Mendalami Pengalaman Pribadi Peserta Didik Tentang Keteladanan. Mendalami Kisah Keteladanan

114 Kelas VI SD Van Lith. Bersama Albertus Soegiopranoto –kelak menjadi Uskup pribumi pertama Indonesia dan diangkat menjadi pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno- Kasimo belajar dengan sistem pendidikan moderen yang pada waktu itu hanya anak orang-orang tertentu yang bisa belajar. Dari ajaran Romo Van Lith itulah pola pikir Kasimo terbentuk. Ia diangkat menjadi anggota Volksraad antara tahun 1931 - 1942. Dan ikut menandatangani petisi Soetardjo yang menginginkan kemerdekaan Hindia-Belanda. Kasimo juga mendirikan Pakempalan Politik Katolik Djawi PPKD tahun 1923 dan pada tahun 1925 berubah menjadi Perkoempoelan Politik Katolik di Djawa PPKD kemudian tahun 1933 berubah lagi menjadi Persatoean Politik Katolik Indonesia PPKI yang pada akhirnya menjadi Partai Katolik. Ketika ia menjadi Menteri Persediaan Pangan Rakyat, kondisi ekonomi Indonesia yang pada waktu itu masih kacau. Kebutuhan rakyat sangatlah mendesak ditambah dengan kosongnya kas Negara, pajak-pajak dan bea masuk lainnya yang berkurang, sebaliknya keperluan Negara sangatlah banyak. Maka perlu adanya segera pemecahan masalah ekonomi seperti meningkatkan produksi dan ditribusi bahan makanan, masalah sandang, serta status perkebunan milik asing. Kasimo dengan bilyar mencetuskan gagasan yang dikenal dengan sebutan Kasimo Plan. Kasimo Plan berisikan anjuran untuk memperbanyak kebun bibit unggul, pencegahan hewan pertanian untuk disembelih, penanaman kembali lahan kosong, dan perpindahan penduduk ke Sumatera. Sumber: www-ecclesia .com Gambar 2.2 IJ Kasimo 115 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kasimo adalah sosok yang sederhana, pernah suatu ketika ia mengadakan kunjungan ke daerah, masyarakat disitu mempersiapkan segala sesuatu dengan mewah. Dalam pikiran mereka Kasimo akan datang dengan rombongan yang naik mobil. Setelah ditunggu-tunggu rombongan mobil itu tak datang juga hanya sebuah andong yang didalamnya terdapat seorang yang memakai pakaian Jawa lengkap. Tiba di tempat, orang berpakaian Jawa tersebut langsung menuju ruangan pertemuan. Ketika orang-orang masih menunggu Pak Menteri, orang berpakaian jawa itu pun bertanya “Kapan acara akan dimulai?”. Panitia pun segera menyadari bahwa orang berpakaian jawa tersebut adalah Pak Mentri yang mereka tunggu. Orang itu adalah Kasimo, masyarakat di daerah itu heran, mentri yang mereka pikirkan akan datang dengan mobil ternyata datang dengan andong. Kasimo juga layak menjadi panutan para elit politik kita. Ketika persiden Soekarno membentuk kabinet dari PKI, Masyumi, PNI dan NU dia menolak untuk menjadi mentri. Karena ia menolak berkerjasama dengan PKI. Namun begitu hubungan dia dengan ketua PKI D.N. Aidit sangat hangat. Pernah suatu kali Kasimo dan Aidit terlibat adu argumen yang cukup alot di parlemen. Namun sesudah itu mereka keluar bersama- sama dan kemudian ngopi sambil membicarakan keluarga masing- masing. I.J. Kasimo berjuang bukan untuk dia sendiri atau orang Katolik, tapi dia berjuang untuk semua rakyat Indonesia. Seperti motonya salus populi supremalex, yang berarti kepentingan rakyat, hukum tertinggi, yang merupakan cermin etika berpolitik yang nyaris klasik dari tangan beliau. diadaptasi dari –pram- Kompasiana.com, 19 Oktober 2010

3. Mendalami Nilai-Nilai Keteladanan I.J Kasimo

Guru mengajak peserta didik di dalam Tanya jawab spontan, untuk mendalami kisah di atas dengan beberapa pertanyaan, misalnya: a. Siapakah I.J Kasimo menurut kisah di atas? b. Sebutkan sikap-sikap serta tindakan I.J Kasimo yang pantas kita teladani? c. Adakah tokoh-tokoh atau pemimpin di dalam masyarakat kita yang memiliki sikap serta tindakan yang dapat kita teladani? Sebutkan dan lengkapi dengan penjelasan

4. Rangkuman

Guru bersama peserta didik dapat membuat rangkuman sebagai peneguhan dari pendalaman kisah di atas, misalnya: 116 Kelas VI SD I.J Kasimo adalah seorang Menteri Persediaan Pangan untuk rakyat pada zaman pemerintahan Presiden Sukarno. Beliau juga pendiri Partai Katolik. Tetapi, beliau tetap menunjukkan sikap sederhana dan bersahaja. Meskipun beliau seorang Katolik yang taat, tetapi beliau berjuang demi kepentingan seluruh rakyat. Jabatan menteri tidak membuat beliau angkuh dan gila hormat, sebaliknya I.J Kasimo tetap bersikap rendah hati, sederhana dan menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai hukum tertinggi. I.J Kasimo tetap bersahabat dengan siapapun, termasuk dengan orang-orang yang tidak sejalan dengan pemikirannya, meskipun beliau tetap tegas menolak kebijakan yang tidak memihak kepentingan rakyat. Langkah Kedua Menyadari Bahwa Keteladanan Lebih Utama dari Sekedar Nasehat atau Kata-Kata Guru memberi kesempatan secukupnya kepada peserta didik untuk menanggapi atau mengajukan pertanyaan mengenai kisah tersebut di atas.

1. Menemukan Ungkapan dan Peribahasa yang Menekankan bahwa

Keteladanan Lebih Utama daripada Kata-Kata. Guru mengajak peserta didik untuk menemukan berbagai ungkapan atau peribahasa yang menekankan nilai keteladanan, bukan karena kata-kata atau nasehat, melainkan karena tindakan serta perbuatan nyata yang selaras dengan kata-kata. No. UngkapanPeribahasa Arti 1. Jangan “Omdo” omong doang Jangan hanya bicara

2. Talk less do more

Sedikit bicara, banyak bekerja

3. Tong kosong nyaring bunyinya

Orang banyak bicara, tapi tiada buktinya

4. 5.

6. 7.

8. 9.

10.