Ranah Kognitif Penilaian Hasil Belajar

3. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil produk dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. 1 Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. 2 Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu:mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Untuk itu, afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Dengan dengan satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.

G. Karakteristik Syarat Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat dari tujuan dan fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, sehingga guru mau tidak mau harus melakukan evaluasi pembelajaran. Suharsimi Arikunto 2008:57-62, menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan , yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis.

1. Validitas

Alat ukur di katakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain validitas berkaitan d negan “ketepatan” dengan alat ukur. Tes sebagai salah satu alat ukur hasil belajar dapat di katakan valid apabila tes itu dapat tepat mewngukur hasil belajar yang hendak di ukur. Dengan tes yang valid akan menghasilkan data hasil belajar yang valid pula. Contoh: Untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, bukan di ukur melalui skor nilai yang di peroleh pada waktu ulangan, tetapi di lihat melalui: - Kehadiran - Terpusatnya perhatian - Ketepaan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan guru dalam arti relevan pada permasalahannya. Nilai yang di peroleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar. Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas logis logical validity, validitas isi content validity, validitas konstruk conctruct validity, validitas ramalan predicetive validity. Untuk tes hasil belajar, aspek validitas yang paling penting adalah validitas isi. Yang di maksud dengan validitas isi adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana skor dalam tes berhubungan dengan penguasaan peserta tes dalam bidang studi yang di uji melalui perangkat tes tersebut. Untuk mengetahui tingkat validitas isi tes, di perlukan adanaya penilaian ahli yang menguasai bidang studi tersebut. Jadi bersifat analisis kualitatif. Orang yang tidak menguasai isi bidang studi yang di tes tentu saja tidak dapat melakukan penilaian tentang tes isi tes.

2. Reliabilitas

Kata realibilitas dalam bahasa indonesia di ambil dari kata reliability dalam bahasa inggris , berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat di percaya. Seorang di katakan dapat di percaya jika orang tersebut selalu bicara ajek konsisten, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu.