171
7.2.7 Upaya Pengendalian Erosi
Oleh karena erosi yang terjadi di kawasan agropolitan sedemikian besar, maka sangat diperlukan tindakan konservasi tanah dan air agar supaya erosi yang
terjadi lebih kecil dibandingkan dengan erosi yang diijinkan Tolerable erosion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 64 teras yang
dibuat petani sayuran dataran tinggi hanya termasuk pada kategori sedang 28 , kurang baik 28 dan masih berupa teras tradisional 4 , sehingga perlu
dilakukan upaya pengendalian erosi. Tindakan konservasi tanah dan air yang paling tepat adalah konservasi tanah secara mekanis, yaitu dengan melakukan upaya–
upaya untuk memperbaiki konstruksi teras , terutama yang masih tradisional dan kurang baik konstruksi terasnya.
Dalam hal pergiliran tanam dan pola pertanaman, hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30 petani sayuran dataran tinggi, masih melakukan
penanaman secara terus menerus setiap tahun dengan pola monokultur dengan pergiliran tanaman sayuran–sayuran-sayuran. Cara pengelolaan tanaman seperti itu
akan menyebabkan terjadinya tanah kosong pada saat pengolahan tanah dan bila terjadi hujan deras, sudah dapat dipastikan akan terjadi erosi yang sangat besar.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan konservasi tanah dan air secara vegetatif yaitu dengan mengupayakan perbaikan pola tanam dan pergiliran tanaman.
Pola tanam yang sebaiknya diterapkan adalah tumpang sari atau di Pacet dikenal dengan istilah Gendong rewok Multiple cropping. Tanaman yang sebaiknya
ditanam secara tumpang sari adalah wortel dan bawang daun yang merupakan komoditas unggulan, sehingga tanah tidak selalu terbuka, dan hanya menimbulkan
sedikit erosi. Pergiliran tanaman yang harus dilakukan adalah dengan menanam tanaman secara berurutan antara sayuran umbi wortel - sayuran daun bawang
daun-sayuran buah kacang kapri. Penerapan pergiliran tanaman yang demikian dan pola tanam tumpang sari
hanya akan menimbulkan sedikit erosi, sehingga pertanian sayuran dataran tinggi akan berkelanjutan karena selain erosinya sedikit, tanahnya relatif masih subur
sehingga dapat memberikan produksi sayuran yang memadai.
VIII PENDAPAT DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
8.1 Keadaan Responden
Responden penelitian Pendapat dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lahan Berkelanjutan adalah masyarakat pertanian berjumlah 67
orang yang berasal dari dua desa inti agropolitan yaitu Desa Sukatani 32 orang 47,76 dan Desa Sindangjaya 35 orang 52,24 . Semua responden adalah
laki–laki dan beragama Islam. Ditinjau dari aspek usia, sebagian besar petani telah berumur lebih dari
45 tahun yaitu 29 orang 43,28 , sedangkan yang berumur 35 - 44 tahun sebanyak 21 orang 31,34 , yang berumur 25 - 34 tahun sebanyak 13 orang
19,41 dan sisanya 4 orang 5,97 berumur antara 15 - 24 tahun. Sebagian besar responden hanya berpendidikan SD yaitu 41 orang 61,19 , yang
lainnya berpendidikan SMP sebanyak 10 orang 14,93 , berpendidikan SMU 9 orang 13,43 dan yang tidak tamat SD sebanyak 6 orang 8,96 , serta yang
mengenyam perguruan tinggi hanya 1 orang 1,49 Ditinjau dari aspek pekerjaan utama, keadaan responden adalah sebagai
petani sebanyak 53 orang 79,10 , buruh tani 5 orang 7,46 , PNS 3 orang 4,48 , aparat desa 3 orang 4,48 , guru 2 orang 2,99 dan pedagang 1
orang 1,49 . Sebanyak 41 orang 61,19 memiliki pekerjaan sampingan dengan jenis pekerjaan sampingan responden dapat dilihat pada Tabel 51.
Tabel 51 Pekerjaaan Sampingan Responden Penelitian Pendapat dan Partisipasi Masyarakat Pertanian dalam Pengelolaan Lahan
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet No
Pekerjaan Sampingan Jumlah
Persentase
1 Pedagang
11 26,83
2 Petani non sayuran bunga dll
3 7,32
3 Pengepak sayuran
3 7,32
4 Peternak
2 4,88
5 Buruh bangunan, upahan dll
8 19,51
6 Rehabilitasi lingkungan
1 2,44
7 Penunggu Villa
1 2,44
8 Wiraswasta
2 4,88
9 Petani
8 19,51
10 Penjaga Kawasan
2 4,88
Jumlah 41
100,0
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang 26,83 , buruh 19,51
dan pekerjaan sampingan sebagai petani 19,51 .