Syarat Penyusunan Alat Evaluasi Syarat dalam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi

Sedangkan syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono 2006: 194-198, terurai sebagai berikut: 1 Kesahihan Kesahihan menggantikan kata validitas validity yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. untuk memperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan insturmen yang memilikimemenuhi syarat-syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi. Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil pengalaman. 2 Keterandalan Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Gronlund Dimyati dan Mudjiono, 2006: 196, mengemukakan bahwa, “keterandalan menunjukkan kepada konsistensi keajegan pengukuran yakni bagaimana keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke pengukuran yang lain”. Dengan kata lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai tingakat kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrument evaluasi. 3 Kepraktisan Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.

c. Ciri-cri dan Persyaratan Evaluasi Pembelajaran

Sementara menurut Arikunto dan Jabar 2010:8-9 evaluasi memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut: 1 Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya. 2 Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi. 3 Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program. 4 Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan. 5 Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. 6 Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program evaluasi. 7 Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan. 8 Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

C. Ragam Bentuk Alat Evaluasi, Sasaran Evaluasi 1. Ragam Bentuk Alat Evaluasi

Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk, yaitu: a. Bentuk objektif; dan b. Bentuk subjektif. a. Bentuk Objektif Bentuk objektif biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk alternative jawaban, pengisian titik-titik, dan pencocokan satu pernyataan dengan pernyataan lainnya. Bentuk ini lazim juga disebut tes objektif, yakni tes yang jawabannya dapat diberi score nilai secara lugas seadanya menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya Syah, Muhibbin. 2008: 146. b. Bentuk Subjektif Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan score atu angka pasti, seperti yang digunakan untuk evaluasi objektif Syah, Muhibbin. 2008: 149. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrument evaluasi mengambil bentuk Essay examination, yakni soal ujian mengharuskan