Konservasi Tanah dan Air Pengolahan Tanah

23 2.4.1 Perencanaan Penggunaan Lahan. Rencana penggunaan lahan Land use planning harus sesuai dengan kemampuan sumberdaya lahan tersebut untuk dapat diusahakan bagi suatu penggunaan tertentu, sehingga perlu diketahui potensi untuk dapat mendukung suatu kegiatan usahatani tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan. Barlowe 1986 menetapkan 10 tipe penggunaan lahan yaitu : - Lahan Permukiman - Lahan Tambang - Lokasi Komersial dan Industri - Lahan Rekreasi - Lahan Pertanaman - Lahan Transportasi - Lahan Rumput dan Padang Penggembalaan - Area Pelayanan - Lahan Hutan - Lahan Gundul. Lahan pertanaman mencakup areal budidaya yang memproduksi makanan, pakan, serat, dan tanaman lain, yang tidak hanya mencakup lahan tanaman yang dapat dipanen tetapi juga yang berfungsi mencegah kegagalan tanaman dan areal yang kadang-kadang diberakan atau merupakan lahan kosong. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan sumberdaya lahan untuk dapat diusahakan yaitu keadaan lereng, kedalaman efektif, tekstur, tingkat kesuburan, permeabilitas tanah dan keadaan drainase. Menurut Sitorus 2004 untuk mengevaluasi kemampuan atau kesesuaian sumberdaya lahan bagi keperluan pertanian dapat digunakan sistem klasifikasi kemampuan lahan atau kesesuaian lahan sehingga diperoleh hasil evaluasi berupa peta kemampuan atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Hasil evaluasi inilah yang kemudian akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rencana penggunaan lahan sampai pada sistem pengelolaannya. Oleh karena itu penggunaan lahan harus berdasarkan atas kemampuan atau kesesuaian lahan dan penggunaannya harus memenuhi persyaratan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat terus berproduksi serta tidak mengalami kerusakan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

2.4.2 Konservasi Tanah dan Air

Tanah–tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang relatif mudah lapuk dan tanah menjadi semakin peka karena curah hujannya umumnya tinggi, berkisar 1.500-3.000 mm atau lebih setiap tahunnya dengan intensitas hujan yang juga tinggi Dariah 24 et al., 2004. Teknik konservasi tanah di daerah bercurah hujan tinggi menjadi sangat spesifik, karena penerapannya tidak hanya untuk mengendalikan erosi melainkan juga harus ditujukan untuk memanen hujan atau aliran permukaan. Tindakan Konservasi Tanah adalah usaha untuk menempatkan tiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Tujuan usaha konservasi tanah adalah mencegah kerusakan tanah dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak agar dapat tercapai produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas. Faktor-faktor yang sering menyebabkan terjadinya kerusakan tanah adalah erosi, pencucian unsur hara leaching, timbulnya senyawa-senyawa beracun dan penjenuhan air Dariah et al., 2004. Rowland 1993 menyatakan bahwa tingkat konservasi tanah dan air oleh petani dapat dilihat dari cara pengelolaan usahataninya. Menurut Dariah et al. 2004 penerapan teknik konservasi tanah dengan mengurangi derajat kemiringan lahan dan panjang lereng merupakan salah satu cara terbaik mengendalikan erosi. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan metode konservasi tanah secara mekanik atau vegetatif. Pada prakteknya metode konservasi mekanik dan vegetatif sulit dipisahkan. Penerapan metode konservasi mekanik akan lebih efektif dan efisien bila disertai dengan penerapan metode vegetatif dan penerapan metode vegetatif masih memerlukan perlakuan fisik mekanis seperti bangunan saluran pembuangan air SPA, atau bangunan terjunan drop structure dll.

2.4.3. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan komponen penting dalam usahatani tanaman semusim. Tujuannya untuk menyiapkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan sehingga tanaman dapat berproduksi secara optimum. Menurut Gill dan Van den Berg 1967 dalam Rachman et al. 2004 pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah. Tujuannya adalah untuk mencampur dan menggemburkan tanah, mengontrol tanaman pengganggu, mencampur sisa tanaman dengan tanah dan menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar. Tanah pertanian berfungsi sebagai media dimana air, udara, hara dan energi ditranslokasikan ke biji dan tanaman itu sendiri. Oleh karena itu sifat-sifat tanah yang mempengaruhi penyimpanan dan translokasi parameter tersebut 25 memainkan peran sangat penting. Pertumbuhan akar akan menyebabkan terjadinya perubahan susunan tanah soil decomposition dan perubahan bentuk soil deformation di zona sekitar ujung akar. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, akar harus menciptakan suatu sistem tenaga yang memberinya kemampuan untuk menembus tanah di sekitarnya. Oleh karena itu, kekuatan tanah yang berkaitan dengan fleksibilitas tanah untuk merubah susunannya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar. Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis alat pengolah tanah yang digunakan. Namun demikian pengolahan tanah secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, diantaranya terjadinya penghancuran struktur tanah. Pengolahan tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan air tanah pada saat mengolah. Konstante Atterberg dapat digunakan untuk menentukan batas-batas waktu pengolahan tanah yang terbaik. Keadaan olah yang baik dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan dimana terbentuk struktur remah sehingga akan terjadi perbaikan–perbaikan sirkulasi udara dalam tanah, biasanya tercapai apabila tanah diolah dalam keadaan lembab Sitorus, 2004. Olah tanah konservasi conservation tillage merupakan suatu metode pengolahan tanah dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, sehingga dampak negatif dari pengolahan tanah dapat ditekan sekecil mungkin. Menurut Wagger dan Denton 1991 dalam Rachman, Daríah dan Husen 2004 olah tanah konservasi dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi.

2.4.4 Pergiliran Tanaman Crop rotation