190
Tabel 60 Hasil Analisis Kepentingan Tujuan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Variabel
Nilai
1 Peluang Kesempatan Kerja
0,268 2
Peningkatan Pendapatan 0,376
3 Peningkatan Produksi
0,256 4
Peningkatan PAD 0,100
Berdasarkan Tabel 60 terlihat bahwa tingkat kepentingan importance rangking pertama tujuan adalah peningkatan pendapatan masyarakat dengan nilai
faktor 0,376 dan rangking kedua adalah peluang kesempatan kerja dengan nilai faktor 0,268, sehingga prioritas tujuan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di
Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah peningkatan pendapatan masyarakat.
9.2.5 Analisis Alternatif Program
Untuk mengetahui alternatif program yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi USDT Berkelanjutan
di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan penentuan alternatif–alternatif program pembangunan pertanian terpadu, program agrowisata, program wanatani
dan program ekofarming. Berdasarkan hasil analisis AHP seperti yang tertera pada Lampiran 34
terlihat bahwa tingkat kepentingan setiap variabel alternatif program sebagaimana terlihat pada Tabel 61.
Tabel 61 Hasil Analisis Kepentingan Alternatif Program dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Variabel
Nilai
1 Pembangunan Pertanian Terpadu
0,480 2
Agrowisata 0,254
3 Wanatani
0,118 4
Ekofarming 0,148
Berdasarkan Tabel 61 terlihat bahwa tingkat kepentingan importance rangking pertama alternatif program adalah program pembangunan pertanian
terpadu dengan nilai faktor 0,480 dan rangking kedua adalah program agrowisata dengan nilai faktor 0,254, sehingga prioritas program dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah pembangunan pertanian terpadu.
191
9.3 Strategi Pengembangan Pertanian Terpadu
Pembangunan merupakan suatu kegiatanusaha secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi suatu masyarakat menuju kondisi yang
lebih baik menyangkut semua aspek kehidupan fisik-nonfisik, material-spiritual, meliputi bidang: ideologi, politik, ekonomi, pertanian, sosial budaya dan ketahanan
masyarakat“. Di bidang pertanian, beberapa negara telah mengembangkan pertanian
terpadu secara sukses seperti Cina dan Ekuador karena sistem pertanian terpadu telah mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi. Di Indonesia sebagai
upaya memecahkan keterbatasan dilematis yaitu kondisi kepemilikan lahan sempit
dengan sistem pertanian yang mengandalkan input produksi tinggi maka Indonesia perlu mengembangkan sistem pertanian terpadu yang berwawasan ekologis,
ekonomis dan berkesinambungan, atau juga disebut sustainable mix farming. Sistem Pertanian Terpadu diharapkan dapat dikembangkan dengan konsep LEISA
Low External Input Sustainable Agriculture. Sistem pertanian terpadu yang dikembangkan dengan prinsip dasar Low External Input Sustainable Agriculture
LEISA menyediakan semua bahan lokal secara lebih murah dan berkelanjutan serta semua limbah yang dihasilkan dapat didaur ulang sehingga tidak tergantung
pada bahan baku impor. Bahan lokal dapat dikelola secara terpadu dan melalui prinsip LEISA, dapat dilakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal dan
maksimalisasi daur ulang sehingga diperoleh usaha tanpa limbah zero waste, serta semua hasil pertanian dapat digunakan kembali.
Pembangunan pertanian terpadu di Kawasan Agropolitan Pacet sangat strategis, karena sebagian besar penduduk tinggal di perdesaan, memiliki potensi
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang perlu dikelola secara optimal. Perumusan strategi strategy formulation pembangunan pertanian terpadu di
Kawasan Agropolitan Pacet dimulai dengan analisis potensi alam dan sosial, situasi dan kondisi kawasan, dan kemauan politik pemerintah political will yang harus
menjadi satu kesatuan kebijakan sehingga hasil pembangunan pertanian optimal yaitu :
1 Tersedianya tenaga kerja yang terampil dan sehat, 2 Petaninya memiliki tanah lahan melalui kebijakan landreform