6.2.2 Komoditas yang Diusahakan Petani
Sayuran dataran tinggi yang diusahakan petani di Kawasan Agropolitan sangat banyak mencapai 14 jenis sayuran dan yang paling banyak ditanam
petani adalah wortel, bawang daun, caisim, lobak dan brokoli sebagaimana terlihat pada Tabel 40.
Tabel 40 Keadaan Tanaman Sayuran Dataran Tinggi yang Diusahakan Petani di Kawasan Agropolitan
No Jenis tanaman
Jumlah Petani 1
Wortel 50
100 2
Bawang daun 31
62 3
Caisim 19
38 4
Lobak 13
26 5
Brokoli 8
16 6
Kailan 5
10 7
Pakchoy 3
6 8
Horinso 3
6 9
Poling 2
4 10
Buncis 2
4 11
Sawi 1
2 12
Selada bokor 1
2 13
Katuncar 1
2 14
Bayam 1
2
Berdasarkan Tabel 40 terlihat bahwa seluruh petani 100 pernah menanam wortel dalam satu tahun terakhir, 62 pernah menanam bawang
daun, 38 petani pernah menanam caisim , 26 pernah menanam lobak dan 16 pernah menanam brokoli, sedangkan sisanya, petani pernah menanam
berbagai macam jenis sayuran introduksi dari Jepang dan Taiwan seperti kailan, pakchoy, horinso, poling, selada bokor dll.
Sehubungan dengan komoditas sayuran yang banyak ditanam petani adalah wortel, bawang daun, caisim, lobak dan brokoli, maka jenis sayuran
tersebut yang akan dianalisis kesesuaiannya dengan persyaratan penggunaan lahan untuk berbagai macam komoditas sayuran tersebut.
6.2.3 Kesesuaian Komoditas
Tahapan yang paling sulit dalam berusahatani sayuran dataran tinggi adalah memilih lahan yang sesuai untuk komoditas tertentu. Lahan yang akan
digunakan seharusnya sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperlukan tanaman dalam hubungannya dengan sifat-sifat tanah.
Persyaratan-persyaratan berbagai tanaman telah diuraikan dalam berbagai publikasi seperti terdapat pada Lampiran 11 sampai Lampiran 15.
Persyaratan sifat-sifat tanah yang diperlukan untuk berbagai jenis tanaman menurut Vink dalam Sitorus 1998 antara lain keadaan air, keadaan tekstur
berliat, struktur tanah, kandungan Kalsium dan keadaan masam. Sedangkan Protz dalam Sitorus 1998 menyusun kriteria utama untuk menilai kesesuaian
lahan di Malaysia untuk berbagai tanaman yaitu kemiringan lereng maksimum , kedalaman tanah cm, tekstur, drainase, pembebasan air bulan, salinitas
maksimum, pH, kedalaman minimum gambut yang didrainasekan cm dan kemungkinan pengerjaan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka ditetapkan beberapa kriteria untuk menilai kesesuaian lahan untuk berbagai macam sayuran dataran tinggi
yang diusahakan petani di Kawasan Agropolitan Pacet, yang mencakup : 1 Persyaratan tumbuh tanaman yang mencakup unsur agroklimat yaitu rejim
radiasi, suhu, kelembaban nisbi, curah hujan sedangkan unsur lahan meliputi media perakaran, retensi hara, dan bahaya banjir
2 Persyaratan pengelolaanpersiapan lahan yang meliputi aspek sosial ekonomi yaitu kemiringan lahan, keadaan batuan di permukaan dan
singkapan batuan 3 Persyaratan konservasi yang meliputi aspek sosial ekonomi yaitu bahaya
erosi. Evaluasi lahan yang dilakukan yaitu klasifikasi yang bersifat kualitatif
yang didasarkan atas sifat fisik lahan yang didukung oleh aspek sosial ekonomi dan lingkungan sehingga dapat diperoleh kesesuaian sekarang current
suitability. Hasil analisis data primer dan sekunder diperoleh kondisi kawasan agropolitan dan kebutuhan pertumbuhan tanaman sayuran sebagaimana terlihat
pada Tabel 41. Berdasarkan keadaan kondisi Kawasan Agropolitan Pacet yang dibandingkan dengan persyaratan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman wortel
terlihat bahwa penggunaan lahan untuk tanaman wortel termasuk kategori kelas
kesesuaian lahan S3. Beberapa faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
1 Berdasarkan aspek suhu, wortel terbaik ditanam pada suhu 16-18 C S1
atau 14-16 C dan 18-20
C S2, sehingga dengan kondisi suhu yang mencapai 12
C masih digunakan untuk menanam wortel maka termasuk Kelas S3
2 Berdasarkan aspek ketersediaan air, pertumbuhan wortel terbaik
membutuhkan curah hujan 250-400 mm, namun di kawasan agropolitan wortel ditanam juga pada musim hujan dimana curah hujan, dimana semasa
pertumbuhan curah hujannya dapat mencapai 600-1000 mm, atau 150-200 mm di musim kemarau, sehingga termasuk Kelas S3
3 Berdasarkan aspek lereng, wortel terbaik diusahakan pada lereng 8 S1, 8-16 S2, tetapi petani masih mengusahakan sampai kemiringan 30 .
Tabel 41 Kesesuaian Penggunaan Lahan untuk Beberapa Jenis Sayuran di Kawasan Agropolitan
No Aspek
Kondisi Kawasan
KebutuhanPersyaratanPertumbuhan Wortel
Bawang daun
Caisim Lobak
Brokoli Klas
S3 S3
S3 S3
S2 A
Persyaratan tumbuh
1 Rejim radiasi
Panjang penyinaranjam
12.19 Lama
Lama Lama
Lama Lama
2 Temperatur tc
- rerata C
12 -30
12 -16
28 -35
2 -6
28 -35
4 -13
28 -35
4 -13
13 -10
24 -30
3 Kelembaban nisbi
- RH 71
40-80 70-80
40-80 40-80
65-90 4
Ketersediaan air wa saat pertumbuhan - curah hujan
mm 166,8-
767,1 600-1000
150-200 600-1000
150-200 600-1000
150-200 600-1000
150-200 800-1000
5 Media perakaran rc
- tekstur ak
ak ak
ak ak
ak - kedalaman
tanah cm 50 – 60
50 cm 50 cm
40-60 50 cm
50 cm - drainase
ac ac
ac ac
ac ac
6 Retensi hara nr
- pH 5,8-6, 9
5,7-6,0 5,8-6,0
5,7-6,0 5,7-6,0
5,8-6,0 - C organik
0,9-6,04 1,2
1,2 1,2
1,2 1,2
7 Bahaya Banjir fh
- genangan - tidak
ada - tidak
ada - tidak
ada - tidak
ada - tidak
ada -
tidak ada
B Persyaratan PengelolaanPersiapan lahan lp
- lereng 2,1-30
16-30 16-30
16-30 16-30
8-16 - batuan diper-
mukaan - sedikit
5-15 5-15
5-15 5-15
5-15 - singkapan
batuan - tidak
ada 5
5 5
5 5
C Persyaratan Konservasi
Bahaya erosi eh
sd r-sd
r-sd r-sd
r-sd r-sd
Keterangan : - Tekstur
: sh=sangat halus, h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar - Drainase
: st=sangat terhambat, t=terhambat, at=agak terhambat, ac=agakcepat c=cepat, b=baik
- Bahaya Erosi : sr=sangat ringan,r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Penggunaan lahan untuk tanaman bawang daun termasuk kategori
kelas kesesuaian lahan S3, hal ini disebabkan karena : 1 Berdasarkan aspek suhu,dengan kondisi suhu yang mencapai 12
C-30 C
masih digunakan untuk menanam bawang daun maka termasuk kelas S3 2 Berdasarkan aspek ketersediaan air, di kawasan agropolitan bawang daun
ditanam juga pada musim hujan dimana curah hujan semasa pertumbuhan dapat mencapai 600-1000 mm, atau 150-200 mm di musim kemarau,
sehingga termasuk Kelas S3 3 Berdasarkan aspek lereng, bawang daun masih diusahakan petani di
kawasan agropolitan sampai kemiringan 30 sehingga termasuk Kelas S3. Berdasarkan Tabel 41 terlihat bahwa penggunaan lahan untuk tanaman
caisim termasuk kategori kelas kesesuaian lahan S3, hal ini disebabkan karena :
1 Dari aspek suhu, di kawasan agropolitan dengan kondisi suhu yang mencapai 12
C petani masih menanam caisim maka termasuk Kelas S3 2 Dari aspek ketersediaan air, caisim ditanam juga pada musim hujan dimana
curah hujan semasa pertumbuhan dapat mencapai 600-1000 mm, atau 150- 200 mm di musim kemarau, sehingga termasuk Kelas S3
3 Berdasarkan aspek lahan, caisim terbaik berstruktur agak halus S1, karena tekstur tanah di kawasan agropolitan agak kasar maka termasuk S3
4 Berdasarkan aspek lereng, caisim terbaik diusahakan pada lereng 8 S1 atau 8-16 , tetapi oleh petani masih diusahakan sampai kemiringan 30 .
Tabel 41 juga menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk tanaman
lobak termasuk kategori kelas kesesuaian lahan S3, hal ini disebabkan karena :
1 Berdasarkan aspek suhu, di kawasan agropolitan dengan kondisi suhu 12 C
masih digunakan untuk menanam lobak maka termasuk Kelas S3 2 Berdasarkan aspek ketersediaan air, di kawasan agropolitan lobak masih
ditanam pada musim hujan dengan curah hujan semasa pertumbuhan 600- 1000 mm, atau 150-200 mm di musim kemarau, sehingga termasuk Kelas S3
3 Berdasarkan aspek lereng, caisim terbaik diusahakan pada lereng 8 S1 atau 8-16 , tetapi oleh petani masih diusahakan sampai kemiringan 30 .
Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa penggunaan lahan untuk
tanaman brokoli termasuk kategori kelas kesesuaian lahan S2, hal ini karena
dari aspek ketersediaan air, brokoli terbaik membutuhkan curah hujan 350-800 mm saat pertumbuhan, namun di kawasan agropolitan brokoli ditanam juga pada
musim hujan dimana curah hujan mencapai 800-1.000 mm.
6.3 Komoditas Unggulan
Berdasarkan hasil wawancara yang hasilnya tertera pada Tabel 42 dapat disimpulkan bahwa komoditas yang banyak diusahakan petani adalah wortel,
bawang daun, caisim, lobak dan brokoli. Hal tersebut sesuai dengan data sekunder yang menunjukkan areal panen terluas sayuran pada tahun 2006 di
kecamatan Cipanas adalah wortel 562 hektar, bawang daun 279 hektar, kubis 87 hektar dan sawipetsai 68 hektar serta lobak 114 ha BPP Cipanas, 2007,
sedangkan di kecamatan Pacet areal panen terluas adalah wortel 801 hektar, bawang daun 612 hektar dan brokoli 48 hektar BPP Pacet, 2007.
6.3.1 Kriteria Komoditas Unggulan
Aspek Sosial. Analisis komoditas unggulan dilakukan antara lain dengan
menggunakan kriteria sosial. Aspek sosial yang menjadi pertimbangan dalam penentuan komoditas unggulan adalah komoditas tersebut secara sosial diterima
oleh masyarakat socially accepted yang ditunjukkan dengan luas areal dan tingkat penerapan teknologi masing-masing diberi bobot 0.2.
Luas areal komoditas ditunjukkan dengan seberapa luas areal di Kawasan Agropolitan ditanami dengan komoditas tersebut yang dinyatakan
dengan hektar. Berdasarkan data sekunder pada Tabel 23 dan Tabel 25 diperoleh luas areal total penggunaan lahan untuk komoditas wortel 1363
hektar, bawang daun 891 hektar, caisim 68 hektar, lobak 114 hektar dan luas areal brokoli 54 hektar BPP Pacet dan Cipanas, 2007.
Tingkat penerapan teknologi adalah kemampuan petani dalam menerapkan teknologi asta usaha, dinyatakan dalam persen, yang mencakup
pengolahan tanah, benih, pupuk, pestisida, pengairan, panen dan pasca panen serta teknologi konservasi tanah dan air. Tingkat penerapan teknologi oleh petani
diperoleh dari data pada Lampiran 16 yang dapat dirinci berdasarkan masing– masing komoditas sebagaimana terdapat pada Tabel 42.
Berdasarkan pada Tabel 42 terlihat bahwa tingkat penerapan teknologi Asta Usaha pada komoditas wortel sebesar 70,58 , bawang daun 76,10 ,
caisim 71,90 , lobak 67,0 dan brokoli 74,38 . Dengan demikian dapat diketahui tingkat penerapan teknologi tertinggi terdapat pada komoditas bawang
daun yaitu 76,10 .
Tabel 42 Tingkat Penerapan Teknologi Asta Usaha pada Setiap Alternatif Komoditas Unggulan
No Responden
Wortel B Daun
Caisim Lobak
Brokoli
1 1
76 76
71 71
87 2
2 68
77 79
71 77
3 3
64 74
74 74
70 4
4 67
69 77
64 78
5 5
77 86
75 75
72 6
6 74
82 77
64 62
7 7
74 74
68 77
76 8
8 72
77 67
77 73
9 9
77 74
73 30
- 10
10 69
72 65
- -
11 11
65 -
65 -
- 12
12 64
- -
- -
Jumlah
847 761
791 603
595
Rerata 70,58
76,10 71,90
67,0 74,38
Aspek Ekonomi. Aspek ekonomi yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
komoditas unggulan adalah komoditas tersebut secara ekonomi menguntungkan economicallly profitable yang ditunjukkan dengan kemampuan petani
menggunakan biaya modal dan kemampuan memperoleh keuntungan RC serta kondisi perubahan harga fluktuasi harga dari setiap komoditas. Setiap
aspek ekonomi tersebut masing-masing diberi bobot 0,15. Modal, adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk membiayai
usahatani yang dinyatakan dengan rupiah per hektar. RC, yaitu suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara pendapatan yang diterima dengan biaya
usahatani yang dikeluarkan, dinyatakan dengan angka rasio. Data modal yang digunakan diperoleh dari data primer sebagaimana terdapat pada hasil analisis
usaha tani setiap komoditas yang tertera pada Lampiran 17, 18,19, 20 dan 21 yang dapat diolah sebagaimana terdapat pada pada Tabel 43.
Berdasarkan Tabel 43 terlihat bahwa pengeluaran biaya per hektar yang dilakukan oleh petani wortel yaitu sebesar Rp. 14.755.399,99 , petani bawang
daun Rp 23.015.336,54, petani caisim Rp. 13.847.123,46 , petani lobak Rp. 22.432.340,00 dan brokoli Rp. 16.564.818,72. Pengeluaran terbesar dilakukan
oleh petani bawang daun yaitu sebesar Rp. 23.015.336,54 per hektar. RC usahatani wortel yaitu sebesar 1,84 ; bawang daun 2,34, caisim
1,33 ; lobak 2,75 dan brokoli 1,71. RC terbesar diperoleh pada usahatani lobak yaitu sebesar 2,75.
Tabel 43 Analisis Usahatani Komoditas Alternatif Unggulan Sayuran di Kawasan Agropolitan Pacet
x Rp.,-ha
No Uraian
Wortel B Daun
Caisim Lobak
Brokoli
I Biaya
1. Tetap 782544,00
1224500,00 537080,00
582617,00 1203133,00
2. Tidak Tetap 619219,00
2126533,00 498900,00
539000,00 1309750,00
Jumlah 1401763,00
3351033,00 1035980,00
1121617,00 2512883,00
II Pendapatan
2575938,00 9633333,00
1382500,00 2950000,00
4350000,00 III
Keuntungan 1174175,00
6282300,00 346520,00
1828383,00 1837117,00
IV RC
1,84 2,34
1,33 2,75
1,71 V
Luas M2 950,00
1456,00 810,00
500,00 1517,00
VI Prodha tha
14,80 12,07
11,77 14,34
3,68
Sedangkan fluktuasi harga menunjukkan kondisi kestabilan komoditas tersebut di pasaran. Semakin lebar jurang perbedaan harga komoditas tersebut
pada suatu waktu dengan waktu yang lain menunjukkan rentannya komoditas tersebut. Fluktuasi harga wortel, bawang daun dan caisim didekati secara
intersection dengan nilai-nilai yang terdapat pada Tabel 25 sebagai berikut : -
harga bawang daun tertinggi terjadi pada bulanJuni dengan harga Rp.1.788 ,- dan harga terendah Rp. 1.065 ,- yang terjadi pada bulan Agustus,
- harga wortel tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan harga Rp.1.541,30
,- dan harga terendah Rp. 571,90 yang terjadi pada bulan Desember, -
harga caisim tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan harga Rp. 1.230 ,- dan harga terendah Rp. 350,- yang terjadi pada bulan Oktober.
Sedangkan fluktuasi harga lobak dan brokoli dilakukan secara crosssection dengan mengolah data yang terdapat pada Lampiran 20 dan 21 dimana harga
lobak tertinggi per kilogramnya diperoleh Rp 5.000,- dan harga terendah Rp. 2.428,57 - sedangkan harga brokoli tertinggi diperoleh Rp. 6.000,- dan
harga terendah Rp. 5.000 ,- per kilogramnya. Aspek Teknis. Aspek teknis yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
komoditas unggulan adalah secara teknis dapat dilakukan technicallly suitable yang ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan produk per satuan luas dan
lamanya umur tanaman dapat dipanen masing-masing dengan bobot 0,10 dan 0,05. Produktivitas adalah jumlah produk yang dapat dihasilkan per satuan luas
di Kawasan Agropolitan Pacet Cianjur, yang dinyatakan dengan ton per hektar.
Berdasarkan Tabel 43 dapat diperoleh data produktivitas komoditas sayuran di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur yaitu untuk wortel 14,80 tha,
bawang daun 12,07 tha, caisim 11,77 tha, lobak 14,34 tha dan brokoli 3,68 tha. Terlihat bahwa produktivitas tertinggi terdapat pada usaharani wortel
dengan 14,80 tha. Sedangkan umur panen adalah waktu mulainya komoditas tersebut dapat diambildipanen yang dinyatakan dengan hari.
6.3.2 Penentuan Komoditas Unggulan
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dapat disusun matriks awal penilaian Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
sebagaimana terdapat pada Tabel 44.
Tabel 44 Matriks Awal Penilaian Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Komoditas
Kriteria Tek.
Luas Modal
RC Fluktuasi
Umur Prod
1 Wortel
70,58 1363
14.755.399,99 1,84
969,40 70-100
14,80 2
B. Daun 76,10
891 23.015.336,54
2,34 723,00
75-90 12,07
3 Caisim
71,91 68
13.847.123,46 1,33
980,00 25-30
11,77 4
Lobak 67,00
114 22.432.340,00
2,75 2.571,44
63-90 14,34
5 Brokoli
74,38 54
16.564.818,72 1,71
1.000,00 45-80
3,68 Bobot
0,20 0,20
0,15 0,15
0,15 0,05
0,10
Selanjutnya berdasarkan data pada Tabel 44 setiap kriteria diberi skor yaitu kriteria dengan nilai terkecil diberi skor 100, dan kriteria lainnya dihitung
berdasarkan skor tersebut, hasilnya sebagaimana terdapat pada Tabel 45.
Tabel 45 Matriks Hasil Transformasi Penilaian Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
N o
Alternatif Komoditas
Kriteria Nilai
Rank
Tek. Luas
Modal RC
Flukt Umur
Prod 1
Wortel 105,3
2524,0 93,8
138,3 265,3
35,7 13.188,4
21,1 504,8
14,1 20,7
39,8 1,8
1.318,8
1921,1
1
2 B daun
113,6 1650,0
60,2 175,9
355,7 33,3
9.020,3 22,7
330,0 9,0
26,4 53,4
1,7 902,0
1345,2
2
3 Caisim
107,3 125,9
100,0 100,0
262,4 100,0
156,3 21,5
25,2 15,0
15,0 39,4
5,0 15,6
136,7
4
4 Lobak
100,0 211,1
61,7 206,8
100,0 39,7
2.130,1 20,0
42,2 9,3
31,0 15,0
1,9 213,0
332,4
3
5 Brokoli
111,0 100,0
83,6 128,6
257,1 55,6
100,0 22,2
20,0 12,5
19,3 38,6
2,8 10,0
125,4
5
Bobot 0,20
0,20 0,15
0,15 0,15
0,05 0,10
Berdasarkan hasil analisis yang tertera pada Tabel 45 terlihat bahwa peringkat komoditas unggulan adalah sebagai berikut :
- Wortel menduduki peringkat pertama
- Bawang daun menduduki peringkat kedua
- Lobak menduduki peringkat ketiga
- Caisim menduduki peringkat keempat, dan
- Brokoli menduduki peringkat kelima.
Sehubungan dengan hal tersebut maka komoditas unggulan di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur adalah Wortel dan Bawang daun yang harus menjadi
perhatian utama dalam pengelolaan usahatani secara berkelanjutan.
6.3.3 Prospek Komoditas Unggulan
Visi Kabupaten Cianjur adalah terwujudnya Cianjur sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata andalan di Jawa Barat, sehingga salah satu
misinya adalah meningkatkan pendayagunaan potensi sumberdaya alam melalui pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Wortel dan bawang daun sebagai
komoditas unggulan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian berkelanjutan.
Wortel Daucus carota L.. Wortel sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia
tapi berasal dari negeri yang beriklim sedang sub-tropis yaitu Asia Timur Dekat dan Asia Tengah. Wortel ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun lalu.
Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh dunia.
Tanaman yang masuk dalam ordo Umbelliferales ini banyak ragamnya. Berdasakan bentuk umbinya ada tiga tipe, yaitu :
- tipe chantenay : berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul,
- tipe imperator : berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing, dan
- tipe nantes : merupakan gabungan tipe imperator dan chantenay.
Jus kombinasi dari wortel nantes dan chantenay, dipercaya memiliki khasiat terbaik, selain juga memberi cita rasa yang enak.
Wortel Daucus carota L adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu. Bagian yang
dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel adalah tumbuhan biennial siklus hidup 12 - 24 bulan yang menyimpan karbohidrat
dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh setinggi sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih.
Sumber:http:www.google.co.idkapanlagi.compcarrot.jpg
Gambar 27 Wortel Daucus carota L.
Beberapa kelebihan tanaman wortel dibanding dengan komoditas lainnya antara lain :
1 Mengandung vitamin A Wortel selain mengandung vitamin A sangat tinggi, juga memiliki unsur
kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, besi dan dibanding sayuran lain, wortel paling banyak mengandung beta karoten, rata-rata 12.000 IU.
2 Dapat ditanam sepanjang tahun Wortel termasuk tumbuhan yang dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat
tumbuh pada semua musim, terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab
3 Dapat mencegah stroke Stroke sering diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang
menyerang secara tiba-tiba dan terjadinya penurunan kesadaran serta merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak.
Gejala tersamar dari stroke antara lain gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku. Salah satu cara yang paling mudah dan murah untuk
menghindari penyakit ini, adalah mengkonsumsi tanaman wortel. Sebuah penelitan menunjukkan, mengkonsumsi wortel sedikitnya lima kali dalam
seminggu dapat menurunkan resiko terkena stroke hingga 68 persen bila dibandingkan yang makan wortel satu kali dalam sebulan.
4 Khasiat wortel lainnya yaitu dapat melindungi tubuh dari kemungkinan serangan kanker, mengurangi kadar kolesterol dalam darah, mencegah
terjadinya rabun senja dan memperbaiki penglihatan yang lemah, menetralkan asam dalam darah dan membantu hati menghilangkan toksin
racun di dalam tubuh. Wortel memiliki prospek bisnis industri karena wortel dapat diolah menjadi
berbagai produk olahan baik sebagai bahan makanan setengah jadi maupun menjadi bahan makanan jadi, misalnya keripik wortel, dodol wortel, geplak
wortel, wortel instan, wortel irisan kering untuk sup, permen wortel, juice wortel, dan bahan makanan wortel lainnya.
Sehubungan dengan kelebihan-kelebihan bahwa wortel dapat ditanam sepanjang tahun, memiliki kandungan vitamin A dan mineral lainnya , memiliki
khasiat dapat mencegah berbagai penyakit serta memiliki peluang agroinduistri maka wortel memiliki prospek bisnis yang cerah di masa datang sehingga
usahataninya perlu dikelola secara berkelanjutan agar dapat mengembangkan Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
Peluang usahatani wortel akan lebih besar lagi apabila dikelola secara organik. Pengalaman pertanian organik di Kawasan Bukit Gambung Pangkalan,
di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa hasil produksi sayuran tanpa menggunakan pestisida mencapai 10 ton
per bulan. Sayurannya dipupuk dengan pupuk kandangkotoran sapi dan volume panen tersebut terlampau kecil ketimbang total permintaan konsumen.
Hasil panen tersebut disortir secara ketat yaitu dibersihkan dengan air pegunungan, dikemas dalam plastik transparan berbobot 250 gram untuk
memenuhi permintaan sayuran nirpestisida di 17 gerai yaitu 4 gerai di Bandung dan 13 gerai di Jakarta dengan omzet Rp. 60,- juta – Rp. 80,- juta setiap bulan.
Masalah utama berniaga sayuran organik adalah kontinuitas, yaitu dengan pola tanam yang tepat agar produksi tidak terputus. Pada saat pergantian musim
hujan ke kemarau, hama datang menyerang diatasinya dengan memanfaatkan bahan baku insektisida nabati seperti daun suren, brotowali, daun tembakau,
kemangi, dan kacang babi, yang ditanam di pematang atau dari hutan. Bahan- bahan alami itu dicampur dengan air di dalam tong dan ditutup rapat serta
diperam 1-2 minggu. Serangan cendawan diatasi dengan menggunakan jahe, kunyit, cengkih, bawang putih, dan lengkuas. Satu tangki sprayer kapasitas 17
liter, cukup diberi seliter larutan insektisida nabati.
Cara lain yang dapat digunakan agar hama dan penyakit urung menyerang adalah dengan melakukan penanaman tumpang sari dekat bawang daun. Aroma
bawang daun mampu mencegah serangan lalat buah. Pola tanam dengan sistem rotasi dimana komoditas tidak ditanam di satu hamparan luas, tetapi terpisah-
pisah di beberapa bedeng untuk
mencegah penyebaran hama. Strategi ini dapat menyebabkan sayuran tumbuh subur dan kualitaspun tetap
terjaga sehingga diminati beragam konsumen. Di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur, wortel telah ditanam secara
tumpang sari multiple cropping atau istilah setempat gendong rewok yang memiliki manfaat :
- dapat menekan biaya produksi
- dapat mengurangi resiko kegagalan
- dapat meningkatkan kesuburan tanah
- memperoleh keuntungan yang saling melengkapi.
Bawang daun. Bawang daun yang termasuk jenis Allium, famili Alliaceae dan
ordo Asparagales, dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi, namun lokasi yang tepat adalah dengan ketinggian sekitar 250 - 1.500 m dpl. Curah hujan
yang tepat sekitar 1.500 - 2.000 mmtahun, dengan suhu udara harian 18 - 25°C. Jenis tanah yang cocok ialah andosol bekas lahan gunung berapi dan tanah
lempung yang mengandung pasir, dengan pH netral 6,5 - 7,5.
Sumber : Bahan Presentasi Agropolitan Cianjur 2005.
Gambar 28 Sistem Tanam Gendong Rewok di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
Jenis bawang daun yang baik diusahakan adalah : 1 Bawang prei Allium porum L
Di luar negeri jenis ini dikenal sebagai leek. Jenis ini tidak berumbi dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah atau putih. Pelepahnya panjang
dan liat, bagian dalam daun pipih 2 Kucai Allium schoercoprasum
Kucai adalah jenis bawang daun yang cukup terkenal sebagai bahan sayuran. Daunnya kecil, panjang, pipih, dan berwama hijau tua dan
berlubang kecil. Kucai berumbi meskipun kecil 3 Bawang semprong atau bawang bakung Allium fistulosum
Bawang bakung daunnya berbentuk bulat panjang dan berlubang seperti pipa, kadang berumbi, tetapi kecil. Varietas bawang bakung yang banyak
ditemukan di pasar yaitu sinyonya dan rarahan yang produktivitasnya 10,8 tonha dan silih besar 11,0 tonha di dataran rendah.
Dalam rangka meningkatkan produksi bawang daun, pada tahun 2005 MENTERI PERTANIAN melalui surat keputusan NOMOR
86KptsSR.12032005 melepas bawang daun varietas FEAST sebagai varietas unggul yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi karena
memiliki keunggulan produktivitas tinggi, umur genjah, batang tanaman kekar dan padat, warna daun hijau tua, baradaptasi dengan baik di dataran sedang
sampai tinggi. Sekitar umur 2 bulan, bawang daun sudah layak dikonsumsi. Bila
menggunakan bibit asal biji maka waktu dihitung sejak tanaman mulai dipindahkan ke lahan. Bawang daun biasanya dicabut semua bagiannya,
termasuk akar kecuali bila anakan hendak ditanam lagi, disisakan sebagian di lahan. Akar dan bagian daun yang layu atau busuk dibuang. Rumpun yang
daunnya berukuran sama digabungkan. Bila hendak diikat dalam suatu ikatan besar, yang diikat adalah alasnya bukan daun bawangnya langsung.
Bawang daun juga memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan peningkatan kebutuhan permintaan konsumen domestik maupun untuk tujuan
ekspor. Namun demikian, pada saat ini produktivitas rata-rata di tingkat petani masih relatif rendah yaitu 12,07 ton per hektar Lihat Tabel 43. Hal ini
disebabkan karena rakitan budidaya yang tersedia belum optimal.
Sumber: http:www.google.co.idWikipedia Indonesia,
ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.mht
Gambar 29 Bawang Daun Aliceae
Perbaikan teknologi budidaya dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani seperti terlihat pada hasil pengkajian oleh BPTP Jawa Barat,
di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman, jumlah tunas,
dan hasil bawang daun. Hasil panen meningkat 6,6 tonha 78,6 dan pendapatan bersih meningkat sebesar Rp.3.865.525,00 129 dengan BC ratio
1,34 pada petani kooperator dan 0,80 pada petani nonkooperator. Nilai IBCR 2,73 berarti bahwa penambahan satu satuan input dapat meningkatkan
pendapatan usahatani bawang daun sebesar 2,73 kali. Daun bawang Allium porrum L., dan Allium fistulosum L. telah diteliti
kemampuannya dalam menurunkan hiperkolesterolemia, sehingga selain berfungsi sebagai bahan makanan, bawang daun juga berfungsi sebagai bahan
obat-obatan yang menambah tingkat kepentingan bawang daun. Namun mengelola usahatani bawang daun dapat mengalami kegagalan apabila
tanamannya mendapat serangan hama wereng hitam dan pada saat bersamaan harga bawang daun dapat juga anjlok hingga titik terendah.
Mengelola usahatani harus menggunakan beberapa input pertanian agar kendala yang mengganggu tanaman dapat diatasi seperti misalnya input yang
digunakan pada awal olah lahan, input untuk penyemprotan, input perekat, input untuk penanggulangan hama dan penyakit sehingga
perkembangan tanamannya dapat semakin bagus.
Pada saat ini telah berkembang pertanian organik dimana penggunaan input anorganik dikurangi atau bahkan tidak digunakan sama sekali. Pestisida
anorganik telah diganti dengan produk pestisida organikagens hayati. Penyemprotan pestisida organik agens hayati dapat dilakukan secara silang
bergantian 10 hari sekali sehingga dapat lebih hemat dan ramah lingkungan. Pengalaman petani menunjukkan bahwa dalam penggunaan pestisida
kimia, rata-rata petani dapat menghabiskan Rp. 300.000,- namun setelah menggunakan pestisida organikagens hayati hanya menghabiskan tidak kurang
dari Rp. 100.000,- berarti ada penghematan Rp. 200.000,- untuk pengendalian hama dan penyakit dan serangan hama dan penyakitnya berkurang serta
berangsur-angsur hilang. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kebutuhan
pangan secara kualitas juga turut meningkat. Selain bergizi tinggi, kesehatan panganpun sangat dibutuhkan. Pangan yang sehat khususnya untuk sayuran,
salah satunya adalah yang diproduksi dengan menghindari penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintetis, agar residu kimia dalam produk sayuran dapat
diminimalkan, sehingga produk sayuran menjadi lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Salah satu solusi untuk menekan tingkat residu pada bawang daun adalah digunakannya formula piretrum sebagai pestisida nabati, hal ini dilakukan
untuk mendukung agar bawang daun lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi sebagai bumbu dan penyedap makanan dan dimanfaatkan sebagai obat.
Aplikasi awal piretrum dilakukan bila terlihat gejala serangan hama 8-10 , dan diulang 4 kali berturut-turut, dengan selang waktu 4 minggu. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa tingkat residu pestisida pada lahan yang mengaplikasikan pestisida nabati piretrum selama 2 tahun berturut-turut mengalami penurunan,
sebaliknya dengan lahan yang tidak menggunakan pestisida piretrum justru mengalami kenaikan. Dengan tingkat residu kimia yang semakin menurun pada
lahan pertanaman maka diharapkan residu kimia pada tanaman juga menurun BPTP Jawa Barat, 2006.
Produksi bawang daun di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur tak hanya memenuhi pasaran untuk kebutuhan Cianjur dan sekitarnya, tetapi juga sebagai
kawasan penyangga ibu kota negara, sehingga bawang daun juga dilempar ke daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Sumber : Bahan Presentasi Agropolitan Cianjur 2005.
Gambar 30 Keadaan Pertanaman Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
Komoditas hortikultura itu masuk ke Jabotabek melalui Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar tradisional lainnya, seperti Pasar Palmerah dan
Pasar Senen. Komoditas sayuran bawang daun juga dipasok ke pasar-pasar swalayan dan restoran di Jabotabek. Syaratnya adalah mutunya harus sesuai
dengan standar yang ditetapkan, bahkan untuk menjamin ketersediaan sayuran, sejumlah pengusaha telah menjalin kontrak pembelian sayur-mayur langsung
dengan petani. Perkembangan agrobisnis di Kawasan Agopolitan Pacet, Cianjur belum
stabil karena harga sayurannya fluktuatif, sehingga para petani mengalami kesulitan dalam mengembangkan usaha. Harga sayuran di tingkat petani sangat
tergantung pada tengkulak dan pengepul sayuran, dan para petani baru menerima pembayaran hasil penjualan sayuran dari tengkulak setelah sayuran
produksi mereka habis terjual dengan jangka waktu mencapai lebih dari satu bulan. Lemahnya posisi tawar para petani ini disebabkan oleh tingkat pendidikan
yang rendah, yaitu hanya mengenyam bangku sekolah dasar SD dan sekolah lanjut tingkat pertama SLTP, disamping juga disebabkan oleh lemahnya
kelembagaan petani di daerah tersebut, dimana kebanyakan petani masih jalan sendiri-sendiri, tidak bergabung dalam satu komunitas petani.
6.4 Pengembangan Agroindustri 6.4.1 Keadaan Responden
Responden penelitian Pengembangan Agroindustri di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah pakar pertanian berjumlah 20 orang.
Responden laki–laki 17 orang 85 dan wanita 3 orang 15 dan semuanya beragama Islam.
Ditinjau dari aspek usia, sebagian besar responden 60 telah berumur lebih dari 40 tahun yaitu 5 orang 25 berumur 41 - 50 tahun, sebanyak 6
orang 30 berumur 51 – 60 tahun, sebanyak 1 orang 5 berumur diatas 60 tahun dan sisanya 8 orang 40 berumur antara 31 – 40 tahun. Sebagian
besar responden hanya berpendidikan dasar dan menengah yaitu 6 orang 30 berpendidikan SD dan 1 orang 5 berpendidikan SMP, sedangkan yang
berpendidikan SMU 3 orang 15 , berpendidikan Sarjana Muda dan S1 sebanyak 7 orang 35 , serta yang berpendidikan S2 hanya 3 orang 15 .
Ditinjau dari aspek pekerjaan utama, keadaan responden adalah sebagai petani sebanyak 6 orang 30 , petani sekaligus pedagang 3 orang 15 staf
dinas pertanian 6 orang 30 , dosen 2 orang 10 , peneliti 1 orang 5 , karyawan swasta 1 orang 5 , dan pengusaha 1 orang 5 .
Rata-rata tanggungan keluarganya adalah 4 orang dengan sebagian besar responden penelitian yaitu 11 orang 55 memiliki tanggungan keluarga
sebanyak 5 orang, 6 orang 30 memiliki tanggungan 4 orang dan hanya 4 orang 20 yang memilki tanggungan 3 orang.
Ditinjau dari pendapatannya, rerata pendapatan keluarga responden adalah Rp 2.165.000,- per bulan dengan sebagian besar responden yaitu 10 orang
50 berpendapatan per bulan Rp. 2 juta, yang lainnya berpendapatan Rp. 2 juta, dengan rincian seperti terdapat pada Tabel 46.
Tabel 46 Keadaan Pendapatan Responden Penelitian Pengembangan Agroindustri di Kawasan Agropolitan Pacet
No Jumlah
Responden Pendapatan per bulan
Persentase 1
2 Rp. 1.000.000,-
10 2
8 Rp. 1,1-2.000.000,-
40 3
6 Rp. 2,1-3.000.000,-
30 4
4 Rp. 3.1-4.000.000,-
20 Rerata
Rp. 2.165.000,-
6.4.2 Usaha Pengolahan Hasil Pertanian
Berdasarkan analisis komoditas unggulan terdapat dua komoditas unggulan yaitu wortel dan bawang daun. Wortel dan Bawang daun tak dapat
disimpan lama, komoditas tersebut harus segera dibawa ke pasar agar mutunya masih baik ketika dijajakan ke konsumen. Kondisi itu menyebabkan keuntungan
yang mereka peroleh dari menjual hasil panen sayuran sering harus diputar kembali untuk menutup kerugian ketika harga sayuran sedang anjlok.
Tidak stabilnya harga sayuran wortel dan bawang daun menyebabkan perlunya upaya pengolahan hasil pertanian agar dapat mengembangkan
agroindustri di kawasan agropolitan yang merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi USDT Berkelanjutan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian pengembangan agroindustri sayuran dataran tinggi di kawasan agropolitan ditekankan pada pengolahan hasil
komoditas wortel dan bawang daun. Usaha Pengolahan Wortel. Berdasarkan hasil analisis maka terdapat tujuh
peluang usaha pengolahan wortel yaitu manisan wortel, dodol wortel, kerupuk wortel, juice wortel tepung wortel dan wortel kering serta acar wortel. Untuk
mengetahui jenis pengolahan wortel yang paling mungkin dikembangkan maka dilakukan analisis dengan Metoda Perbandingan Eksponensial MPE. Hasil
rerata pembobotan setiap kriteria dan jenis pengolahan wortel sebagaimana terdapat pada Tabel 47.
Tabel 47 Hasil Rerata Pembobotan Setiap Jenis Pengolahan Wortel dalam rangka Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet
No Kriteria Bobot Acar
Juice Kerupuk Manisan
Dodol Tepung Wortel
Kering
1
Bahan Baku
2,41 7,30
2,81 2,86
1,00 2,10
7,94 7,00
2
Harga Alat
6,07 5,77
5,72 5,47
7,24 6,14
7,35 6,00
3
Teknologi
7,30 8,30
6,92 6,84
5,48 6,65
9,00 9,00
4
Tenaga Kerja
5,44 5,51
4,26 4,74
4,47 4,23
5,29 3,16
5
Bau
3,16 3,27
2,75 2,73
7,35 2,65
2,65 1,00
6
Potensi Pasar
7,47 6,06
8,02 8,72
3,60 8,12
6,71 6,00
7
Sosial Budaya
3,92 6,20
3,62 3,73
6,00 3,53
3,74 3,16
8
Nilai Tambah
5,67 6,53
5,70 6,17
7,24 5,67
8,00 8,49
9
Dampak Lingkungan
2,94 4,30
2,09 1,84
4,05 2,35
4,90 2,45
Untuk memperoleh perbandingan eksponensialnya dilakukan cara perhitungan sebagai berikut :
- untuk pengolahan acar, nilai alternatif bahan bakunya adalah 7,30 pangkat 2,41
- untuk pengolahan juice wortel, nilai alternatif bahan bakunya adalah 2,81 pangkat 2,41.
Demikian seterusnya sehingga diperoleh perbandingan eksponensialnya sebagaimana terdapat pada Tabel 48.
Tabel 48 Penilaian Alternatif Pengolahan Wortel dalam rangka Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet
No Kriteria
Acar Juice
Kerupuk Manisan
Dodol Tepung
Wortel Kering
1 Bahan
Baku 120,39
12,06 12,58
1,00 5,98
147,42 108,81
2 Harga
Alat 41.719,32
39.572,53 30.170,54
165.429,55 60.838,99
181.285,95 52.890,55
3 Teknlgi
5.120.001,34 1.357.608,32 1.247.123,73
547.228,24 1.015.308,47
9.246.349,79 9.246.349,79
4 Tenaga
Kerja 10.761,29
2.654,53 4.744,98
3.448,84 2.554,42
8.621,89 552,75
5 Bau
42,26 24,45
23,89 546,35
21,75 21,75
1,00 6
Potensi Pasar
699.955,62 5.677,83
10.608,60 14.308,02
6.228.500,99 1.498.363,64
649.815,16 7
Sosial Budaya
1.279,38 154,93
174,22 1.112,93
140,37 176,06
90,94 8
Nilai Tambah
41.740,51 19.311,25
30.263,34 74.940,69
18.742,00 131.983,68
184.887,09 9
Dampak Lingk.
72,84 8,73
6,01 61,08
12,33 106,94
13,94 Jumlah
5.915.692,95 1.425.024,63 1.323.127,89
807.076,7 7.326.161,93
11.067.057,12 10.134.710,03
Berdasarkan Tabel 48 terlihat bahwa jumlah nilai tertinggi sesuai urutan pertama, kedua dan ketiga adalah sebagai berikut :
- tepung wortel dengan nilai 11.067.057,12
- wortel kering dengan nilai 10.134.710,03
- dodol wortel dengan nilai 7.326.161,93
Sehubungan dengan hasil tersebut maka peluang agroindustri wortel yang paling layak dikembangkan adalah agroindustri tepung wortel, wortel kering
dan dodol wortel. Menurut Kumalaningsih 2007 dari wortel dapat dibuat antioksidan
alami dalam bentuk kering, namun perlu hati-hati karena banyak dijumpai produk-produk tradisional yang dikeringkan dengan sinar matahari. sangat
berisiko karena rawannya kontaminasi dengan bakteri, jamur lewat debu saat pengeringan.
Tepung wortel sering disebut sari wortel instan. Tepung wortel
mengandung vit A 6.830 IU100 gr sampel. Rasanya seperti ketela rambat ubi jalar. Aroma nikmat yang diperoleh setelah diseduh air mendidih membuat
produk ini digemari masyarakat. Cocok disajikan hangat di daerah yang dingin. Tepung wortel dapat juga dijadikan sebagai oleh-oleh.
Pembuatan Tepung Wortel Kering dapat dilakukan dengan teknik pengolahan yang lebih aman dengan proses pengeringan sebagai berikut :
- wortel tidak usah dikupas tapi langsung dicuci sampai bersih, - wortel kemudian ditimbang, dipotong tipis - tipis dan kecil - kecil, direbus 1-3
menit, dikeringkan dalam oven pada suhu 55 - 65 C selama 8 - 10 jam,
- setelah kering, wortel dihancurkan kemudian diayak halus 80 mesh, - wortel kemudian dibungkus dan disimpan dalam wadah tertutup.
Cara pembuatan tepung wortel lainnya yang cukup mudah yaitu sebanyak 2 kg wortel dicuci dan dikupas. Wortel yang dipilih berumur 105 - 120
hari. Jika lebih muda rasanya akan berubah, rasa manis khas wortelnya berkurang. Kalau yang terlalu tua, rasanya juga kurang enak dan sari wortelpun
berkurang. Setelah itu wortel diparut atau diblender lalu diperas dan disaring dengan kain kasa. Sari wortel yang diperoleh dimasukkan ke wajan berisi seliter
air. Tambahkan 2 kg gula pasir, kayumanis 2 batang, cengkih 5 biji, dan jahe 1 ruas. Campuran itu diaduk terus-menerus selama 1 - 2 jam hingga terbentuk
bubuktepung wortel. Selanjutnya bubuk wortel dikemas dalam plastik. Salah satu contoh produk wortel yang dihasilkan oleh Kelompok Kerja
Pokja KTB Tawangmangu adalah Instan Wortel WORTA.
Sumber: http:www.google.co.idJual Instan Wortel WORTA-Pokja KTB Tawangmangu-Agrodev Distribution-Indonesia.mht
Gambar 31 Tepung Wortel Kemasan Merk WORTA.
Instan Wortel WORTA yang diproses dengan tepat, sehingga kandungan gizi yang terkandung dalam wortel dapat dipertahankan. Setiap bulan dapat di-
produksi 100 Kg instan wortel WORTA. Instan Wortel WORTA berbentuk serbuk agak kasar dengan warna kekuningan cerah dan baunya tidak langu bau khas
wortel. Apabila diminum secara langsung terasa manis asli gula tebu, tanpa pemanis, pewarna dan aroma sintetis. Kandungan per 100 gram : Air 0,07 ,
Abu 0,649 mg dan Karoten 6,9011 mg. Worta dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kue. Harganya Rp. 7.500,- ukuran kemasan 200
gram ditambah ongkos kirim Rp. 15.000,-. Instan wortel WORTA dikemas dalam kantong plastik ukuran 200 gram dan 500 gram.
Tepung wortel dapat dibuat minuman jelly dengan formula sebagai berikut :
50 gram tepung wortel, Gula 10 100 gram, Asam sitrat 0,001 1 gram, Agar-agar 0,25 250 gram, Jelly 0,25 250 gram, Karagenan 0,005
5 gram. Semua bahan-bahan dicampur, dan untuk mengkonsumsinya dicampur dengan 1 liter air air hangat.
Di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur telah dilakukan usaha pengolahan wortel, misalnya : wortel instan dengan produksi 6 kgminggu, keripik wortel 25
kgminggu, manisan wortel 20 kgminggu, juice wortel 16 botolminggu dan wajit wortel 20 kgminggu. Usaha pengolahan wortel ini, dikembangkan oleh
Kelompok Wanita Tani KWT Sekarmanis dan KWT Kartini dengan jumlah total anggota 22 orang wanita tani.
Sumber : Bahan Presentasi Agropolitan Cianjur 2005.
Gambar 32 Beberapa Produk Olahan Wortel yang Diproduksi oleh KWT di Kawasan Agropolitan.
Usaha Pengolahan Bawang Daun. Dibandingkan dengan wortel, usaha
pengolahan bawang daun relatif lebih terbatas. Daun bawang banyak digunakan dalam masakan Indonesia misalnya dalam martabak telur, dan sebagai bagian
dari sop yang selain wanginya menarik tapi juga sebagai penambah rasa dalam makanan. Bawang daun juga dapat dijadikan untuk bahan kue.
Berdasarkan hasil analisis maka terdapat tiga peluang usaha pengolahan bawang daun yaitu bawang daun kering, bawang daun bumbu dapur dan
bawang daun bahan pengisi. Untuk mengetahui jenis pengolahan bawang daun yang paling layak untuk dikembangkan maka dilakukan analisis dengan MPE.
Hasil rerata pembobotan setiap kriteria dan jenis pengolahan bawang daun sebagaimana terdapat pada Tabel 49.
Tabel 49 Hasil Rerata Pembobotan Setiap Jenis Pengolahan Bawang daun dalam rangka Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet
No Kriteria
Bobot Bawang
Daun Kering Bawang
Daun Bumbu Bawang
Daun Pengisi
1 Bahan Baku
2,49 2,75
7,94 7,94
2 Harga Alat
6,57 6,56
6,52 7,94
3 Teknologi
6,03 6,65
7,85 7,94
4 Tenaga Kerja
5,24 5,31
6,20 4,24
5 Bau
2,93 3,11
3,42 2,45
6 Potensi
Pasar 6,51
6,82 6,86
4,90 7
Sosial Budaya
3,74 4,82
6,31 4,47
8 Nilai Tambah
4,89 4,68
6,21 5,00
9 Dampak
Lingkungan 3,09
2,83 4,30
3,16
Untuk memperoleh perbandingan eksponensialnya dilakukan cara perhitungan sebagai berikut :
- untuk pengolahan bawang daun kering, nilai alternatif bahan bakunya adalah 2,75 pangkat 2,49
- untuk pengolahan bawang daun bumbu, nilai alternatif bahan bakunya adalah 7,94 pangkat 2,49
Demikian seterusnya sehingga diperoleh perbandingan eksponensialnya sebagaimana terdapat pada Tabel 50.
Tabel 50 Penilaian Alternatif Pengolahan Bawang daun dalam rangka Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet
No Kriteria
B. Daun Kering
B. Daun Bahan Pengisi
B. Daun Bumbu
1 Bahan Baku
12,42 174,00
174,00 2
Harga Alat 232.840,34
223.669,47 816.245,31
3 Teknologi
91.541,76 248.992,43
266.635,29 4
Tenaga Kerja 6.302, 25
14.194,90 1.938, 19
5 Bau
27,78 36,70
13,81 6
Potensi Pasar 267.877,53
276.954,59 31.047,19
7 Sosial Budaya
358,59 981,99
270,49 8
Nilai Tambah 1.894, 53
7.554, 71 2.617, 96
9 Dampak
Lingkungan 24,89
90,66 34,99
Jumlah
600.880,09 772.649,45
1.118.977,23
Berdasarkan Tabel 50 terlihat bahwa jumlah nilai tertinggi sesuai urutan pertama, kedua dan ketiga adalah bawang daun sebagai bumbu dapur dengan
nilai 1.118.977,23, bawang daun sebagai bahan pengisi dengan nilai 772.649,45 dan bawang daun kering dengan nilai 600.880,09.
Gambar bawang daun sebagai bumbu dapur sebagaimana terlihat pada Gambar 32.
Sumber:http:www.google.co.idWikipedia Indonesia,ensiklopedia
bebas berbahasa Indonesia.mht
Gambar 33 Bawang Daun Bumbu Dapur Chopped spring onion Sehubungan dengan hasil tersebut maka peluang agroindustri bawang
daun yang paling layak dikembangkan adalah agroindustri bawang daun sebagai bumbu dapur, bawang daun sebagai bahan pengisi dan bawang daun kering.
6.4.3 Prospek Pengolahan Hasil Pertanian
Wortel merupakan bahan pangan yang amat sarat nutrisi, kaya akan kalsium dan fosfor, vitamin A, dan beragam bahan bermanfaat lain. Wortel kaya
akan serat yang dibutuhkan tubuh dan membantu menghindarkan pembentukan sel kanker sehingga pakar gizi menyarankan agar wortel dikonsumsi setiap hari.
Wortel sangat prospektif sebagai produk olahan karena telah dikenal sebanyak dua puluh resep olahan wortel, mulai dari aneka jus, salad, asinan
penggugah selera, beragam sup hingga snack sedap seperti cake wortel, donat wortel. Semuanya mudah dibuat dan bahannyapun relatif murah serta mudah
didapat. Namun demikian, posisi tawar petani relatif masih rendah, salah satu penyebabnya karena aspek kelembagaan. Perkumpulan petani yang sudah
terbentuk belum dapat berjalan dengan optimal. Padahal, komunitas petani tersebut berfungsi untuk membangun jaringan pemasaran dan memperkuat
posisi tawar mereka terhadap pasar. Dalam rangka tujuan mengembangkan agribisnis sayuran dan membuka
akses pasar para petani di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur, pihak Dinas Pertanian Cianjur mulai mengembangkan sejumlah Sub Terminal Agribisnis
STA sebagai tempat transaksi para petani dan pedagang sayuran, disamping dapat mengetahui informasi harga di pasar induk. Sebelum dibawa ke STA, oleh
petani atau pedagang, sayuran biasanya diletakkan dalam suatu wadahkarung atau kantong plastik, sehingga pemerintah membangun “Packing house ”
Pemerintah daerah juga mulai membangun tempat pelatihan bagi petani dan menyediakan sarana komunikasi dan perbankan di daerah pedesaan
dengan harapan masyarakat dapat mengembangkan sektor hortikultura sebagai basis perekonomian mereka. Para konsumen juga dapat membeli sayuran
langsung ke petani sambil berwisata alam di perkebunan. Harapannya agar strategi tersebut dapat mencegah meluasnya konversi lahan pertanian yang
menjadi permukiman mewah. Keberadaan permukiman mewah, menyebabkan harga tanah di kawasan agropolitan terus membubung seiring dengan maraknya
pembangunan rumah peristirahatan. Kondisi itu memicu semakin banyak petani yang menjual lahan miliknya. Data Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur 2004
menunjukkan bahwa di Kabupaten Cianjur terjadi penyusutan lahan pertanian seluas 1.912 hektar sepanjang tahun 2003.
Jika luas tanam sayuran pada tahun 2002 mencapai 15.822 hektar, maka luas tanam sayuran pada tahun 2003 hanya 13.910 hektar.
Usaha pemasaran sayuran dalam bentuk segar masih sangat rawan karena petani masih memungkinkan memperoleh harga rendah terutama apabila
terjadi kelebihan pasokan. Sehubungan dengan tersebut maka sayuran perlu diolah sehingga umbi wortel dan bawang daun dapat diolah menjadi berbagai
produk olahan yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lebih lama. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balitsa, Lembang, Jawa Barat, juga
melakukan pengkajian produk olahan sayuran untuk mengatasi permasalahan panen raya baik untuk komoditas wortel maupun bawang daun, bahkan
berbagai jenis sayuran lainnya seperti seledri dan kubis. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pengklajian
pengeringan sayuran. Sayuran diiris-iris kemudian dikeringkan, untuk digunakan sebagai sup. Jika disiram air panas, sayuran kering akan mengembang kembali
sebab masih memiliki daya rehidrasi tinggi. Agar bisa seperti itu, sayuran harus dikeringkan dengan mengunakan teknik yang tepat.
Perlakuan sebelum masuk ke alat pengering disebut bleaching yang bertujuan menginaktivasi enzim dalam sayuran agar stabil. Cara yang paling
mudah adalah dengan teknik pengukusan. Lamanya pengukusan tergantung bobot sayuran yang akan dikeringkan. Sayuran 1 kg cukup dikukus selama 5
menit; 10 kg membutuhkan waktu 15 menit. Semakin banyak jumlahnya, waktu pengukusanpun lebih banyak. Inaktivasi enzim membuat sayuran tak cepat
gosong ketika dikeringkan dalam oven dan vitamin yang terkandungpun tidak mudah hilang.
Selain suhu, lama pengeringan mempengaruhi hasil sayuran. Lama pengeringan dipengaruhi laju respirasi tanaman. Tanamankomoditas yang
memiliki stomata kecil menyebabkan air sulit keluar sehingga laju respirasi lambat.
Di dalam oven, suhu pengeringan harus di bawah 60
o
C. Suhu pengeringan yang tinggi menyebabkan sel rusak sehingga sayuran tak
mengembang saat disiram air panas. Selain itu, ikatan klorofil juga terputus, akibatnya rasa dan bau menguap ke udara serta menyebabkan sayuran menjadi
kuning seperti daun gugur. Teknik pengeringan sederhana seperti itu memungkinkan petani dapat melakukannya sehingga prospek pengolahan hasil
sayuran baik wortel maupun bawang daun menjadi berbagai produk masih sangat terbuka.
165
VII PENDUGAAN BESARNYA EROSI
Besarnya erosi yang terjadi diduga dengan menggunakan metode USLE di Kawasan Agropolitan Pacet. Pendekatannya dilakukan pada skala usahatani
berdasarkan atas kondisi fisik lahan. Pada setiap lahan usahatani dianalisis besarnya faktor-faktor penentu erosi untuk selanjutnya dilakukan pendugaan
besarnya erosi menurut metode USLE. Prediksi besarnya erosi yang terjadi kemudian dibandingkan dengan Erosi yang masih dapat dibiarkan tolerable erosion
= T, sehingga dapat dianalis is teknik-teknik konservasi tanahnya.
7.1 Erosi yang masih dapat Dibiarkan tolerable erosion = T
Erosi yang masih dapat dibiarkan tolerable erosion = T, menggunakan nilai maksimum T yang ditetapkan oleh Hardjowigeno 1987 sebesar = 2,5 mm per
tahun atau 30 ton per hektar per tahun. Alasan penggunaan nilai tersebut adalah karena nilai T sebesar 2,5 mm per tahun 30 tonhath sesuai untuk kondisi
Indonesia dimana tanah-tanahnya dalam dengan lapisan subsoil yang permeabel dengan substratum yang tidak terkonsolidasi telah mengalami pelapukan.
7.2 Pendugaan Erosi
Pendugaan besarnya erosi yang terjadi dengan menggunakan rumus : A = R x K x LS x C x P
Besarnya nilai-nilai faktor erosi yaitu faktor R, K, LS, faktor C dan faktor P seperti terdapat pada Lampiran 22, 23, 24, 25, 26, 27 dan 28. Berdasarkan hasil
yang diperoleh maka dugaan besarnya laju erosi pada setiap lahan USDT di Kawasan Agropolitan Pacet seperti terdapat pada Lampiran 29.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh laju erosi di Kawasan Agropolitan Pacet rata-rata 222,05 thatahun, yang bila diasumsikan berat volume tanah 1,2 gramcc
maka rata-rata tanah tererosi setebal 18,50 mmtahun.
7.2.1 Indeks Erosi Hujan R
Indeks Erosi Hujan R diperoleh dari pendekatan energi kinetis EI
30
yang diterima lahan di Kawasan Agropolitan Pacet dengan rumus :
EI
30
= 6,119 RAIN
121
DAYS
–0,47
MAXP
0,53
166
dimana : - EI
30
merupakan indeks erosi hujan bulanan ton-mhacm - RAIN adalah curah hujan rata-rata bulanan cm
- DAYS adalah jumlah hari hujan rata-rata per bulan hari - MAKP adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan tertentu cm
- EI
30
Tahunan adalah jumlah EI
30
bulanan. Berdasarkan data curah hujan di stasiun Pacet yang telah dilaporkan ke
Balai Penelitian Agroklimat di Cimanggu, diperoleh keadaan curah hujan sejak tahun 2002 sampai tahun 2006 sebagaimana terdapat pada Lampiran 22. Berdasarkan
data tersebut maka dapat dihitung curah hujan rata-rata bulanan seperti terdapat pada kolom 3 pada Lampiran 23. Berdasarkan data tersebut juga dapat dihitung
hari hujan rata-rata bulanan seperti terdapat pada kolom 5 pada Lampiran 23. Selanjutnya berdasarkan data dari Balai Penelitian Agroklimat di Cimanggu,
diperoleh data curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Juni 2007 sebagaimana terdapat pada kolom 7 Lampiran 23.
Hasil perhitungan sebagaimana rumus diatas diperoleh energi kinetis bulanan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember, sehingga hasil
penjumlahan seluruh energi kinetis pada bulan - bulan yang bersangkutan diperoleh perkiraan besarnya energi kinetis tahunan EI
30
yaitu sebesar 7.437,71 ton-mhacm. Selanjutnya angka tersebut digunakan sebagai pendekatan untuk
besarnya indeks erosi hujan R. Oleh karena hujan biasanya terjadi pada satu kawasan tertentu maka besarnya indeks erosi hujan R pada setiap lahan di
Kawasan Agropolitan Pacet diasumsikan sama. Berdasarkan pendekatan EI
30
tahunan tersebut maka dapat diperkirakan besarya indeks erosi hujan R = 7.437,71 ton-mhacm.
7.2.2 Faktor Erodibilitas Tanah K
Penentuan besarnya faktor erodibilitas tanah K didasarkan pada hasil analisis tanah sebanyak 50 sampel tanah yang dilaksanakan di Laboratorium
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB dan Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian yaitu antara lain : - kandungan bahan organik seperti terdapat pada kolom 3, Lampiran 24
- persentase pasir sangat halus dan debu pada kolom 5, Lampiran 24