Prinsip-prinsip dan Pendekatan Penilaian dalam Kurikulum 2012 a.

8 Beracuan kriteria; Penilaian dikatakan beracuan kriteria apabila penilaian yang dilakukan didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9 Akuntabel; Penilaian yang akuntabel adalah penilaian yang proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10 Edukatif; Penilaian disebut memenuhi prinsip edukatif apabila penilaian tersebut dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan siswa. b. Pendekatan Penilaian Menurut Kurikulum 2013. Menurut Kurikulum 2013, penilaian yang dilakukan harus menggunakan pendekatan-pendekatan berikut: 1 Acuan Patokan Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada aspek penilaiannya, maka semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah terlebih dahulu harus menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. 2 Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar menurut kurikulum 2013 ditentukan sebagai berikut: Ketuntasan belajar dan konversi nilai menurut Kurikulum 2013 Sumber: Puskur Dikbud 2013 a Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dapat dikatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya bila menunjukkan indikator nilai 2.66 dari hasil tes formatif. b Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif. c Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan siswa dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap siswa secara umum berada pada kategori baik B menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. c. Implikasi dari Adanya Persyaratan Ketuntasan Belajar Adapun implikasi dari adanya persyaratan ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai berikut. 1 Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66; 2 Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66; dan 3 Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75 peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66. 4 Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik paling tidak oleh guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua.

5. Cakupan Penilaian Otentik

Terdapat tiga aspek dinilai dalam penilaian otentik, yaitu kognitif kepandaian, afektif sikap, dan psikomotorik. Griffin dan Peter 1991: 52-61 mengatakan bahwa setiap aspek yang dinilai memiliki karakteristik sendiri-sendiri dan membutuhkan bentuk penilaian yang berbeda seperti penjelasan di bawah ini.

a. Kognitif

Aspek ini berhubungan dengan pengetahuan individual kepandaianpemahaman, yang ditunjukkan dengan siswa memperoleh hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Bentuk penilaian kognitif ini secara eksplisit maupun implisit harus merepresentasikan tujuan pencapaian pembelajaran. Biasanya tes yang dilaksanakan oleh guru dapat berupa ujian untuk mengetahui pemahaman terhadap materi.

b. Afektif

Alport dalam Griffin dan Peter, 1991:56 menyatakan bahwa afektif merupakan bentuk integrasi dari beberapa karakter, yaitu: prediksi respon baik dan tidak baik, sikap dibentuk oleh pengalaman, dan tercermin dalam kegiatan sehari- hari. Karakteristik sikap yang dinilai merupakan bentuk perasaan individual dan emosional siswa. Dalam melakukan penilaian ini guru harus cermat dan hati-hati karena skala sikap biasanya sulit ditentukan secara objektif. Komponen penilaian sikap pada siswa meliputi emosi, konsistensi, targettujuan, dan ketertarikanminat. Indikator yang dapat digunakan pada skala sikap misalnya baik-tidak baik, indikator pada minat misalnya tertarik-tidak tertarik dan sebagainya. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan teknik skala, metode observasi, dan respon psikologi.

c. Psikomotorik

Perkembangan psikomotorik juga merupakan bagian dai ranah evaluasi yang harus diketahui oleh guru. Penilaian psikomotorik merupakan bentuk pengukuran kemampuan fisik siswa yang meliputi otot, kemampuan bergerak, memanipulasi objek, dan koordinasi otot syaraf. i. Contoh penilaian ini misalnya pada kemampuan otot kecil misal mengetik atau otot besar misal melompat. ii. Contoh yang termasuk aktivitas motorik seperti pendidikan fisik, menulis tangan, membuat hasil karya kerajinan dan lain-lain. Pengetahuan guru untuk mengenali kemampuan psikomotorik siswa sangat penting karena psikomotorik merupakan bagian dari bentuk kecerdasan. Siswa yang mampu mengetik secara cepat tidak hanya sekedar memiliki kemampuan menggunakan perangkat computer secara efisien, tetapi di dalamnya juga terintegrasi kemampuan untuk membaca dan mengeja. Tipe penilaian psikomotorik yang digunakan harus mengacu pada tujuan, misalnya melalui pertanyaan di bawah ini: 1 Apakah siswa mampu melakukan tugas dengan baik? 2 Apakah siswa dapat menunjukkan penampilan terbaiknya dalam tugas tersebut? 3 Bagaimana penampilan seorang siswa jika dibandingkan dengan siswa yang lain dalam kelasbidang yang sama?