjadi eutrofikasi, akibatnya pemupukan yang dilakukan pada budidaya tanaman menjadi tidak efisien. Selain itu, Nitrat NO 3 atau Nitrit NO 2 yang terbawa aliran permukaan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan sekitar seperti berkurangnya kualitas air permukaan dan air tanah. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam pemupukan yaitu jenis pupuk yang akan diberikan, besar dan jumlahnya serta saat pemberian pupuk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan sifat-sifat fisik dan kimia tanah serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi adalah dengan pemberian tanaman pupuk hijau. Tanaman pupuk hijau dapat digunakan untuk memperbaiki tanah berpasir, tanah liat berat atau tanah-tanah lain yang tidak produktif Santoso et al., 2004 Pupuk Hijau dapat ditanam secara khusus, misalnya ditanam diantara barisan tanaman yang sudah ada, atau pada lahan yang bera sebelum ditanami tanaman utama. Kandungan nitrogen pupuk hijau tertinggi terdapat pada masa awal pembentukan bunga, waktu tanaman masih lunak dan mudah dilapuk. Oleh karena itu sebaiknya tanaman pupuk hijau dipangkas pada waktu itu dan dibenamkan ke dalam tanah waktu masih berwarna hijau. Tanaman pupuk hijau yang baik antara lain turi Sesbania grandiflora dan gamal Gliricideae sepium.

2.5 Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan

Dua hal yang menandai kelahiran paradigma baru sistem pertanian berkelanjutan Manguiat 1995 dalam Salikin, 2003 adalah : 1 Laporan Komisi Bruntland yaitu Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan World commission on Environment and Development pada tahun 1987, yang mendefinisikan dan berupaya mempromosikan paradigma pembangunan berkelanjutan sustainable development. Menurut Komisi Dunia tersebut : “Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their own needs“. 2 Konferensi dunia di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang membahas Agenda 21 dengan mempromosikan program Sustainable Agriculture and Rural Development SARD yang membawa pesan moral kepada dunia bahwa “without better environmental stewardship, development will be undermined”. 28 Beberapa agenda penting dalam konferensi tersebut yang termasuk dalam pembahasan bidang pertanian yaitu : 1 Menjaga kontinuitas produksi dan keuntungan usaha di bidang pertanian dalam arti yang luas pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan untuk jangka panjang, bagi kelangsungan kehidupan manusia 2 Melakukan perawatan dan peningkatan sumberdaya alam yang berbasis pertanian 3 Meminimalkan dampak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat merugikan bagi kesuburan tanah dan kesehatan manusia 4 Mewujudkan keadilan sosial antar desa dan antar sektor dengan pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan. Mitchel et al. 2003 menyatakan bahwa dalam Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan terdapat pernyataan yang jarang dikutip tentang dua konsep pembangunan berkelanjutan sebagai berikut : 1 Kebutuhan, khususnya kebutuhan para fakir miskin di negara berkembang, 2 Keterbatasan dari teknologi dan organisasi sosial yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan untuk mencukupi kebutuhan generasi sekarang dan masa depan. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan sebagaimana diinterpretasikan oleh Komisi Bruntland, sesungguhnya berangkat dari konsep antroposentrik, yang menjadikan manusia sebagai tema sentralnya. Memasuki abad 21, kesadaran akan pertanian yang ramah lingkungan semakin meningkat, sejalan dengan tuntutan era globalisasi dan perdagangan bebas. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan menjadi penting bagi para ahli lingkungan, peneliti pertanian, petani, politikus dan masyarakat lainnya, dimana semua setuju pentingnya menjamin sistem produksi pertanian dapat lestari, dilaksanakan dengan suatu cara yang kualitas outputnya dapat dikelola setiap tahun tanpa mengalami degradasi lingkungan. Menurut Reijntjes et al. 2003 berkelanjutan memiliki arti kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Kaitannya dengan pertanian maka Pertanian berkelanjutan adalah pertanian dengan pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. 29 Produksi optimum suatu lahan dapat dicapai dengan pengelolaan yang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Pengelolaan lahan yang meliputi kegiatan penyusunan rencana penggunaan tanah, konservasi tanah dan pengelolaan tanah berlangsung terus selama tanah digunakan untuk pertanian sehingga berkaitan erat dengan sistem usahatani. Sistem usahatani yang baik akan dapat mengurangi kerusakan kawasan hutan dan sekaligus dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Gips 1986 dalam Reijntjes et al. 2003 menilai secara lebih luas yaitu pertanian dikatakan pertanian berkelanjutan bila mencakup : 1 Mantap secara ekologis, artinya kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan–dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah–ditingkatkan 2 Bisa berlanjut secara ekonomis, artinya petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan danatau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan 3 Adil, artinya sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak- hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin 4 Manusiawi,artinya semua bentuk kehidupan tanaman, hewan dan manusia dihargai 5 Luwes, artinya masyarakat perdesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya perubahan penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan lain-lain. Sitorus 2004 menyatakan bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan adalah untuk selalu memperbaiki kualitas hidup manusia atas berbagai aspek kehidupan, sehingga konsep pembangunan berkelanjutan merupakan upaya untuk mengintegrasikan tiga aspek kehidupan yaitu aspek ekonomi, sosial dan ekologi dalam satu hubungan yang sinergis. Ketiga aspek tersebut oleh Siitorus 2004 dapat digambarkan dalam bentuk segitiga yang tertera pada Gambar 3. Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan menurut Liu et al. 1999 mencakup empat tingkat subsistem yaitu ekonomi, teknologi, ekologi dan masyarakat. Berdasarkan cakupan tersebut maka tujuan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan tidak sederhana, namun secara keseluruhan tujuan dari 30 sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan adalah suatu pengaruh komprehensif yang semuanya merupakan sub koordinat tujuan masing-masing sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Ekonomi - Pertumbuhan Berkelanjutan - Efisiensi Sosial Ekologi - Kesetaraan - Keterpaduan Ekosistem - Kohesi Sosial - Sumberdaya Alam - Partisipasi - Keanekaragaman Hayati - Pemberdayaan - Daya Dukung Gambar 3 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan. Tujuan Ekonomi Tujuan Tujuan Tujuan Teknologi Total Ekologi Tujuan Sosial Gambar 4 Tujuan Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Menurut Herdt dan Steiner 1995 dalam pengelolaan pertanian berkelanjutan semua perhatian harus ditujukan pada ketersediaan pangan dimasa datang, sehingga pertanian berkelanjutan harus berkaitan dengan kemampuan sistem pertanian agar tetap produktif sepanjang masa. Lynam dan Herdt 1989 dalam Herdt dan Steiner 1995 menyatakan bahwa keberlanjutan harus didefinisikan dengan respek terhadap sistem, tidak hanya sekedar input dan tanaman, sebab input dan varietas tanaman dalam keadaan terisolasi tidak menghasilkan apapun. Keberlanjutan merupakan hasil hubungan antara teknologi, input dan manajemen dari penggunaan dasar sumberdaya dalam kondisi sosial ekonomi yang tertentu. Konsep keberlanjutan juga harus mempertimbangkan aspek : 31 - ruang : ruang tidak terbatas baik global, regional, lahan usahatani, tanaman individu dan mikroskopis. - waktu : waktu tidak hanya berkaitan dengan konteks periode waktu yang tertentu - dimensi : dimensinya mencakup dimensi biologifisik, ekonomi dan sosial. Kebijakan pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan di Indonesia yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Gagasan pembangunan berkelanjutan kemudian dituangkan dalam bentuk program dan strategi pengelolaan lingkungan dalam Agenda 21 Indonesia dengan rumusan sebagai berikut : 1 Pelayanan masyarakat 2 Pengelolaan limbah 3 Pengelolaan sumberdaya tanah, dan 4 Pengelolaan sumberdaya alam. Empat sub agenda yang dirumuskan dalam pengelolaan sumberdaya tanahlahan yaitu : 1 Penata gunaan sumberdaya tanah 2 Pengelolaan hutan 3 Pengembangan pertanian dan perdesaan, dan 4 Pengelolaan sumberdaya air. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya lahan menurut Mitchel et al. 2003 adalah : 1 Sehubungan dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan serta runtuhnya unit-unit industri yang mengandalkan bahan baku impor, maka proses eksploitasi sumberdaya tanah di Indonesia akan semakin meningkat 2 Berbagai upaya pengelolaan sumberdaya tanah harus dilakukan secara terpadu 3 Setiap daerah di Indonesia mempunyai tingkat persoalan yang berbeda, sehingga pilihan-pilihan pengelolaannya juga mungkin berbeda 32 4 Berbagai upaya pengelolaan sumberdaya tanah akan berkaitan dengan proses-proses penataan dan perijinan ruang sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Upaya-upaya terpadu pengelolaan lingkungan hanya mungkin dilakukan apabila difasilitasi dengan rencana tata ruang yang jelas. Di Indonesia Pengelolaan Lingkungan dapat dilakukan lebih efektif apabila terdapat sistem informasi dasar yang baik dan sistematis, bukan pembangunan tanpa rencana yang melanggar hukum ekologi dan hukum manusia yang ditentang oleh para ahli pelestarian sumberdaya alam pada umumnya Odum, 1993. 32

2.6 Usahatani Sayuran Dataran Tinggi