149
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
• 1 Korint 12:13 menekankan ciri atau sifat Gereja yang satu dan katolik;
• Yohanes 17:19 menekankan ciri Gereja yang kudus; • Kisah Para Rasul 2:41-47 menekankan ciri Gereja yang satu,
kudus, katolik dan apostolik. Bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya
berhimpun menjadi Umat Allah 1 Petrus 2:5-10 dan menjadi satu Tubuh 1 Korint 12:12. Gereja Katolik percaya bahwa
kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena secara historis bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima
kunci Kerajaan Surga.
Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi lebih-lebih karena dipanggil
kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” Matius
5:48 Perlu diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti moral tetapi teologi,
bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan Allah.
Ciri Katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh, lengkap, tidak hanya setengah atau sebagian dalam menerapkan
sistem yang berlaku dalam Gereja. Bersifat universal artinya Gereja Katolik itu mencakup semua orang yang telah dibaptis
secara Katolik di seluruh dunia dimana setiap orang menerima pengajaran iman dan moral serta berbagai tata liturgi yang
sama dimana pun berada. Kata universal juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam Gereja
Katolik.
Bahwa Gereja “dibangun atas dasar pewartaan para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”
Efesus 2:20. Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan pengganti mereka,
yaitu para uskup. Itulah sebabnya, Gereja bersifat apostolik, yang menunjukkan bahwa Gereja dibangun serta berdiri
berlandaskan pewartaan serta kesaksian iman para rasul.
Langkah Ketiga Melibatkan Diri di Dalam Upaya Meningkatkan Ciri-Ciri
Kehidupan Menggereja
150
Kelas VI SD
Guru mengajak peserta didik untuk lebih memfokuskan diri pada kehidupan Gereja setempat, sehingga peserta didik terbantu
untuk menemukan ciri-ciri Gereja berdasarkan kehidupan Gereja setempat.
1. Membaca dan Menyimak Cerita Kisah Persahabatan Maria, Angela, Cesya, dan Aurelia
Meskipun tinggal di desa yang berbeda-beda, Maria, Angela, Cesya dan Aurelia tampak berteman akrab di Sekolah. Bahkan
mereka berbeda kelas, Angela duduk di kelas 5-A dan Aurelia duduk di kelas 5-B. Sedangkan Cesya dan Maria adalah siswa
kelas 6A. Jika dilihat dari latar belakang, di antara keempatnya terdapat perbedaan yang menonjol. Maria adalah anak dari
Bapak Fitalis orang Flores. Sedangkan Angela anak Kang Maman orang Sunda. Cesya sendiri anak Bapak Gultom orang
Batak; sementara Aurelia anak Bapak Sastro, orang Yogya.
Persahabatan mereka mulai tampak akrab, sejak mereka mengikuti les persiapan komuni pertama di gereja. Sejak saat
itulah mereka mulai bermain dan belajar bersama, baik di sekolah maupun secara bergiliran di rumah. Hari demi hari,
mereka membuat jadwal bersama. Misalnya, mereka misa pada hari Minggu jam 8.00 pagi, agar bisa berenang di kolam renang
bersama. Jika les persiapan komuni pertama dilaksanakan hari Rabu, mulai pukul 17.00, mereka sepakat bertemu pukul
16.00 untuk belajar bersama atau mengerjakan PR bersama. Demikian pula ketika mereka memiliki tugas yang terkait
dengan les komuni pertama, misalnya misa pagi, ziarah ke Gua Maria, doa Rosario bersama, dan kegiatan lainnya, mereka
melakukannya dalam kebersamaan. Betapa bahagia mereka, ketika mereka boleh menyambut Tubuh Kristus Komuni untuk
pertama pada hari raya Tubuh dan Darah Kristus.
Kini meskipun di antara mereka telah duduk di SMP, persahabatan dan kebersamaan mereka tetap terjalin erat.
Misalnya, ketika di antara mereka ada yang berulangtahun, mereka akan berkumpul untuk berdoa bersama dan
mengucapkan selamat ulang tahun. Bahkan mereka sepakat untuk mendaftarkan diri sebagai anggota Legio Maria di
Gereja. sumber : Mardika, SFK
151
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
2. Tanya Jawab
Guru bersama peserta didik mendalami kisah di atas, dengan melakukan Tanya jawab, misalnya dengan mengajukan
beberapa pertanyaan berikut: a. Bagaimana kesanmu terhadap kisah tersebut di atas?
b. Perbedaan apa saja yang terdapat pada Maria, Angela,
Cesya dan Aurelia? c. Sejak kapan mereka menjalin persahabatan?
d. Mengapa mereka bisa menjalin persahabatan, meskipun mereka memiliki perbedaan?
e. Kegiatan-kegiatan apa saja yang sering mereka lakukan bersama?
3. Rangkuman
Berdasarkan tanggapan atau jawaban peserta didik, Guru membuat rangkuman dengan menekankan hal-hal berikut:
Salah satu hal yang positif dari kisah di atas adalah persahabatan atau keakraban. Persahabatan merupakan bukti
bahwa di antara mereka terdapat persamaan dan persatuan. Maria, Angela, Cesya dan Aurelia memiliki beberapa
perbedaan. Perbedaan suku atau daerah asal, perbedaan kelas, bahkan kemudian terdapat perbedaan tingkat sekolah
SD-SMP, meskipun juga perbedaan status social maupun status ekonomi.
Mereka teman satu sekolah, tapi sejak mengikuti les persiapan komuni pertama di gereja, mereka semakin erat
sebagai sahabat. Mereka bisa menjalin persahabatan karena mereka belajar
di sekolah yang sama, tetapi yang utama adalah iman yang satu dan sama, pengajaran les komuni pertama yang sama,
tugas-tugas yang sama dan wadah kegiatan yang sama.
Di samping bermain, mereka pun belajar dan mengerjakan PR bersama. Lebih dari itu, mereka terlibat di dalam kegiatan
Gereja bersama.
4. Kegiatan-Kegiatan yang Ada di Dalam Gereja
Guru mengajak peserta didik untuk melihat kegiatan, lembaga atau organisasi Gereja yang ada di Paroki, wilayah, stasi atau
lingkungan masing-masing, misalnya dengan melengkapi tabel berikut ini: