Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan PANDUAN PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

7 - 22

15. Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan

 GC Pasal 8.6, tentang Tingkat Kemajuan Pekerjaan; Apabila, kapan saja: a Kemajuan pekerjaan terlalu lambat untuk dapat selesai sesuai dengan Waktu Penyelesaian, danatau b Kemajuan telah berada atau akan berada di belakang rencana kerja yang berlaku berdasarkan GC Sub-Klausula 8.3 [Rencana Kerja], Bukan diakibatkan oleh suatu penyebab sebagaimana tercantum pada Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], selanjutnya Asisten Enjinir SE dapat mengintruksikan kepasa Penyedia Jasa untuk menyampaikan, berdasarkan Sub Klausula 8.3 [Rencana Kerja] , revisi rencana kerja dan data pendukung yang menguraikan usulan metoda yang direvisi yang akan diterapkan Penyedia Jasa demi mempercepat kemajuan dan penyelesaian dalam batas Waktu Penyelesaian. Kecuali Asisten Enjinir SE menyatakan lain, Penyedia Jasa harus menerapkan metoda yang telah direvisi, yang mungkin akan memerlukan penambahan jam kerja danatau jumlah Personil Penyedia Jasa danatau Barang-barang, dengan resiko dan atas biaya Penyedia Jasa . Apabila metoda yang telah direvisi tersebut mengakibatkan Pengguna Jasa mengeluarkan tambahan biaya, Penyedia Jasa berdasarkan GC Sub-Klausula 2.5 [klaim oleh Pengguna Jasa] harus membayar biaya tersebut kepada Pengguna Jasa PPK Fisik , diluar denda keterlambatan apabila ada berdasarkan GC Sub-Klausula 8.7 [Denda Akibat Keterlambatan] di bawah ini. Biaya tambahan akibat metoda yang direvisi termasuk tindakan percepatan, yang diinstruksikan Asisten Enjinir SE untuk mengurangi keterlambatan sebagai akibat dari sebab-sebab yang terdapat dalam GC Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], harus dibayar oleh Pengguna Jasa Konstruksi, meskipun demikian, tanpa menyebabkan pembayaran tambahan lainnya kepada Penyedia Jasa . Sedangkan kriteria penilaian terhadap kondisi keterlambatan pekerjaan berdasarkan Tata cara Penanganan Paket Kritis merujuk pada Permen PU No. 14PRTM2013, tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07PRTM2011, mengenai Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi. 1. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan dan Kontrak Kritis. a. Apabila Penyedia Jasa terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka PPK Fisik harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis. b. Kontrak dinyatakan kritis dibagi dalam 3 kelompok dimana:  Periode I: Rencana fisik pelaksanaan 0 – 70 dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10 dari rencana  Periode II: Rencana fisik pelaksanaan 70 - 100 dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5 dari rencana  Periode III: Rencana fisik pelaksanaan 70 - 100 dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat kurang dari 5 dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan. 2. Penanganan kontrak kritis. Dalam hal keterlambatan dan penanganan kontrak, penanganan kontrak kritis dilakukan dengan Rapat Pembuktian Show Cause MeetingSCM  Pada saat kontrak dinyatakan kritis PPK Fisik menerbitkan surat peringatan kepada Penyedia Jasa dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.  Dalam SCM Tahap 1 PPK Fisik, Asisten Enjinir SE dan Penyedia Jasa membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Penyedia Jasa dalam periode waktu tertentu uji coba pertama yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat Tahap I. 7 - 23  Apabila Penyedia Jasa gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Penyedia Jasa dalam periode waktu tertentu uji coba kedua yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap II.  Apabila Penyedia Jasa gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Penyedia Jasa dalam periode waktu tertentu uji coba ketiga yang dituangkan dalam berita acara SCM. Tahap III. Pada setiap uji coba yang gagal, PPK Fisik harus menerbitkan surat peringatan kepada Penyedia Jasa atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan. Tata cara yang diuraikan di atas adalah prosedur yang ada dalam internal Ditjen Bina Marga yang harus dilakukan oleh setiap Pengguna Jasa PPK Fisik dalam menanganni kontrak kritis. Jika opsi yang dipilih setelah Penyedia Jasa gagal memenuhi target yang diberikan dalam SCM ke III adalah Pemutusan Kontrak, maka pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam Dokumen Kontrak khususnya GC 15.2 a, b dan c. Prosedur SCM memang tidak dikenal dalam kontrak FIDIC, namun apa yang dilakukan dalam SCM masih sejalan dengan ketentuan yang ada dalam GC. 8.3. Untuk itu paralel ketika Pengguna Jasa melaksanakan SCM, maka setiap tahapan SCM Penyedia Jasa gagal memenuhi target yang disepakati, maka Enjnir harus mengeluarkan Intruksi Untuk Perbaikan Notice to Correct kepada Penyedia Jasa sebagaimana yang diatur dalam GC. 15.1 dan seterusnya sampai pada SCM ke III. Setelah Penyedia Jasa gagal memenuhi target SCM ke III, dalam kondisi tersebut berarti juga Penyedia Jasa gagal memenuhi Intruksi Untuk Perbaikan Notice to Correct yang dikeluarkan oleh Enjinir. Selanjutnya Enjinir memberikan rekomendasi kepada Pengguna Jasa, bahwa akibat Penyedia Jasa gagal untuk memenuhi Intruksi Untuk Perbaikan Notice to Correct, sesuai dengan ketentuan GC. 15.2 a, maka Pengguna Jasa mempunyai hak untuk melakukan Pemutusan Kontrak. Prosedur inilah yang harus dilakukan oleh Pengguna Jasa jika hasil keputusan terhadap kegagalan Penyedia Jasa dalam SCM ke III adalah Pemutusan Kontrak. Semua Bahan, Perlengkapan, Peralatan, Hasil Pekerjaan Sementara yang masih berada di lokasi kerja setelah pemutusan Kontrak akibat kelalaian atau kesalahan Penyedia Jasa, dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh Pengguna Jasa tanpa kewajiban perawatanpemeliharaan. Pengambilan kembali semua peninggalan tersebut oleh Penyedia Jasa hanya dapat dilakukan setelah mempertimbangkan kepentingan Pengguna Jasa. Terkait rentang waktu pelaksanaan SCM dan uji coba test case harus dibicarakan dan disepakati pada waktu rapat Pra Pelaksanaan Pekerjaan PCM.

16. Peringatan Dini Terkait Klaim