Refleksi Pengalaman Aku Bangga dan Bersyukur atas Keanekaragaman dan Kesatuan

16 Kelas VI SD Kebanggaan dan Keprihatinan Terhadap Keanekaragaman di Indonesia Yang Membanggakan Yang Memprihatinkan 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4. 4. 5. 5. b. Bagaimana perasaanmu memperhatikan keanekaragaman dan berbagai perilaku masyarakat Indonesia berkaitan dengan keanekaragaman tersebut? Apa yang dapat kamu lakukan bagi pelestarian keanekaragaman tersebut c. Sebagai upaya pelestarian peserta didik diminta dalam kelompok membuat pementasan salah satu kesenian daerah pada pertemuan minggu berikut Langkah Kedua: Mendalami Semboyan “Bhineka Tunggal Ika”

1. Diskusi Kelompok

Guru menunjukkan gambar Burung Garuda sebagai lambang Negara Indonesia serta semboyan”Bhineka Tunggal Ika” kepada peserta didik. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing- masing kelompok diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan pertanyaan berkaitan dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Guru memberikan tanggapan serta pendalaman secukupnya. Selanjutnya, untuk mendalami makna semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, masing-masing kelompok ditugaskan untuk mendalami dan mendiskusikan beberapa pertanyaan, misalnya: 17 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti a. Istilah “Bhineka Tunggal Ika” berasal dari bahasa apa dan apa artinya? b. Bagaimana latar belakang munculnya semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” tersebut? c. Apa maknanya bagi Bangsa Indonesia?

2. Eksplorasi

Untuk mendalami dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, peserta didik dapat mencari informasi terkait di Perpustakaan, buku sumber lain, atau Internet.

3. Pleno

Beberapa peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil eksplorasinya di depan kelas, dan teman-teman yang lain diminta untuk memberikan tanggapan, berupa koreksi atau tambahan keterangan.

4. Rangkuman

Berdasarkan pleno, guru bersama peserta didik membuat rangkuman dengan menekankan hal-hal pokok berikut: “Bhineka Tunggal Ika” berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Istilah tersebut terdapat pada Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, yang berbunyi “Jinatwa kalawan siwatatwa tunggal, tan hana dharma mangrwa, bhineka Tunggal Ika” Pada situasi penjajahan setiap suku bangsa di Indonesia merasa terpisah-pisah karena politik penjajah Belanda. Perasaan senasib dan keterpisahan itu membuat keinginan untuk bersatu membangun satu bangsa dan melawan penjajah. Persatuan itu berhasil dibangun melalui sumpah pemuda. Dan dengan persatuan itu pula, para pemuda Indonesia berhasil mengusir penjajah. Merefleksikan pengalaman keberagaman dan kesatuan itu, maka para pendiri bangsa ini menggunakan semboyan dalam lambang Negara Pancasila yakni “Bhineka Tunggal Ika”. “Bhineka Tunggal Ika” adalah jati diri bangsa Indonesia. Mengingkari kebhinekaan dan kesatuan berarti mengingkari ke-Indonesia-an.