Faktor Penutupan dan Pengelolaan Tanaman C

169 Pola tumpang sari yang umum ditanam di Kawasan Agropolitan Pacet adalah : - wortel – wortel - wortel sebanyak 18 - wortel + bawang daun – wortel + bawang daun – wortel + bawang daun sebanyak 9 - wortel – bawang daun – caisim ; wortel + caisim – wortel + caisim – wortel + caisim ; wortel + bawang daun – lobak – kailan sebanyak masing-masing 6 - pola tumpang sari lainnya sangat variatif.

7.2.5 Faktor Tindakan Konservasi P

Tanaman sayuran dataran tinggi yang diusahakan di Kawasan Agropolitan Pacet pada umumnya diusahakan pada teras, namun kondisi teras sangat beragam mulai dari teras tradisional sampai teras bangku. Teras bangku ada yang sudah baik yaitu teras bangku dengan bedengan yang telah searah dengan kontur, namun masih ada petani yang menanam tanaman pada teras tradisional dengan bedengan yang searah lereng. Besarnya nilai faktor P pada setiap lahan USDT didekati dengan kondisi tindakan konservasi yang dilakukan petani pengelola sayuran dataran tinggi kemudian besarnya nilai P ditetapkan dengan menggunakan Tabel 16, sehingga hasil nilai P sebagaimana terdapat pada Lampiran 28. Data pada Lampiran 28 memperlihatkan bahwa kondisi sebagian besar tindakan konservasi yang dilakukan oleh petani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan adalah sebagai berikut : - penggunaan teras bangku dengan konstruksi sudah baik mencapai 36 - penggunaan teras bangku dengan konstruksi sedang mencapai 28 - penggunaan teras bangku dengan konstruksi kurang baik mencapai 28 - penggunaan teras bangku dengan konstruksi tradisional mencapai 8 Berdasarkan keadaan tersebut maka tindakan konservasi tanah dan air yang telah dilakukan oleh petani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan Pacet sudah baik karena sebagian besar konstruksi terasnya dengan konstruksi sedang dan sudah baik. 170

7.2.6 Indeks Bahaya Erosi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh laju erosi di Kawasan Agropolitan Pacet rata-rata 222,05 thatahun, yang bila diasumsikan berat volume tanah 1,2 gramcc maka rata-rata tanah tererosi setebal 18,50 mmtahun. Bila dibandingkan dengan laju erosi yang masih dapat dibiarkan yaitu 30 tonhatahun maka laju erosi yang terjadi di lahan USDT masih sangat besar yaitu 7 kali lipat dari laju erosi yang masih dapat dibiarkan sehingga diperlukan upaya – upaya pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah dan air. Sedangkan berdasarkan ketebalan lapisan atas yang tererosi yaitu rata-rata 18,50 mm, maka laju erosi juga masih 7 kali lipat dari laju erosi yang dapat diijinkan 2,5 mmtahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa laju erosi pada USDT di Kawasan Agropolitan Pacet masih sangat tinggi. Indeks bahaya erosinya adalah sebagai berikut : Erosi Potensial tonhatahun Indeks Bahaya Erosi = ---------------------------------------------- Erosi yg masih dapat dibiarkan tonhatahun = 222,045 thatahun 30,0 thatahun = 7,4 Oleh karena itu berdasarkan klasifikasi Indeks bahaya erosi Hammer, 1981 maka laju erosi di Kawasan Agropolitan Pacet termasuk kategori tinggi karena terletak antara 4,01 – 10,0. Besarnya erosi yang terjadi terutama disebabkan oleh beberapa hal yaitu : - Karena curah hujan yang tinggi - Rendahnya efektivitas penutupan tanah dan pengelolaan tanaman karena merupakan tanaman sayuran dataran tinggi semusim - Lahannya terletak pada areal yang memiliki kemiringan yang relatif curam - Rendahnya faktor erodibilitas tanah sehingga tanah mudah tererosi. Berdasarkan laju erosi yang sangat besar, hasil analisis ini mengisyaratkan pengelolaan Kawasan Agropolitan Pacet memerlukan pengelolaan yang baik sehingga laju erosi dapat diturunkan sampai batas laju erosi yang masih dapat dibiarkan, sehingga terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pengelolaan USDT agar Kawasan Agropolitan Pacet dapat merupakan Kawasan Agropolitan yang berkelanjutan.