5 - 2
Ketentuan Perpres No.54 Tahun 2010 Pasal 14 Ayat 1 dan Pasal 15 Ayat 1 :
Ps 14 1 Kementerian Lembaga Pemerintah Daerah Institusi diwajibkan mempunyai Unit Layanan Pengadaan ULP yang dapat memberikan pelayananpembinaan dibidang Pengadaan
BarangJasa. Ps 14 2 ULP pada KementerianLembagaPemerintah DaerahInstitusi dibentuk oleh
MenteriPimpinan LembagaKepala Daerah Pimpinan Institusi. Ps 15 1 Pemilihan Penyedia BarangJasa dalam ULP dilakukan oleh Kelompok Kerja ULP.
Artinya Kelompok Kerja POKJA ULP menggantikan fungsi Panitia Pengadaan.
5.1.2 Pengertian Dasar
a. Procurement Plan
1. Procurement Plan merupakan dokumen rencana pengadaan yang harus sudah dipersiapkan
sejak tahap loan preparation di dalam project cycle, dan terus dimutakhirkan secara periodik pada tahap Loan Implementation.
2. Procurement Plan berisikan :
i. rencana paket-paket kontrak goods, works, services, mencakup antara lain,
ii. nomor kode dan nama paket, alokasi biaya, priorpost review oleh Bank Dunia
dan sebagainya, iii.
jadwal pengadaan, meliputi jadwal penyiapan disain dan dokumen lelang, jadwal undangan lelang, jadwal pembukaan penawaran, jadwal evaluasi
penawaran, data kontrak, dan rencana waktu penyelesaian pekerjaan, iv.
tipe kontrak, metode pengadaan dan tipe pekerjaan, v.
dan lain sebagainya yang dianggap perlu. 3.
Procurement Plan harus menjadi pedoman Satuan Kerja di dalam seluruh tahapan pelaksanaan, termasuk persiapan, pelelangan dan waktu penyelesaian. Mekanisme
persetujuan prior atau post review oleh Bank Dunia. 4. Procurement Plan pertama kali harus mencakup rencana dan jadwal pengadaan dan
pemutakhirannya dilaksanakan setiap tahun atau sesuai dengan kebutuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek.
5. Pemutakhiran dapat diusulkan oleh Satker dan harus terlebih dahulu disetujui oleh PMU
sebelum diusulkan kepada Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan NOL. Bentuk Procurement Plan terlampir dibawah.
b. Misprocurement
1. Misprocurement adalah suatu kejadian dalam proses pengadaan untuk suatu paket kontrak
termasuk untuk goods, works, services yang dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur atau ketentuan-ketentuan Pemerintah Indonesia dan Guideline Procurement Bank Dunia.
2. Pembiayaan untuk paket kontrak yang dinyatakan misprocurement akan dibatalkan.
Selanjutnya seluruh pembiayaan atas paket kontrak tersebut harus ditanggung oleh dana Pemerintah Indonesia.
3. Misprocurement dapat juga diterapkan terhadap paket kontrak yang sebelumnya sudah
mendapat persetujuan NOL Bank Dunia, apabila ditemukan bahwa persetujuan tersebut diterbitkan atas dasar informasi yang tidak benar, tidak lengkap, tidak akurat, menyesatkan
atau apabila ternyata persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan kontrak telah diubah tanpa persetujuan Bank Dunia terlebih dahulu.
c. Fraud and Corruption
1. Bank Dunia menuntut suatu standar etika tertinggi the highest standard of ethics dalam
seluruh proses pengadaan dan pelaksanaan kontrak. Standar ini harus dipenuhi oleh semua pihak yang terkait dengan pengadaan termasuk penerimapemanfaat dana pinjaman tersebut,
5 - 3 seperti Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Peserta Lelang, Pemasok, Konsultan,
dan Kontraktor. 2.
Kasus-kasus yang tergolong fraud and corruption didefinisikan sebagai: a
Corrupt practice praktek korupsi, berikut Contoh untuk Corrupt practice: Misalnya seseorang atau wakil peserta lelang
memberikan uang atau baranggratifikasi kepada Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Pokja ULP atau peserta lelang lainnya secara langsung maupun melalui
perantara untuk mempengaruhi tindakan Pokja ULP atau peserta lelang lainnya terkait proses pengadaan tersebut.
b Fraudulent practice praktek penipuancurang
Contoh Fraudulent practice : Misalnya penyampaian data kualifikasi atau data yang diminta dalam dokumen lelang diisi dengan cara tidak benar atau dipalsukan dengan
cara memalsukan data atau angka-angka yang tertuang dalam formulir isian kualifikasi untuk menghindari kewajiban atau untuk mencari keuntungan lain.
c Collusive practices praktek kolusi
Contoh Collusive practices : Misalnya kerjasama antara beberapa peserta lelang tanpa atau dengan sepengetahuan employer dan atau Pokja ULP yang bertujuan mengatur
pengadaan paket-paket pekerjaan dengan misalnya d e ga a a A‘I“AN ; diatu
sedemikian rupa misalnya peserta lelang-A direncanakan mendapatkan paket-1, peserta lelang-B direncanakan mendapatkan paket-2 begitu seterusnya, dengan cara
mengatur harga penawaran besarnya berurutan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kompetisipersaingan penawaran harga.
d Coercive practices praktek pemaksaan
Contoh Coercive practice: Misalnya seseorang atau wakil peserta lelang berupaya memaksa atau mengancam atau mencederai atau menghalang-halangi peserta lelang
lainnya secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara mengancam atau menakut-nakuti yang bertujuan mempengaruhi peserta lelang lain supaya tidak layak
ikut proses pelelangan atau melarang peserta lelang lainnya ikut proses pelelangan.
e Obstructive practice praktek menghalangi
Contoh Obstructive practice: Misalnya: seseorang atau wakil penyedia jasa dengan sengaja merusak, memalsukan, mengubah atau menyembunyikan barang bukti
penyelidikan atau membuat pernyataan-pernyataan palsu kepada penyelidik sehingga dapat menghambat penyelidikan pihak yang berwenang terhadap korupsi,
penipuankecurangan, pemaksaan atau praktek kolusi; danatau menekan, mengganggu atau mengintimidasi pihak manapun untuk mencegah terungkapnya
masalah yang berkaitan dengan penyelidikan atau dari pengejaran penyelidikan.
3. Apabila terbukti bahwa telah terjadi kasus-kasus fraud and corruption maka Bank akan :
a membatalkan atau tidak akan menerbitkan NOL atau award;
b menyatakannya sebagai misprocurement; atau
c mengenakan sanksi daftar hitam debarred list kepada pihak-pihak yang terlibat;
d membatalkan paket pekerjaan terkait.
d. Anti Corruption Action Plan ACAP