Degradasi Tanah Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Daratan Tinggi Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan

20 akibat dari pertambahan penduduk dunia dan kedua adalah kualitas lingkungan baik udara, air dan tanahlahan. Sitorus 2004 juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang sedemikian besarnya dalam beberapa dekade terakhir ini mengakibatkan permasalahan penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya menjadi sangat menonjol sehingga memerlukan pendekatan permasalahan yang sifatnya lebih menyeluruh. Proses tersebut dapat membahayakan fungsi hidrologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi di daerah lingkungan pengaruhnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa kelangkaan sumberdaya lahan bersangkut paut dengan pertumbuhan penduduk dan persaingan permintaan competiting demand terhadap lahan. Sebagian masyarakat berpenghasilan tinggi akan menyalurkan kelebihan daya belinya dalam bentuk investasi pada tanahlahan, sehingga nilai harga tanah cenderung naik. Pergeseran pemilikan tanah sering terjadi karena adanya jual beli tanah oleh pemilik kepada pihak lain yang bermodal sehingga terjadi akumulasi dan pemusatan lahan di tangan segolongan orang yang dapat menimbulkan gejala tanah guntai absentee ownership atau para pemilik tanah semula, kini statusnya menjadi penggarap atau buruh tani di atas tanah yang secara hukum menjadi milik orang lain. Perimbangan hubungan antara pemilikan, penguasaan dan penggarapan tanah terutama yang menyangkut pembagian hasil dan imbalan jasa antara pihak pemilik tanah, pihak yang menguasai tanah dan pihak penggarap tanah merupakan masalah dengan implikasi luas dan berantai. Suripin 2002 menyatakan bahwa kepemilikan lahan per kapita di dunia semakin menurun dan jika penurunan tersebut diikuti pula dengan penurunan tingkat produktivitas lahan akibat degradasi, maka umat manusia akan menemui kesulitan besar dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan maupun lahan untuk tempat tinggal.

2.3 Degradasi Tanah

Sumberdaya alam utama, tanah dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi yang disebabkan oleh kehilangan unsur hara dan bahan organik, terkumpulnya garam dan racun, penjenuhan tanah oleh air dan erosi Riquier dalam Arsyad, 1989. Sitorus 2003b menyatakan bahwa degradasi adalah hilangnya atau berkurangnya kegunaan utility atau potensi kegunaan tanah dan kehilangan atau perubahan kenampakan features tanah yang tidak dapat diganti. Sedangkan menurut FAO degradasi adalah proses yang menguraikan fenomena yang menyebabkan menurunnya kapasitas tanah untuk mendukung 21 suatu kehidupan. Menurut Dariah et al. 2004 degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik yang sifatnya sementara maupun tetap. Akibat lanjut dari dari proses degradasi lahan adalah timbulnya areal-areal yang tidak produktif atau dikenal sebagai lahan kritis. Sitorus 2003b menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi lahan adalah : - Bahaya alami Natural hazard - Perubahan populasi - Marginalisasi - Kemiskinan Poverty - Masalah kepemilikan Lahan - Kestabilan politik dan salah administrasi Mal administration - Aspek sosial ekonomi - Kesehatan - Pertanian tidak tepat Inappropriate agriculture - Aktivitas pertambangan dan industri. Menurut Sitorus 2003b ada dua kategori proses degradasi tanah yaitu : 1 Berhubungan dengan pemindahan bahanmaterial tanah, seperti erosi oleh kekuatan air dan angin 2 Merupakan deteriorasi kerusakan tanah insitu yang dapat merupakan proses degradasi kimia atau fisika tanah. Sumberdaya lahantanah yang dikelola tanpa memperhatikan kaidah- kaidah konservasi tanah dan air akan tererosi. Erosi menurut Arsyad 1989 adalah hilangnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain oleh suatu media alami air atau angin. Erosi menurut Asdak 1996 dalam Vadari et al. 2004 merupakan tiga proses yang berurutan yaitu pelepasan detachment, pengangkutan transportation dan pengendapan deposition bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi. Dua peristiwa utama erosi yaitu pelepasan dan pengangkutan merupakan penyebab erosi tanah yang penting. Erosi dapat memberikan dampak langsung maupun tidak langsung serta dampak di tempat kejadian erosi ataupun di luar tempat kejadian yang sangat merugikan negara. Daerah yang tererosi dapat menjadi Daerah Kritis Critical Zone yaitu suatu keadaan dimana sumberdaya alam telah menurun dan secara ekonomis tidak dapat dikembalikan lagi dengan teknologi yang ada pada saat itu. Menurut 22 Sitorus 2004 sumberdaya alam yang memiliki daerah kritis dapat menimbulkan masalah ekonomi dan sosial yang mengkhawatirkan. Permasalahan sumberdaya lahan menurut Barlowe 1986 sangat penting bagi pemerintah dan bila sumberdaya lahan dikhawatirkan rusak maka sumberdaya lahan tersebut perlu dikelola secara berkelanjutan seperti dikatakan Greenland 1994 : “ When land tenure is less secure, or is vested in the state, an appropriate policy change on land ownership may well be the most important step needed to promote Sustainable Land Management ”. Degradasi lahan yang terjadi di Indonesia umumnya disebabkan oleh erosi air hujan karena tingginya jumlah dan intensitas curah hujan Dariah et al., 2004. Faktor utama yang mendorong kritisnya kawasan DAS menurut Fagi 1997 adalah karena terdorongnya petani untuk menggarap lahan-lahan di perbukitan bagian hulu akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk. Ciri kritisnya suatu kawasan DAS adalah mengeringnya aliran sungai di musim kemarau dan keruhnya air sungai di musim hujan karena membawa lumpur dan mengakibatkan terjadinya banjir di hilir. Hidayat dan Mulyani 2002 menyatakan di Indonesia potensi bahaya erosi terdapat pada usahatani tanaman pangan di lahan kering berlereng karena 77,4 mempunyai kemiringan lebih dari 3.

2.4 Pengelolaan Sumberdaya Lahan