Membaca dan menyimak cerita Tujuh Buli-Buli Emas

63 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Si tukang cukur itu cepat-cepat berlari pulang. Sungguh, ada tujuh buli-buli penuh emas, kecuali satu yang hanya berisi setengah saja. Si tukang cukur tak bisa melepaskan pikiran, bahwa satu buli-buli hanya berisi setengah saja. Ia ingin sekali untuk segera mengisinya sampai penuh. Sebab, jika tidak, ia tidak akan bahagia. Seluruh perhiasan milik anggota keluarganya disuruhnya dilebur menjadi uang emas dan dimasukkannya dalam buli-buli yang berisi setengah itu. Tetapi buli-buli itu tetap saja berisi setengah seperti semula. Ini menjengkelkan Ia menabung, menghemat dan berpuasa sampai ia sendiri dan seluruh keluarganya kelaparan. Namun demikian, sia-sia belaka. Biarpun begitu banyak emas telah dimasukkannya ke dalamnya, buli-buli itu tetap berisi setengah saja. Pada suatu hari ia minta kenaikan gaji kepada raja. Upahnya dilipatduakan. Sekali lagi ia berjuang untuk mengisi buli-buli itu. Bahkan ia sampai mengemis. Namun buli-buli itu tetap menelan setiap mata uang emas yang dimasukkan dan tetap berisi setengah. Raja mulai memperhatikan, betapa tukang cukur itu tampak kurus dan menderita. “Kau punya masalah apa?” Tanya sang raja. “Kau dulu begitu puas dan bahagia waktu gajimu kecil saja. Sekarang gajimu sudah lipat dua, namun kau begitu muram dan lesu. Barangkali kau menyimpan tujuh buli-buli emas itu?” Tukang cukur terheran-heran. “Siapakah yang menceritakan hal itu kepada Paduka, ya Tuanku Raja?” Raja tertawa seraya berkata: “Tindak-tandukmu jelas menampakkan gejala-gejala yang terdapat pada semua orang yang ditawari tujuh buli- ebuli emas oleh setan. Ia pernah menawarkannya juga kepadaku. Aku bertanya, apakah uang itu boleh dipergunakan atau semata-mata untuk disimpan. Namun ia terus menghilang tanpa berkata apa-apa. Uang itu tidak bisa digunakan, tetapi hanya memaksa orang supaya mau menyimpannya. Lekas kembalikan uang itu pada setan. Pastilah engkau akan bahagia kembali’ dikutip dari A. de Mello, SJ. Burung Berkicau. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1988

2. Pendalaman Cerita

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi atau mengajukan pertanyaan atas cerita di atas, sekaligus memberikan ulasan secukupnya. Selanjutnya, guru mengajak peserta didik untuk mendalami cerita tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: 64 Kelas VI SD a. Menurut cerita di atas, setan itu berwujud apa? Apa arti menyembah setan? Dan apa akibatnya? b. Dalam situasi sekarang setan itu dapat berwujud apa saja? Apa artinya menyembah setan? dan apa akibatnya? c. Menurut pesan nabi Elia apa arti menyembah Allah pada situasi masyarakat sekarang ini? Dan apa akibatnya?

3. Rangkuman

Guru dapat mengajak peserta didik untuk melengkapi rangkuman di bawah ini Dalam cerita di atas setan berupa suara yang menawarkan tujuh buli-buli penuh emas. Tukang cukur mengikuti apa yang diperintahkan setan, sehingga hidupnya tidak aman. Ia hanya ingin memenuhi satu buli yang belum berisi emas secara penuh. Setan dalam situasi sekarang dapat berupa bermacam-macam, misalnya uang, kekuasaan, kesenangan, dan sebagainya. Kalau orang hanya mengejar uang tanpa memperhatikan hal-hal lain ia sudah menyembah setan. Kalau orang hanya mengejar kuasa dan menghalalkan segala cara ia sudah menyembah setan. Kalau orang hanya mencari kesenangan diri sendiri tanpa berpikir akibatnya bagi orang lain ia sudah menyembah setan. Semua itu akan membuat hidupnya tidak tenang, relasi dengan orang lain tidak baik, orang akan menderita. Menyembah Allah berarti menolak pemujaan kecuali pada Tuhan. Uang, kuasa, dan kesengan adalah sarana bukan tujuan. Uang, kuasa, dan kesengan perlu diarahkan bagi kesejahteraan bersama sebagaimana dikehendaki Tuhan.

4. Refleksi dan Aksi

Peserta didik diajak untuk merefleksikan hal-hal yang telah dipelajari dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: a. Pernahkah saya menghina Tuhan dengan melanggar perintahnya? b. Sejauh manakah saya berusaha tetap setia pada Tuhan? c. Pernahkah saya melupakan tugas belajar, tugas dalam keluarga karena hanya ingin bersenang-senang saja? d. Buatlah niat-niat untuk dapat melaksanakan pesan nabi Elia. Hasil refleksi dapat disusun dalam bentuk puisi, syair, gambar, dan sebagainya.