Membaca Cerita Nabi Elia Mengajak Umat Kembali Percaya pada Allah

58 Kelas VI SD Ulil pun merasa senang dapat bermain bersama anak-anak. Mereka tidak mengganggu Ulil, sebaliknya mereka merasa gembira jika kupu- kupu Ulil mendekat dan hinggap di telapak tangan mereka. “Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kegembiraan kepadaku, sebagai buah dari kesabaran dan kesetiaan....” Ulil pun memuji Tuhan di dalam hatinya. sumber: Mardika, SFK

2. Mendalami Cerita

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau memberikan tanggapan secukupnya tentang cerita tersebut di atas. Kemudian, untuk mendalami makna cerita di atas, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya: a. Mengapa anggota keluarga pak tani tidak menyukai ulat yang ada di pohon Jambu di sekitar rumahnya? b. Mengapa Ulil ingin menjadi seekor kupu-kupu? c. Sikap apa yang harus Ulil miliki untuk dapat menjadi seekor kupu-kupu? d. Apa saja godaan yang dihadapi Ulil untuk meraih cita-citanya? e. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita di atas?

3. Rangkuman

Guru dapat memberikan rangkuman atas jawaban serta tanggapan peserta didik dengan menekankan beberapa hal pokok, misalnya: Di dalam masyarakat, terdapat kecenderungan untuk mendapatkan hasil tanpa proses yang panjang dan berat. Ungkapan “mencari untung dengan cara enteng”, menggambarkan sikap manusia yang bersikap tidak sabar dan tidak setia di dalam proses yang harus ia lalui. Tidak jarang, orang menghalalkan segala cara untuk meraih kesuksesan. Mereka ragu-ragu bahkan tidak percaya dengan janji Tuhan. Mereka lebih percaya terhadap hal-hal duniawi yang dianggap dapat menjamin kebahagiaan atau keberhasilan. Misalnya uang, nilai ujian yang tinggi, penampilan, dan lain-lain. 59 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kisah metamorfosa memberikan pelajaran kepada kita untuk bersikap tekun di dalam proses, bersabar dan setia terhadap keyakinan kita. Langkah Kedua Mendalami Kisah Nabi Elia

1. Membaca kisah Nabi Elia a. 1 Raja-Raja 16:29-33; 17:1

29 Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda. Dan Ahab bin Omri memerintah dua puluh dua tahun lamanya atas Israel di Samaria. 30 Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya. 31 Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. 32 Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. 33 Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati Tuhan, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya. 1 Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe- Gilead, kepada Ahab: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.”

b. 1 Raja-Raja 18:19-40

19 Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.” 20 Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. 21 Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. 22 Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: “Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan, padahal nabi-nabi Baal itu