Prospek Komoditas Unggulan Komoditas Unggulan
Sumber:http:www.google.co.idkapanlagi.compcarrot.jpg
Gambar 27 Wortel Daucus carota L.
Beberapa kelebihan tanaman wortel dibanding dengan komoditas lainnya antara lain :
1 Mengandung vitamin A Wortel selain mengandung vitamin A sangat tinggi, juga memiliki unsur
kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, besi dan dibanding sayuran lain, wortel paling banyak mengandung beta karoten, rata-rata 12.000 IU.
2 Dapat ditanam sepanjang tahun Wortel termasuk tumbuhan yang dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat
tumbuh pada semua musim, terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab
3 Dapat mencegah stroke Stroke sering diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang
menyerang secara tiba-tiba dan terjadinya penurunan kesadaran serta merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak.
Gejala tersamar dari stroke antara lain gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku. Salah satu cara yang paling mudah dan murah untuk
menghindari penyakit ini, adalah mengkonsumsi tanaman wortel. Sebuah penelitan menunjukkan, mengkonsumsi wortel sedikitnya lima kali dalam
seminggu dapat menurunkan resiko terkena stroke hingga 68 persen bila dibandingkan yang makan wortel satu kali dalam sebulan.
4 Khasiat wortel lainnya yaitu dapat melindungi tubuh dari kemungkinan serangan kanker, mengurangi kadar kolesterol dalam darah, mencegah
terjadinya rabun senja dan memperbaiki penglihatan yang lemah, menetralkan asam dalam darah dan membantu hati menghilangkan toksin
racun di dalam tubuh. Wortel memiliki prospek bisnis industri karena wortel dapat diolah menjadi
berbagai produk olahan baik sebagai bahan makanan setengah jadi maupun menjadi bahan makanan jadi, misalnya keripik wortel, dodol wortel, geplak
wortel, wortel instan, wortel irisan kering untuk sup, permen wortel, juice wortel, dan bahan makanan wortel lainnya.
Sehubungan dengan kelebihan-kelebihan bahwa wortel dapat ditanam sepanjang tahun, memiliki kandungan vitamin A dan mineral lainnya , memiliki
khasiat dapat mencegah berbagai penyakit serta memiliki peluang agroinduistri maka wortel memiliki prospek bisnis yang cerah di masa datang sehingga
usahataninya perlu dikelola secara berkelanjutan agar dapat mengembangkan Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
Peluang usahatani wortel akan lebih besar lagi apabila dikelola secara organik. Pengalaman pertanian organik di Kawasan Bukit Gambung Pangkalan,
di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa hasil produksi sayuran tanpa menggunakan pestisida mencapai 10 ton
per bulan. Sayurannya dipupuk dengan pupuk kandangkotoran sapi dan volume panen tersebut terlampau kecil ketimbang total permintaan konsumen.
Hasil panen tersebut disortir secara ketat yaitu dibersihkan dengan air pegunungan, dikemas dalam plastik transparan berbobot 250 gram untuk
memenuhi permintaan sayuran nirpestisida di 17 gerai yaitu 4 gerai di Bandung dan 13 gerai di Jakarta dengan omzet Rp. 60,- juta – Rp. 80,- juta setiap bulan.
Masalah utama berniaga sayuran organik adalah kontinuitas, yaitu dengan pola tanam yang tepat agar produksi tidak terputus. Pada saat pergantian musim
hujan ke kemarau, hama datang menyerang diatasinya dengan memanfaatkan bahan baku insektisida nabati seperti daun suren, brotowali, daun tembakau,
kemangi, dan kacang babi, yang ditanam di pematang atau dari hutan. Bahan- bahan alami itu dicampur dengan air di dalam tong dan ditutup rapat serta
diperam 1-2 minggu. Serangan cendawan diatasi dengan menggunakan jahe, kunyit, cengkih, bawang putih, dan lengkuas. Satu tangki sprayer kapasitas 17
liter, cukup diberi seliter larutan insektisida nabati.
Cara lain yang dapat digunakan agar hama dan penyakit urung menyerang adalah dengan melakukan penanaman tumpang sari dekat bawang daun. Aroma
bawang daun mampu mencegah serangan lalat buah. Pola tanam dengan sistem rotasi dimana komoditas tidak ditanam di satu hamparan luas, tetapi terpisah-
pisah di beberapa bedeng untuk
mencegah penyebaran hama. Strategi ini dapat menyebabkan sayuran tumbuh subur dan kualitaspun tetap
terjaga sehingga diminati beragam konsumen. Di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur, wortel telah ditanam secara
tumpang sari multiple cropping atau istilah setempat gendong rewok yang memiliki manfaat :
- dapat menekan biaya produksi
- dapat mengurangi resiko kegagalan
- dapat meningkatkan kesuburan tanah
- memperoleh keuntungan yang saling melengkapi.
Bawang daun. Bawang daun yang termasuk jenis Allium, famili Alliaceae dan
ordo Asparagales, dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi, namun lokasi yang tepat adalah dengan ketinggian sekitar 250 - 1.500 m dpl. Curah hujan
yang tepat sekitar 1.500 - 2.000 mmtahun, dengan suhu udara harian 18 - 25°C. Jenis tanah yang cocok ialah andosol bekas lahan gunung berapi dan tanah
lempung yang mengandung pasir, dengan pH netral 6,5 - 7,5.
Sumber : Bahan Presentasi Agropolitan Cianjur 2005.
Gambar 28 Sistem Tanam Gendong Rewok di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
Jenis bawang daun yang baik diusahakan adalah : 1 Bawang prei Allium porum L
Di luar negeri jenis ini dikenal sebagai leek. Jenis ini tidak berumbi dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah atau putih. Pelepahnya panjang
dan liat, bagian dalam daun pipih 2 Kucai Allium schoercoprasum
Kucai adalah jenis bawang daun yang cukup terkenal sebagai bahan sayuran. Daunnya kecil, panjang, pipih, dan berwama hijau tua dan
berlubang kecil. Kucai berumbi meskipun kecil 3 Bawang semprong atau bawang bakung Allium fistulosum
Bawang bakung daunnya berbentuk bulat panjang dan berlubang seperti pipa, kadang berumbi, tetapi kecil. Varietas bawang bakung yang banyak
ditemukan di pasar yaitu sinyonya dan rarahan yang produktivitasnya 10,8 tonha dan silih besar 11,0 tonha di dataran rendah.
Dalam rangka meningkatkan produksi bawang daun, pada tahun 2005 MENTERI PERTANIAN melalui surat keputusan NOMOR
86KptsSR.12032005 melepas bawang daun varietas FEAST sebagai varietas unggul yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi karena
memiliki keunggulan produktivitas tinggi, umur genjah, batang tanaman kekar dan padat, warna daun hijau tua, baradaptasi dengan baik di dataran sedang
sampai tinggi. Sekitar umur 2 bulan, bawang daun sudah layak dikonsumsi. Bila
menggunakan bibit asal biji maka waktu dihitung sejak tanaman mulai dipindahkan ke lahan. Bawang daun biasanya dicabut semua bagiannya,
termasuk akar kecuali bila anakan hendak ditanam lagi, disisakan sebagian di lahan. Akar dan bagian daun yang layu atau busuk dibuang. Rumpun yang
daunnya berukuran sama digabungkan. Bila hendak diikat dalam suatu ikatan besar, yang diikat adalah alasnya bukan daun bawangnya langsung.
Bawang daun juga memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan peningkatan kebutuhan permintaan konsumen domestik maupun untuk tujuan
ekspor. Namun demikian, pada saat ini produktivitas rata-rata di tingkat petani masih relatif rendah yaitu 12,07 ton per hektar Lihat Tabel 43. Hal ini
disebabkan karena rakitan budidaya yang tersedia belum optimal.
Sumber: http:www.google.co.idWikipedia Indonesia,
ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.mht
Gambar 29 Bawang Daun Aliceae
Perbaikan teknologi budidaya dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani seperti terlihat pada hasil pengkajian oleh BPTP Jawa Barat,
di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman, jumlah tunas,
dan hasil bawang daun. Hasil panen meningkat 6,6 tonha 78,6 dan pendapatan bersih meningkat sebesar Rp.3.865.525,00 129 dengan BC ratio
1,34 pada petani kooperator dan 0,80 pada petani nonkooperator. Nilai IBCR 2,73 berarti bahwa penambahan satu satuan input dapat meningkatkan
pendapatan usahatani bawang daun sebesar 2,73 kali. Daun bawang Allium porrum L., dan Allium fistulosum L. telah diteliti
kemampuannya dalam menurunkan hiperkolesterolemia, sehingga selain berfungsi sebagai bahan makanan, bawang daun juga berfungsi sebagai bahan
obat-obatan yang menambah tingkat kepentingan bawang daun. Namun mengelola usahatani bawang daun dapat mengalami kegagalan apabila
tanamannya mendapat serangan hama wereng hitam dan pada saat bersamaan harga bawang daun dapat juga anjlok hingga titik terendah.
Mengelola usahatani harus menggunakan beberapa input pertanian agar kendala yang mengganggu tanaman dapat diatasi seperti misalnya input yang
digunakan pada awal olah lahan, input untuk penyemprotan, input perekat, input untuk penanggulangan hama dan penyakit sehingga
perkembangan tanamannya dapat semakin bagus.
Pada saat ini telah berkembang pertanian organik dimana penggunaan input anorganik dikurangi atau bahkan tidak digunakan sama sekali. Pestisida
anorganik telah diganti dengan produk pestisida organikagens hayati. Penyemprotan pestisida organik agens hayati dapat dilakukan secara silang
bergantian 10 hari sekali sehingga dapat lebih hemat dan ramah lingkungan. Pengalaman petani menunjukkan bahwa dalam penggunaan pestisida
kimia, rata-rata petani dapat menghabiskan Rp. 300.000,- namun setelah menggunakan pestisida organikagens hayati hanya menghabiskan tidak kurang
dari Rp. 100.000,- berarti ada penghematan Rp. 200.000,- untuk pengendalian hama dan penyakit dan serangan hama dan penyakitnya berkurang serta
berangsur-angsur hilang. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kebutuhan
pangan secara kualitas juga turut meningkat. Selain bergizi tinggi, kesehatan panganpun sangat dibutuhkan. Pangan yang sehat khususnya untuk sayuran,
salah satunya adalah yang diproduksi dengan menghindari penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintetis, agar residu kimia dalam produk sayuran dapat
diminimalkan, sehingga produk sayuran menjadi lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Salah satu solusi untuk menekan tingkat residu pada bawang daun adalah digunakannya formula piretrum sebagai pestisida nabati, hal ini dilakukan
untuk mendukung agar bawang daun lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi sebagai bumbu dan penyedap makanan dan dimanfaatkan sebagai obat.
Aplikasi awal piretrum dilakukan bila terlihat gejala serangan hama 8-10 , dan diulang 4 kali berturut-turut, dengan selang waktu 4 minggu. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa tingkat residu pestisida pada lahan yang mengaplikasikan pestisida nabati piretrum selama 2 tahun berturut-turut mengalami penurunan,
sebaliknya dengan lahan yang tidak menggunakan pestisida piretrum justru mengalami kenaikan. Dengan tingkat residu kimia yang semakin menurun pada
lahan pertanaman maka diharapkan residu kimia pada tanaman juga menurun BPTP Jawa Barat, 2006.
Produksi bawang daun di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur tak hanya memenuhi pasaran untuk kebutuhan Cianjur dan sekitarnya, tetapi juga sebagai
kawasan penyangga ibu kota negara, sehingga bawang daun juga dilempar ke daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Sumber : Bahan Presentasi Agropolitan Cianjur 2005.
Gambar 30 Keadaan Pertanaman Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
Komoditas hortikultura itu masuk ke Jabotabek melalui Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar tradisional lainnya, seperti Pasar Palmerah dan
Pasar Senen. Komoditas sayuran bawang daun juga dipasok ke pasar-pasar swalayan dan restoran di Jabotabek. Syaratnya adalah mutunya harus sesuai
dengan standar yang ditetapkan, bahkan untuk menjamin ketersediaan sayuran, sejumlah pengusaha telah menjalin kontrak pembelian sayur-mayur langsung
dengan petani. Perkembangan agrobisnis di Kawasan Agopolitan Pacet, Cianjur belum
stabil karena harga sayurannya fluktuatif, sehingga para petani mengalami kesulitan dalam mengembangkan usaha. Harga sayuran di tingkat petani sangat
tergantung pada tengkulak dan pengepul sayuran, dan para petani baru menerima pembayaran hasil penjualan sayuran dari tengkulak setelah sayuran
produksi mereka habis terjual dengan jangka waktu mencapai lebih dari satu bulan. Lemahnya posisi tawar para petani ini disebabkan oleh tingkat pendidikan
yang rendah, yaitu hanya mengenyam bangku sekolah dasar SD dan sekolah lanjut tingkat pertama SLTP, disamping juga disebabkan oleh lemahnya
kelembagaan petani di daerah tersebut, dimana kebanyakan petani masih jalan sendiri-sendiri, tidak bergabung dalam satu komunitas petani.
6.4 Pengembangan Agroindustri 6.4.1 Keadaan Responden
Responden penelitian Pengembangan Agroindustri di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah pakar pertanian berjumlah 20 orang.
Responden laki–laki 17 orang 85 dan wanita 3 orang 15 dan semuanya beragama Islam.
Ditinjau dari aspek usia, sebagian besar responden 60 telah berumur lebih dari 40 tahun yaitu 5 orang 25 berumur 41 - 50 tahun, sebanyak 6
orang 30 berumur 51 – 60 tahun, sebanyak 1 orang 5 berumur diatas 60 tahun dan sisanya 8 orang 40 berumur antara 31 – 40 tahun. Sebagian
besar responden hanya berpendidikan dasar dan menengah yaitu 6 orang 30 berpendidikan SD dan 1 orang 5 berpendidikan SMP, sedangkan yang
berpendidikan SMU 3 orang 15 , berpendidikan Sarjana Muda dan S1 sebanyak 7 orang 35 , serta yang berpendidikan S2 hanya 3 orang 15 .
Ditinjau dari aspek pekerjaan utama, keadaan responden adalah sebagai petani sebanyak 6 orang 30 , petani sekaligus pedagang 3 orang 15 staf
dinas pertanian 6 orang 30 , dosen 2 orang 10 , peneliti 1 orang 5 , karyawan swasta 1 orang 5 , dan pengusaha 1 orang 5 .
Rata-rata tanggungan keluarganya adalah 4 orang dengan sebagian besar responden penelitian yaitu 11 orang 55 memiliki tanggungan keluarga
sebanyak 5 orang, 6 orang 30 memiliki tanggungan 4 orang dan hanya 4 orang 20 yang memilki tanggungan 3 orang.
Ditinjau dari pendapatannya, rerata pendapatan keluarga responden adalah Rp 2.165.000,- per bulan dengan sebagian besar responden yaitu 10 orang
50 berpendapatan per bulan Rp. 2 juta, yang lainnya berpendapatan Rp. 2 juta, dengan rincian seperti terdapat pada Tabel 46.
Tabel 46 Keadaan Pendapatan Responden Penelitian Pengembangan Agroindustri di Kawasan Agropolitan Pacet
No Jumlah
Responden Pendapatan per bulan
Persentase 1
2 Rp. 1.000.000,-
10 2
8 Rp. 1,1-2.000.000,-
40 3
6 Rp. 2,1-3.000.000,-
30 4
4 Rp. 3.1-4.000.000,-
20 Rerata
Rp. 2.165.000,-