15
Dengan demikian degradasi lingkungan baik di daerah hulu maupun hilir dapat dikurangi dan kawasan budidaya sayuran dataran tinggi dapat terjaga
kelestariannya. Aspek ekologi dalam pengelolaan berkelanjutan didekati dengan daya
dukung lahan yaitu kondisi lahan itu sendiri dan agroklimat, sehingga dapat dianalisis kesesuaian lahannya land suitability atau kemampuan lahannya
land capability. Aspek sosial perdesaan kaitannya dengan pengelolaan usahatani
sayuran dataran tinggi berkelanjutan didekati dengan persepsi dan partisipasi masyarakat sehingga dapat dilakukan analisis bagaimana pendapat masyarakat
dan partisipasinya dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan, apakah terdapat hubungan yang positif
antara pendapat masyarakat dengan tingkat partisipasinya ? Kerangka pemikiran model pengelolaan usahatani sayuran dataran
tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan dapat dilihat pada Gambar 2.
1.6 Kebaruan Penelitian Novelty
Program Agropolitan mulai dikembangkan di Indonesia pada Tahun 2002 melalui Program Agropolitan Rintisan di 8 delapan Kabupaten dengan
dukungan pendanaan dari Pemerintah Pusat. Pengembangan Program Agropolitan selanjutnya diserahkan ke Pemerintah Kabupaten dan Kota seiring
dengan implementasi Undang-Undang Otonomi Daerah. Selama jangka waktu mulai dicanangkannya Program Agropolitan sampai
sekarang, sudah terdapat sekitar 112 Kawasan Agropolitan di Indonesia. Lembaga Pemerintah dan Swasta telah banyak menyebarkan informasi tentang
program dan pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan, namun berdasarkan telusuran melalui reference dan internet, penelitian tentang
Agropolitan relatif masih sedikit dan itupun hanya dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian dan beberapa Perguruan Tinggi.
Penelitian yang dilakukan di luar negeripun relatif masih sedikit terlihat dari sedikitnya reference dalam bentuk media cetak ataupun elektronik. Selain itu,
penelitian yang telah dilakukanpun masih parsial, yaitu hanya dari aspek ekonomi, sosial, teknologi ataupun aspek lingkungannya.
Agro
-
niaga
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan
Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pembangunan Pertanian
Program Agropolitan
Kawasan Agropolitan
Basis Sayuran
Dataran Tinggi
SA RA
NA
PE NUN
JANG
Agro- Input
On- Farm
Sosial
Ekologi
Teknologi
Ekonomi Pendapat dan
Partisipasi
Erosi
Tek. Konservasi Tanah dan Air
Komoditas Unggulan
Pengelolaan USDT
Berkelanjutan
§ Partisipasi Meningkat
§ Erosi Kecil § Agroindustri
Berkembang § Pendapatan
Petani tinggi
Agro- Industri
Agro- Niaga
17
Beberapa penelitian tentang agropolitan di Indonesia yang berhasil diteklusuri antara lain yaitu :
a Penelitian tentang penerapan konsep, sistem usaha, kinerja dan perspektif Agropolitan, masing-masing dilakukan oleh Ernalia et al. 2004 yaitu tentang
aplikasi penerapan konsep agropolitan, Ella et al. 2004 tentang sistem usaha Tanaman-Ternak melalui pola bantuan langsung masyarakat BLM,
sedangkan Rusastra et al. 2004 telah melakukan penelitian tentang kinerja dan perspektif pengembangan model agropolitan dalam mendukung
pengembangan ekonomi wilayah berbasis agribisnis b Penelitian tentang kelembagaan, masing-masing dilakukan Saptana et al.
2004 tentang integrasi kelembagaan forum Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera KASS dan program agropolitan dalam rangka pengembangan
agribisnis sayuran Sumatera, sedangkan Anugrah et al. 2004 meneliti tentang pengembangan Sub Terminal Agribisnis STA dan pasar lelang
komoditas pertanian . c Penelitian model dilakukan oleh Pranoto 2005 yaitu tentang pembangunan
perdesaan berkelanjutan melalui Model Pengembangan Agropolitan Penelitian di luar negeri yang dapat ditelusuri hanya yang berkaitan
dengan pengaruh dukungan sumberdaya usahatani terhadap pembangunan berkelanjutan oleh Dogliotti et al. 2004 dan penelitian dalam rangka pertanian
berkelanjutan oleh Huang et al. 2004 tentang AMDAL terhadap usahatani sayuran skala kecil di suatu daerah sayuran di China, dibandingkan dengan di
daerah industri. Dengan demikian terlihat bahwa penelitian tentang Agropolitan yang
banyak dilakukan sejak tahun 2004, adalah terutama menyangkut aspek sosial, ekonomi, atau teknis secara parsial. Penelitian tersebut menunjukkan hasil yang
beragam tergantung pada aspek yang diteliti dan lokasi penelitiannya. Penelitian yang bersifat komprehensif, yaitu yang mencakup aspek sosial, ekonomi,
teknologi dan lingkungan, relatif masih kurang. Penelitian yang akan dilakukan ini mengintegrasikan 4empat aspek
yaitu aspek sosial dan kelembagaan, ekonomi, teknologi dan lingkungan. Dengan demikian, model yang dirancang diharapkan merupakan model
pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan yang komprehensif, yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pengembangan Kawasan
Agropolitan di daerah yang memiliki agro-ekosistem yang hampir sama.
18
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Lahan