Sub Model Sosial dan Kelembagaan

Berdasarkan Gambar 35 terlihat bahwa meningkatnya jumlah penduduk di kawasan agropolitan akan menyebabkan meningkatnya jumlah petani, terutama petani sayuran dataran tinggi. Kondisi ini akan memungkinkan jumlah petani yang masuk menjadi anggota kelompok tani juga akan bertambah. Besarnya jumlah anggota Kelompok tani selain disebabkan oleh banyaknya petani juga disebabkan oleh karena tenaga kerja keluarga semakin banyak, sehingga jumlah anggota kelompok tani yang akan menjadi anggota gabungan kelompok tani Gapoktan akan semakin bertambah dan Gapoktan menjadi kuat. Keadaan Gapoktan yang kuat akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan USDT di kawasan agropolitan. Petani memiliki sebidang lahan yang dikelola dalam usahatani, semakin banyak petani akan menyebabkan terjadinya fragmentasi lahan, sehingga luas lahan yang dikuasai petani sayuran semakin menyempit. Luasnya lahan yang dikelola petani akan menyebabkan petani memiliki “mind set “ tertentu yang akan menentukan persepsinya terhadap pengelolaan USDT berkelanjutan. Persepsi petani juga ditentukan oleh berapa banyak mereka telah mengikuti pendidikan dan latihan pertanian, baik yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pembangunan Perdesaan Swadaya P4S maupun oleh InstansiLembaga PemerintahSwasta lainnya. Persepsi petani yang baik di kawasan agropolitan biasanya akan dapat meningkatkan partisipasinya dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Selanjutnya dengan telah selesainya pembuatan diagram sebab-akibat causal loop secara lengkap, maka perlu dibuat struktur dari sub model sosial dan kelembagaan dalam pengelolaan USDT berkelanjutan sesuai skenario yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembuatan struktur dilakukan dengan cara melakukan pendefinisian terhadap setiap peubah yang ada dan memberikan arti hubungan antara peubah yang satu dengan lainnya. Dengan telah didefinisikannya setiap peubah, maka seluruh diagram alir telah siap untuk disimulasikan. Struktur dari sub model sosial dalam pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan sebagaimana terlihat pada Gambar 36. Berdasarkan struktur tersebut terlihat bahwa meningkatnya jumlah petani dan persepsinya, akan menyebabkan partisipasinyapun meningkat dan upaya yang dilakukan akan bertambah mantap. Oleh karena dihadapkan pada pembatasan kegiatan, maka suatu saat akan tiba pada tahap keseimbangan sehingga peningkatan jumlah petani dan persepsinya akan memperlambat partisipasinya dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Koreksi_Ang_Keltan JMLH_ANG_KELTAN Partisipasi Laju_Partisipasi Pertambahan_petani Partisipasi Laju_persepsi Diklat Luas_Lahan Jumlah_Petani Laju_Prtmbhn_Petani Persepsi Koreksi_laju_persepsi Koreksi_Laju_Partisipasi Gambar 36 Struktur dari Sub Model Sosial dan Kelembagaan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan. Struktur simpal kausal positif digambarkan mengikuti pola peningkatan atau penurunan secara eksponensial dan dicirikan oleh adanya hubungan kausal yang saling memperbesar nilai-nilai peubahnya. Jumlah petani yang semakin banyak dan persepsinya yang semakin meningkat akan mengumpan balik secara berkelanjutan untuk memperkuat pertumbuhan positive growth. Model simbolik matematik sebagai perwakilan dari realitas persepsi masyarakat pertanian di kawasan agropolitan terhadap pengelolaan USDT disajikan dalam bentuk rumus. Sedangkan perilaku struktur simpal kausal menurut waktu digambarkan menurut model analog model diagramatik dalam bentuk grafik. Persepsi. Apabila peningkatan persepsi masyarakat pertanian saat ini diasumsikan terutama dipengaruhi oleh luas lahan sayuran yang dikuasai dan banyaknya pendidikan dan latihan yang dilaksanakan pemerintah, maka rumus tingkat persepsinya adalah sebagai berikut: Ps t = Ps t-1 + dt Ps t dt Ps t = [Ps t-1 a L t-1 D t-1 ] Dimana : Ps t : Tingkat persepsi pada tahun sekarang Ps t-1 : Tingkat persepsi pada tahun sebelumnya dt Ps t : Laju persepsi a : konstanta ditetapkan besarnya 0.002 L : Luas lahan hektar D : Diklat yang pernah dilaksanakan kali. Dengan menggunakan rumus diatas, asumsi bahwa luas lahan yang dikuasai dan kemampuan pemerintah melaksanakan Diklat tetap maka tingkat persepsi masyarakat dapat diketahui. Gambaran peningkatan persepsi masyarakat pertanian di kawasan agropolitan seperti tertera pada Tabel 62. Tabel 62 Peningkatan Persepsi Masyarakat Pertanian terhadap Pengelolaan USDT Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan Time 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 Persepsi Laju_persepsi Diklat Luas_Lahan Koreksi_laju_persepsi 73.20 0.293 8.00 0.25 0.002 73.49 0.294 8.00 0.25 0.002 73.79 0.295 8.00 0.25 0.002 74.08 0.296 8.00 0.25 0.002 =? =? =? =? =? Perilaku struktur simpal kausal positif tipe pertumbuhan menurut waktu dari peubah persepsi masyarakat pertanian terhadap pengelolaan USDT berkelanjutan digambarkan menurut model analog model diagramatik dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 37. Time Persepsi 2,010 2,020 2,030 2,040 2,050 75 80 85 90 Gambar 37 Peningkatan Persepsi Masyarakat Pertanian terhadap Pengelolaan USDT Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa dengan berjalannya waktu tingkat persepsi masyarakat terhadap pengelolaan USDT berkelanjutan akan meningkat dari 45,6 menjadi 89,837 , setelah 50 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tahapan sub model persepsi masih berada pada tahap peralihan, belum berada pada tahap mantap. Jumlah Petani. Apabila keadaan petani diasumsikan meningkat jumlahnya sebesar 0.5 per tahun, maka keadaan jumlah petaninya adalah : Pt t = Pt t-1 + b Pt t-1 Dimana : Pt t : Jumlah petani pada tahun sekarang orang Pt t-1 : Jumlah petani pada tahun sebelumnya orang b : Laju peningkatan jumlah petani diperkirakan besarnya 0.005 Dengan menggunakan rumus tersebut maka peningkatan jumlah petani dapat diketahui. Gambaran peningkatan jumlah petani sayuran di kawasan agropolitan seperti tertera pada Tabel 63. Tabel 63 Peningkatan Jumlah Petani Sayuran Di Kawasan Agropolitan Time 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 Jumlah_Petani Laju_Prtmbhn_Petani Pertambahan_petani 3,597.00 0.005 17.99 3,614.99 0.005 18.07 3,633.06 0.005 18.17 3,651.23 0.005 18.26 3,669.48 0.005 18.35 3,687.83 0.005 18.44 3,706.27 0.005 18.53 3,724.80 0.005 18.62 3,743.42 0.005 18.72 Perilaku struktur simpal kausal positif tipe pertumbuhan menurut waktu dari peubah Jumlah Petani digambarkan menurut model analog model diagramatik dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 38. Time Jumlah_Petani 2,010 2,020 2,030 2,040 2,050 3,500 4,000 4,500 Gambar 38 Peningkatan Jumlah Petani Sayuran Di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan Gambar 38 terlihat bahwa dengan berjalannya waktu jumlah petani akan meningkat dari 3.597 orang menjadi 4.615 orang setelah periode 50 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tahapan sub model jumlah petani masih berada pada tahap peralihan, belum berada pada tahap mantap. Jumlah Anggota Kelompok Tani. Apabila keadaan anggota kelompok tani keltan diasumsikan meningkat jumlahnya sebesar 2,5 per tahun, maka keadaan jumlah anggota kelompok taninya adalah sebagai berikut: At t = At t-1 + c At t-1 Dimana : At t : Jumlah anggota keltan pada tahun sekarang orang At t-1 : Jumlah anggota keltan pada tahun sebelumnya orang c : Laju peningkatan jumlah anggota keltan diperkirakan 0.025 Dengan menggunakan rumus diatas maka peningkatan jumlah anggota keltan dapat diketahui. Gambaran peningkatan jumlah anggota keltan di kawasan agropolitan seperti tertera pada Tabel 64. Tabel 64 Peningkatan Jumlah Anggota Keltan Di Kawasan Agropolitan Time 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 Koreksi_Ang_Keltan JMLH_ANG_KELTAN 0.025 89.93 0.025 90.37 0.025 90.83 0.025 91.28 0.025 91.74 0.025 92.20 0.025 92.66 0.025 93.12 0.025 93.59 Perilaku struktur simpal kausal positif tipe pertumbuhan menurut waktu dari peubah Jumlah anggota keltan digambarkan menurut model analog model diagramatik dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 39. Time JMLH_ANG_KELTAN 2,010 2,020 2,030 2,040 2,050 90 95 100 105 110 115 Gambar 39 Peningkatan Jumlah Anggota Keltan Di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan Gambar 39 terlihat bahwa dengan berjalannya waktu jumlah anggota keltan akan meningkat dari 89 orang menjadi 115 orang setelah periode 50 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tahapan sub model jumlah petani masih berada pada tahap peralihan, belum berada pada tahap mantap. Partisipasi. Apabila keadaan partisipasi masyarakat pertanian diasumsikan dipengaruhi terutama oleh jumlah anggota keltan dan persepsi masyarakat pertanian, maka rumus tingkat partisipasi masyarakat pertanian : Pp t = Pp t-1 + dt Pp t dt Pp t = [Pp t-1 d A t-1 Ps t-1 ] Dimana : Pp t : Tingkat partisipasi masyarakat pada tahun sekarang Pp t-1 : Tingkat partisipasi masyarakat pada tahun sebelumnya dt Pp t : Laju partisipasi d : konstanta ditetapkan besarnya 0.000001 A t-1 : Jumlah anggota keltan pada tahun sebelumnya orang Ps t-1 : Tingkat persepsi pada tahun sebelumnya Dengan menggunakan rumus diatas maka peningkatan partisipasi masyarakat pertanian dapat diketahui. Gambaran peningkatan partisipasi masyarakat pertanian di kawasan agropolitan seperti tertera pada Tabel 65. Tabel 65 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Pertanian Di Kawasan Agropolitan Time 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 Partisipasi Laju_Partisipasi Koreksi_Laju_Partisipasi JMLH_ANG_KELTAN Persepsi 45.60 0.30 0.000001 89.93 73.20 45.90 0.304 0.000001 90.37 73.35 46.20 0.308 0.000001 90.83 73.49 46.51 0.313 0.000001 91.28 73.64 46.83 0.317 0.000001 91.74 73.79 47.14 0.321 0.000001 92.20 73.93 47.46 0.326 0.000001 92.66 74.08 47.79 0.33 0.000001 93.12 74.23 48.12 0.335 0.000001 93.59 74.38 Perilaku struktur simpal kausal positif tipe pertumbuhan menurut waktu dari peubah Partisipasi masyarakat pertanian terhadap pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan digambarkan menurut model analog model diagramatik dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 40. Time Partisipasi 2,010 2,020 2,030 2,040 2,050 45 50 55 60 65 Gambar 40 Perilaku Partisipasi Masyarakat Pertanian dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa dengan berjalannya waktu, maka bertambahnya jumlah anggota keltan dan upaya peningkatan persepsi masyarakat selama tenggang waktu 50 tahun akan memperkuat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan USDT berkelanjutan dari 45,6 menjadi 68,837 . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tahapan sub model sosial dan kelembagaan masih berada pada tahap peralihan, belum berada pada tahap mantap. Persamaan powersim dari perilaku Partisipasi Masyarakat Pertanian dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan terdapat pada Lampiran 35.

10.1.2 Sub Model Teknologi dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan

Sub model teknologi dalam pengelolaan USDT berkelanjutan merupakan model dinamik yang memberi gambaran aspek teknologi dalam pengelolaan USDT berkelanjutan. Aspek-aspek teknologi tersebut terutama mencakup bagaimana tingkat penerapan teknologi asta usahatani dan tindakan konservasi tanah dan air dalam pengelolaan USDT berkelanjutan oleh petani. Peubah- peubah variabel-variabel yang berpengaruh dalam pengelolaan USDT berkelanjutan terdapat pada diagram sebab-akibat atau simpal-kausal causal loop pada Gambar 41. Tk Pnrapan Teknologi Partisipasi - + - + Tndkn KTA Bantuan Modal UT Bantuan_Luh Bantuan Pemerintah Dmontr Krsus + + - Biaya Per Unit + + - Gambar 41 Causal Loop Sub Model Teknologi dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan. Berdasarkan Gambar 41 terlihat bahwa meningkatnya bantuan pemerintah untuk kegiatan penyuluhan pertanian dan modal USDT petani di kawasan agropolitan akan menyebabkan meningkatnya tindakan konservasi tanah dan air, ditunjukkan dengan menurunnya nilai konstanta tindakan konservasi tanah dan air. Demikian pula meningkatnya partisipasi masyarakat di kawasan agropolitan dalam pengelolaan USDT berkelanjutan akan memungkinkan meningkatnya tindakan konservasi tanah dan air ditunjukkan dengan nilai konstanta tindakan konservasi tanah dan air yang akan menurun. Petani di kawasan agropolitan dalam mengelola lahan USDT-nya dapat ditinjau dari aspek teknologi asta usahatani, yang mencakup a pengolahan tanah, b penggunaan benih, c pengairan, d pengedalian hama dan penyakit, e pemupukan, f panen g pasca panen, dan h konservasi tanah dan air. Dengan demikian semakin tinggi tingkat penerapan teknologi asta usaha akan semakin meningkatkan tindakan konservasi tanah dan air yang berarti pula menurunnya nilai konstanta tindakan konservasi tanah dan air. Secara bersama-sama aspek bantuan pemerintah, tingkat penerapan teknologi asta usaha dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan USDT berkelanjutan akan meningkatkan tindakan konservasi tanah dan air sehingga menurunkan nilai konstanta tindakan konservasi tanah dan air. Dengan telah selesainya pembuatan diagram sebab-akibat causal loop secara lengkap, maka perlu dibuat struktur dari sub model teknologi dalam pengelolaan USDT berkelanjutan sesuai skenario yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembuatan struktur dilakukan dengan cara melakukan pendefinisian terhadap setiap peubah yang ada dan memberikan arti hubungan antara peubah yang satu dengan lainnya. Dengan telah didefinisikannya setiap peubah, maka seluruh diagram alir telah siap untuk disimulasikan. Struktur dari sub model teknologi dalam pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan sebagaimana terlihat pada Gambar 42. Berdasarkan struktur tersebut terlihat bahwa meningkatnya bantuan pemerintah, penerapan teknologi asta usaha dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan USDT berkelanjutan, akan menyebabkan tindakan konservasi tanah dan air akan meningkat dan tindakan tersebut akan bertambah mantap, yang berarti nilai konstanta tindakan konservasi tanah dan air akan menurun. Namun demikian, karena dihadapkan kepada pembatasan kegiatan, maka suatu saat akan tiba pada tahap keseimbangan sehingga peningkatan tingkat penerapan teknologi asta usaha, bantuan pemerintah dan partisipasi masyarakat akan memperlambat tindakan konservasi tanah dan air dalam pengelolaan USDT berkelanjutan.