Pendapat dan Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan Hasil Nilai MPE dibuat rekapitulasi seperti pada Tabel 19. Tabel 19 Rekapitulasi Nilai MPE Pada Alternatif Produk Olahan Potensial Komoditas Unggulan 1 No Prioritas Alternatif terpilih Nilai MPE 1 Produk Olahan Potensial 1 2 Produk Olahan Potensial 2 3 Produk Olahan Potensial 3 Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa total nilai MPE produk potensial 1,2 dan 3 dapat diketahui usaha pengolahan hasil yang paling potensial untuk pengembangan agroindustri di kawasan Agropolitan. Dengan cara analisis yang sama dilakukan untuk alternatif produk pengolahan hasil unggulannya.

3.6.6 Pendapat dan Partisipasi Masyarakat

Pendapat dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan dilakukan dengan analisis Skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert pada tahun 1932. Skala Likert dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam beberapa responsif alternatif sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, sangat tidak setuju. Prosedur dalam membuat skala Likert menurut Nasir 1999 yaitu : - Dilakukan pengumpulan item-item yang cukup banyak yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti yang terdiri dari item yang cukup terang disukai dan cukup terang tidak disukai - Item - item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti - Responden diminta untuk mencek tiap item apakah ia menyenangi + atau tidak menyukai -. Responsi dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi, misalnya lima untuk untuk yang tinggi dan skor satu untuk untuk yang terendah atau sebaliknya asalkan konsisten. Demikian pula jawaban setuju atau tidak setuju sesuai pertanyaan - pertanyaan dan item - item yang disusun. - Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing- masing item tersebut - Responsi dianalisis untuk mengetahui item - item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total Sikap masyarakat didekati dengan pendapat masyarakat terhadap pengelolaan berkelanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan yang dinyatakan dalam respons alternatif yaitu: - Sangat Setuju 5 , - Setuju 4 , - Ragu - Ragu 3, - Tidak Setuju 2 dan - Sangat Tidak Setuju 1. Sedangkan partisipasi masyarakat didekati dengan tindakan masyarakat dibidang pengelolaan berkelanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan, dalam respon alternatif yaitu : - Sangat aktif 5 , - Aktif 4 , - Cukup Aktif 3 , - Tidak Aktif 2 , dan - Sangat Tidak Aktif 1. 3.6.7 Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Berkelanjutan Analisis Kebutuhan. Penelitian dengan pendekatan sistem diawali dengan analisis kebutuhan. Sistem pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal dengan memelihara kelestarian lingkungan sehingga dapat berlangsung dari masa kini sampai masa yang akan datang. Secara khusus sistem pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan dibatasi untuk memenuhi kebutuhan : - Luas usahatani komoditas unggulan sayuran yang maksimum pada areal yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Areal yang sesuai dengan komoditas unggulan dapat memberikan produksi yang tinggi sehingga memberi peluang tersedianya bahan baku untuk mendukung agroindustri. Tolok ukur luas usahatani komoditas unggulan sayuran yang maksimum dinyatakan dengan luas tanam komoditas unggulan per tahun. - Tingkat pendapatan usahatani komoditas unggulan yang menguntungkan. Pendapatan yang menguntungkan dapat dicapai apabila produktivitas komoditas unggulan cukup tinggi sehingga akan memungkinkan tingkat pendapatan yang menguntungkan. Tercapainya pendapatan yang menguntungkan memungkinkan tercapainya kesejahteraan masyarakat di Kawasan Agropolitan. Tolok ukur pendapatan usahatani komoditas unggulan sayuran yang menguntungkan adalah apabila BC 1. - Tingkat erosi yang minimum pada areal pertanaman komoditas unggulan. Tingkat erosi yang minimum ini dapat diusahakan melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air pada lahan usahatani sayuran sehingga dapat dicegah kehilangan unsur hara pada lapisan olah dan komoditas unggulan dapat dibudidayakan secara lestari. Tolok ukur yang digunakan dalam hal ini adalah tingkat erosi yang terjadi sama atau lebih kecil dari tingkat erosi yang diijinkan. Identifikasi Sistem. Sebagai rantai hubungan antara kebutuhan - kebutuhan dengan permasalahan yang dihadapi untuk mencapai kebutuhan tersebut perlu dilakukan identifikasi sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat Causal loop seperti terlihat pada Gambar 12. Erosi Produksi Penduduk Pendapatan Petani Pend. UT Agroindustri Vegetasi Luas Lahan Partisipasi Persepsi Tindakaan Pengelolaan Curah Hujan Kesuburan tanah Topografi - + - + - + + Pendidikan + + Tindakan Pengelolaan + - + - Harga + + + + + + - Angkatan Kerja + + Gambar 12 Diagram Lingkar Causal Loop Sistem Pengelolaan Berkelanjutan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan diagram lingkar tersebut terlihat bahwa pemilihan komoditas unggulan dapat meningkatkan intensifikasi usaha sehingga dapat meningkatkan luas areal pertanaman komoditas unggulan. 100 100 Peningkatan luas tanam selain dapat meningkatkan produksi juga dapat mengakibatkan meningkatnya terjadinya erosi sehingga perlu penerapan teknik Konservasi Tanah dan Air agar erosi berkurang. Peningkatan produksi memungkinkan tersedianya bahan baku sehingga dapat memberi peluang pengembangan agroindustri dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Masyarakat yang pendapatannya tinggi diharapkan menjadi masyarakat yang sejahtera. Analisis selanjutnya adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam kotak gelap black box. Informasi yang tersedia dikategorikan kedalam 3 golongan yaitu peubah input; peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur. Peubah input berasal dari luar sistem dan dalam sistem, peubah output terdiri dari output yang dikehendaki dan tidak dikehendak, sedangkan parameter rancangan sistem adalah parameter-parameter yang mempengaruhi input sampai menjadi output. Gambar 13 adalah diagram kotak gelap Model pengelolaan berkelanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan. Input Lingkungan - Kondisi Ekosistem - Kebijakan Input TakTerkontrol Output Dikehendaki - Pasar - Luas Tanam Maksimum - Iklim - Pendapatan Usahatani Untung - Arus Informasi - Erosi Minimum - Persepsi dan partisipasi - Agroindustri Berkembang Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan Input Terkontrol Output Tidak Dikehendaki - Pemanfaatan SDA - Alih Fungsi Lahan Tinggi - Investasi - Erosi Tinggi - Penerapan KTA - Produksi Rendah - Harga produk rendah Manajemen Pengendalian - Pem Kab Cianjur - Dinas -dinas terkait - Stake Holders Gambar 13 Diagram Kotak Gelap Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. 101 101 Gabungan simpal-simpal umpan balik tersebut diatas menunjukkan kompleksitas pengelolaan usahatani. semakin banyak simpal menunjukkan semakin banyak variabel unsur dan parameter waktu yang berarti semakin rinci dan dinamis, yang menurut Muhammadi et al. 2001 dapat disederhanakan menjadi empat tipe yaitu non linearitas, pembelajaran, emergensi dan ko-evolusi. Perumusan Model. Setelah menyelesaikan diagram simpal kausal, selanjutnya dibuat diagram alir untuk Model pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Tahap pemodelan lebih kompleks namun relatif tidak banyak ragamnya ditinjau dari jenis sistem atau tingkat kecanggihan model. Tahap pemodelan meliputi ; tahap seleksi konsep, rekayasa model, implementasi komputer, tahap validasi, tahap analisis sensitivitas, dan analisis stabilitas serta tahap aplikasi model. Tahap seleksi konsep merupakan tahap awal dari pemodelan abstrak, yang dimaksudkan untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai cukup untuk dilakukan pemodelan abstraknya. Tahap rekayasa model bertujuan untuk menetapkan jenis model abstrak yang realistik. Pada tahap implementasi komputer, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuki persamaan, diagram alir dan diagram blok sehingga seolah-olah membentuk model dari suatu model, yaitu tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dimana format inputoutput telah dirancang serta memadai maka sampailah pada tahap pembuktian verifikasi. Validasi model yaitu usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut diatas merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dimana dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer. Analisis sensitivitas bertujuan untuk menentukan peubah keputusan mana yang cukup penting untuk ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model. Sistem dinamik sudah sering ditemukan mempunyai perilaku tidak stabil yang destruktif untuk beberapa nilai parameter sistem. Oleh karena itu, analisis stabilitas dapat dilakukan dengan teknik analitis berdasarkan teori keseimbangan atau menggunakan simulasi secara berulang kali untuk mempelajari batasan stabilitas sistem. Pada tahap akhir yaitu aplikasi model, para penentu kebijakan merupakan orang-orang yang berperan, dimana model dioperasikan untuk mempelajari secara terinci kebijakan yang dipermasalahkan. 102 102 Setelah pembuatan diagram alir maka terbentuklah struktur dari Model pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Variabel–variabel yang ada selanjutnya didefinisikan dan diberikan arti hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sebelum didefinisikan di setiap lambang variabel terlihat tanda tanya ? , variabel demikian dinamakan undefined variable. Simulasi tak dapat dilaksanakan sebelum variabel tersebut didefinisikan. Dengan didefinisikannya variabel terakhir maka seluruh diagram alir telah siap untuk disimulasikan. Simulasi Model. Setelah semua variabel terdefinisikan dengan beberapa asumsi yang dibuat, maka dapat dimulai simulasi model yang telah tersusun tersebut sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan. Simulasi merupakan teknik penunjang keputusan yaitu suatu aktivitas dimana pengkaji dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem, melalui penelaahan perilaku model yang selaras, dimana hubungan sebab akibatnya sama dengan atau seperti yang ada pada sistem yang sebenarnya. Bila modelnya kuantitatif, yang bentuknya rumus matematik, statistik, simulasi dilakukan dengan memasukkan data kedalam model dimana perhitungan dilakukan untuk mengetahui perilaku gejala. Pada model kualitatif , yang berbentuk gambar, diagram atau matriks, simulasinya dilakukan dengan menelusuri dan mengadakan analisis hubungan sebab akibat antar unsur dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. Proses Hierarki Analitik PHA Pengelolaan USDT Berkelanjutan. Proses pilihan dalam membuat keputusan pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan secara berkelanjutan berdasarkan proses hirarkhi analitik yang dilakukan sebagai bagian dari pendekatan sistem yang akan menghasilkan kebijakan yang bersifat integratif. Langkah-langkahnya meliputi perumusan masalah, pembobotan kriteria, penyelesaian dengan manipulasi matriks, pembobotan alternatif, penyelesaian dengan persamaan matematik, konsistensi rasio dan penggabungan pendapat responden. Langkah-langkah perumusan masalah pengelolaan usahatani berkelanjutan untuk sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan yaitu : - Menentukan sasaran yang ingin dicapai yaitu memilih strategi pengelolaan usahatani secara berkelanjutan 103 103 - Menentukan subsistem agribisnis yang harus dikembangkan: agroinput, agroproduksi, agroindustri, agromarketing, sarana penunjang - Menentukan aktor yang berperan penting yaitu: pemerintah, petani, pedagang, pengusaha pertanian atau perbankan - Menentukan tujuan program pembangunan pertanian apakah: perluasan kesempatan kerja, peningkatan produksi, peningkatan pendapatan masyarakat atau peningkatan pendapatan asli daerah - Menentukan program pembangunan pertanian apakah agrowisata, wanatani, ekofarming atau pertanian terpadu. Langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kepentingan dengan menggunakan prinsip kerja PHA yaitu perbandingan berpasangan pair wise comparison dimana tingkat kepentingan importance suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. Hasil perbandingan berpasangan ditulis dalam bentuk matriks agar dapat diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen eigen value. Prosedur untuk memperoleh nilai eigen adalah : - Mengkuadratkan matriks - Menghitung jumlah nilai setiap baris, kemudian melakukan normalisasi - Menghentikan proses ini apabila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu misalnya nilai eigen sudah tidak berubah sampai empat angka dibelakang koma. Tahap selanjutnya adalah menyusun matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap kriteria kemudian dengan cara yang sama ditentukan nilai eigen-nya. Cara lain dapat digunakan dengan menggunakan data kuantitatif. Tahap untuk memperoleh jawaban dapat dilakukan dengan mengalikan matriks nilai eigen dari alternatif dengan matriks bobot kriteria. Tahapan selanjutnya adalah menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Konsisten jawaban perlu diketahui dengan menghitung indeks konsistensi consistency indeks CI. Indeks konsistensi dinyatakan baik apabila consistency ratio CR 0,1. Nilai CR dapat dihitung dari rumus = CIRI, dimana nilai RI Random Index merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang dinyatakan dalam bentuk tabel. CR merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. 104 104 PHA digunakan untuk mengolah data dari satu responden, sehingga apabila penilaian dilakukan oleh beberapa ahli maka pendapat yang konsisten digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut : n X G = v ? n X i i = 1 Dimana : - X i adalah penilaian responden ke i. Analisis data perencanaan pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan, menggunakan Metode Proses Hierarki Analisis PHA, disusun atas lima tingkat hierarki seperti tertera pada Gambar 14. Gambar 14 Hierarki dalam Perencanaan Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. PENGELOLAAN USDT BERKELANJUTAN DI KAWASAN AGROPOLITAN AGRO INPUT AGRO PRODUKSI AGRO INDUSTRI PEMASARAN SARANA PENUNJANG PEMERINTAH PETANI PERUSAHAAN INVESTOR PERBANKAN PEDAGANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENINGKATAN PRODUKSI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH AGROWISATA WANATANI PERTANIAN TERPADU FAKTOR FOKUS AKTOR TUJUAN ALTERNATI F EKOFARMING 106 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Penetapan Kawasan Agropolitan

Lokasi penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur, Jawa Barat yang ditetapkan sebagai salah satu lokasi Program Rintisan Kawasan Agropolitan di Indonesia. Pada Tahun 2002, Pemerintah Pusat menetapkan 8 delapan Kabupaten di Indonesia sebagai lokasi Program Rintisan Kawasan Agropolitan yaitu 1 Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat, 2 Rejang Lebong Propinsi Bengkulu, 3 Cianjur Propinsi Jawa Barat, 4 Kulon Progo Propinsi DIY, 5 Bangli Propinsi Bali, 6 Barru Propinsi Sulawesi Selatan, 7 Bualemo Propinsi Gorontalo, dan 8 Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur. Pembinaan Kawasan Agropolitan dilakukan selama 5 tahun terhitung sejak tahun 2002 – 2006, sehingga pada saat penelitian ini dilakukan merupakan tahun terakhir pembinaan Kawasan Agropolitan oleh Pemerintah Pusat. Selanjutnya Bupati Cianjur menetapkan lokasi Desa Inti Pusat Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan melalui Surat Keputusan Bupati Cianjur Nomor 521.3Kep.175-Pe2002. Desa yang ditetapkan adalah Desa Sukatani dan Desa Sindang Jaya, Kecamatan Pacet, Cianjur. Surat Keputusan tersebut selanjutnya diikuti dengan Surat Keputusan Bupati Cianjur Nomor 521.3Kep.140-Pe2002 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Program Pengembangan Kawasan Agropolitan. Penetapan Kawasan Agropolitan Cianjur menyebabkan mengalirnya dana dari berbagai sumber yaitu dari berbagai program DinasInstansi yang pada tahun 2002 mencapai Rp. 4.934.659.800,- dan pada tahun 2003 meningkat hingga Rp. 7.892.200.000,-. Dinas Instansi yang memiliki Program di Kawasan Agropolitan yaitu Dinas Perhubungan dan Pariwisata, Cipta Karya, Pertanian, Bina Marga, Peternakan dan Perikanan, Koperasi, dan Dinas Pengelola Sumberdaya Air dan Pertambangan Kabupaten Cianjur. Berdasarkan pemekaran kecamatan yang berlaku efektif sejak tanggal 12 Oktober 2004, maka Kecamatan Pacet dimekarkan menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cipanas. dengan membagi rata jumlah desa sehingga masing-masing kecamatan terdiri dari tujuh desa. Desa Inti pusat pengembangan Kawasan Agropolitan Sukatani termasuk kedalam wilayah Kecamatan Pacet dan Desa Inti Sindang Jaya termasuk ke wilayah Kecamatan Cipanas. 107 Berkaitan dengan program Agropolitan, Pemerintah Kabupaten Cianjur dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur mencanangkan program pengembangan Agribisnis dan Agrowisata serta kegiatan penyuluhannya diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat agar mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian dan produk-produk olahannya yang dilakukan melalui sistem agribisnis yang efisien, menguntungkan dan berwawasan lingkungan. Sumberdaya alam Kecamatan Cipanas sangat potensial untuk pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi yang bernilai komersial, dan didukung oleh kedekatan geografis Geographycal Proximity terhadap sentra- sentra konsumen yaitu Jakarta, Bogor, dan Bekasi, sehingga Kecamatan Cipanas dan Pacet mempunyai keunggulan Komparatif dan Kompetitif. Disamping itu juga potensial untuk Agrowisata karena kondisi alamnya yang sejuk dan lokasinya yang strategis, menyebabkan Cipanas menjadi menarik bagi wisatawan asing dan domestik. 4.2 Keadaan Sumberdaya Alam 4.2.1 Kondisi Umum Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, yang memiliki luas wilayah 5.677,44 hektar, terletak di sebelah utara sekitar 16 km dari Ibu Kota Kabupaten Cianjur. Tujuh desa yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Pacet adalah Ciherang, Ciputri, Cibodas, Cipendawa, Sukanagalih, Gadog, dan Desa Sukatani. Secara administratif Kecamatan Pacet berbatasan dengan Kecamatan Cipanas di sebelah utara dan sebelah barat, Kecamatan Cugenang di sebelah selatan, dan Kecamatan Sukaresmi di sebelah timur . Kecamatan Cipanas juga terdiri atas 7 desa yaitu Desa Cipanas, Sindang Jaya, Sindang Laya, Cimacan, Palasari, Ciloto,Desa Batu Lawang. Batas - batas wilayah Kecamatan Cipanas adalah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah timur dengan Kecamatan Sukaresmi, sebelah utara dengan Kabupaten Bogor dan sebelah selatan dengan Kecamatan Pacet. Kecamatan Pacet dan Cipanas terletak pada ketinggian antara 800-1.400 meter diatas permukaan laut dengan topografi dataran dan berbukit. Lahan pertanian yang dominan adalah tegalan dengan jenis tanah Andosol, Regosol dan Latosol Coklat Kemerahan. Sebagian besar lahannya 89,27 , termasuk kategori subur sisanya cukup subur 7,74 dan kurang subur 2,99 , bertekstur remah, pasir berdebu hingga lempung berpasir dengan pH 5,5-7,5.