10 - 35
10.11 PEMANTAUAN PROGRAM KAMPANYE PENCEGAHAN IMS DAN HIV-AIDS
Secara umum program ini adalah sebagai upaya untuk mencegah atau menanggulangi penyebaran penyakit Infeksi Menular Seksual IMS dan Human Immunodeficiency VirusAcquired Immuno Deficiency Syndrom HIV-AIDS
pada pekerja di sektor konstruksi khususnya pembangunan jalan dan jembatan. Upaya tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran, dan perhatian para pekerja terhadap
kesehatan. Program ini sendiri pelaksanaannya akan dikoordinasikan oleh Design Supervision Consultant DSC dengan melibatkan personil dari lembaga swadaya masyarakat LSM sebagai narasumber atau penyuluh yang
memiliki kompetensi dibidang tersebut. Sementara untuk Core Team Consultant CTC sendiri berperan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
program tersebut.
10.12 KESELAMATAN JALAN
10.12.1 Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Jalan yang Berkeselamatan
Perserikatan Bangsa Bangsa pada Maret tahun 2010 telah mendeklarasikan Decade of Action DoA for Road Safety 2011
– 2020 yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan secara global. Deklarasi PBB ini telah ditindaklanjuti oleh Pemerintah RI dengan menyusun Rencana Umum
Nasional Keselamatan Jalan RUNK 2011 – 2035 yang berisikan 5 lima pilar keselamatan jalan, yaitu:
1. Pilar-1: Manajemen Keselamatan Jalan,
2.
Pilar-2: Jalan yang Berkeselamatan,
3. Pilar-3: Kendaraan yang Berkeselamatan,
4. Pilar-4: Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan,
5. Pilar-5: Penanganan Korban Pasca Kecelakaan.
Presiden Republik Indonesia, dalam rangka penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan di bidang keselamatan jalan dan untuk pelaksanaan Resolusi PBB No. 64255 tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving
Global Road Safety melalui Program Decade of Action for Road Safety 2011-2020, telah menginstruksikan kepada Kementerian PU dalam hal ini Menteri PU melalui Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2013 tentang Program Dekade
Aksi Keselamatan Jalan sebagai penyelenggara jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan, bertanggung jawab pada Pilar-2: Jalan yang Berkeselamatan, yang fokus kepada:
a. Badan Jalan yang Berkeselamatan;
b. Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan yang Berkeselamatan;
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan;
d. Penerapan Manajemen Kecepatan;
e. Menyelenggarakan Peningkatan Standar Kelaikan Jalan yang Berkeselamatan;
f. Lingkungan Jalan yang Berkeselamatan;
g. Kegiatan Tepi Jalan yang Berkeselamatan.
Tanggung jawab Menteri Pekerjaan Umum dalam menyediakan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan dengan melakukan perbaikan mulai tahap perencanaan, desain, konstruksi dan operasional jalan.
Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai institusi di dalam Kementerian PU yang menangani infrastruktur jalan dalam Rencana Strategis Renstra 2010-2014 telah mengindikasikan bahwa lebih dari 30 ruas jalan nasional yang
ada masih memiliki spesifikasi penyediaan prasarana jalan sub-standar, yang dapat meningkatkan resiko keselamatan jalan. Untuk itu Ditjen. Bina Marga telah menyusun beberapa kebijakan dan strategi terkait
keselamatan jalan, antara lain, yaitu : 1.
Kebijakan penyusunan rencana teknis yang berbasis keselamatan jalan, 2.
Kebijakan penanganan segmen rawan kecelakaan defisiensi jalan, dalam upaya peningkatan keselamatan jalan,
3. Pemanfaatan manajemen keselamatan jalan selama masa konstruksi.
10 - 36 Untuk mewujudkan kebijakan dan strategi yang tertuang di dalam Renstra 2010-2014 tersebut di atas, Direktur
Jenderal Bina Marga, telah menginstruksikan jajaran di bawahnya di dalam Instruksi Dirjen. Bina Marga No. 02INDb2012 untuk :
1. Mewujudkan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan bagi pengguna jalan melalui program Rencana
Umum Nasional Keselematan Jalan, 2.
Melakukan rekayasa keselamatan jalan pada tahap perencanaan jalan, konstruksi jalan dan operasional jalan,
3. Dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan sebagaimana dimaksud di atas, berpedoman pada :
a. Panduan Teknis-1 : Rekayasa Keselamatan Jalan
b. Panduan Teknis-2 : Manajemen Hazard Sisi Jalan
c. Panduan Teknis-3 : Keselamatan di Zona Pekerjaan Jalan
10.12.2 Rekayasa Keselamatan Jalan
Salah satu tujuan dari proyek WINRIP adalah, penyediaan jalan yang berkeselamatan. Apa yang dimaksud dengan penyediaan jalan yang berkeselamatan?
Jalan sebagaimana dijelaskan di dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan UU. No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah, prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah danatau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Keselamatan jalan, menurut Permen PU No. 19 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan adalah, pemenuhan fisik elemen jalan terhadap persyaratan teknis jalan dan kondisi lingkungan jalan yang menghindarkan atau tidak menjadi sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Dari dua bahasan di atas, dapat disimpulkan rekayasa keselamatan jalan berupa pemenuhan fisik elemen jalan, harus meliputi :
a. Bagian jalan, yang meliputi perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan;
b. Bangunan pelengkap jalan, yang meliputi jembatan, gorong gorong, tembok penahan tanah dan saluran
tepi jalan; c.
Perlengkapan jalan, yang meliputi pagar pengaman, rambu lalu lintas, marka jalan, patok kilometer, patok pengarah, dan lain lain.
Dalam mewujudkan jalan yang berkeselamatan dibutuhkan alat rekayasa keselamatan jalan yang meliputi : 1.
Audit Keselamatan Jalan 2.
Manajemen Lalu Lintas 3.
Laik dan Fungsi Jalan
10.12.3 Audit Keselamatan Jalan
Audit keselamatan jalan merupakan bagian dari strategi pencegahan kecelakaan lalu lintas dengan suatu pendekatan perbaikan terhadap kondisi desain geometri, bangunan pelengkap jalan, fasilitas pendukung jalan
yang berpotensi mengakibatkan konflik lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas melalui suatu konsep pemeriksaan jalan yang komprehensif, sistematis, dan independen.
Dalam Permen PU No. 19 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan dijelaskan bahwa audit keselamatan jalan AKJ merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan teknis
akhir yang dilakukan setelah perencanaan teknis rinci dan sebelum perencanaan teknis akhir difinalkan. 1.
Tujuan dan Manfaat Audit Keselamatan Jalan Tujuan utama audit keselamatan jalan adalah untuk:
a. Mengidentifikasi potensi permasalahan keselamatan bagi pengguna jalan dan yang pengaruh-pengaruh
lainnya dari proyek jalan, dan
10 - 37 b.
Memastikan bahwa semua perencanaandesain jalan baru dapat beroperasi semaksimal mungkin secara aman dan selamat.
Sedangkan manfaat dari audit keselamatan jalan adalah untuk : a.
Mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan pada suatu ruas jalan, b.
Mengurangi parahnya korban kecelakaan, c.
Menghemat pengeluaran negara untuk kerugian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, dan d.
Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi kecelakaan suatu ruas jalan melalui pengefektifan desain jalan.
2. Tahapan Audit Keselamatan Jalan
Audit keselamatan jalan dapat dilakukan pada 6 enam tahapan, yaitu : a.
Audit tahap pra rencana pre design stage, b.
Audit pada tahap draft design draft engineering design stage, c.
Audit pada tahap detail desain detailed engineering design stage, d.
Audit pada tahap pelaksanaan konstruksi construction stage, e.
Audit pada tahap pra pembukaan jalan pre opening stage, f.
Audit pada tahap ruas jalan sudah beroperasi secara penuhjalan eksisting operational roadexisting road stage.
Pada proyek WINRIP audit keselamatan jalan hanya dilakukan pada dua tahapan, yaitu: tahap detail desain dan tahap pelaksanaan konstruksi. Audit Keselamatan Jalan dilakukan oleh CTC WINRIP pada semua paket
yang ada sebanyak 21 paket, dengan ketentuan sebagai berikut : a.
Satu kali pada tahap pelaksanaan konstruksi untuk AWP-1; b.
Masing-masing satu kali pada tahap DED dan pada tahap pelaksanaan konstruksi untuk AWP-2 dan AWP-3. Tahapan audit yang dilaksanakan dijelaskan pada Bab 13 Audit Keselamatan Jalan.
3. Keterkaitan Audit Keselamatan Jalan dengan Pihak Lain dan Sistem Pelaporan
Audit Keselamatan Jalan dilakukan oleh Tim Audit CTC Winrip dan memiliki keterkaitan dengan Design Consultant Supervision DSC, PMU Winrip dan SatkerPPK Pelaksanaan Jalan Nasional PJN.
Hasil audit keselamatan jalan tahap detail desain akan dibuatkan laporannya dan diserahkan kepada Direktorat Bina Teknik c.q. Subdirektorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan untuk pemeriksaan dan pelaporan,
serta diserahkan kepada PMU Winrip sebagai pelaporan dan kepada DSC untuk ditindak lanjuti dengan Review DED.
Hasil audit keselamatan jalan tahap pelaksanaan konstruksi akan diserahkan kepada Direktorat Bina Teknik c.q. Subdirektorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan untuk pemeriksaan dan pelaporan, serta
diserahkan kepada PMU sebagai pelaporan serta kepada DSC untuk diteruskan kepada Satker Pelaksanaan Jalan untuk dijadikan sebagai bahan untuk Tender Pelaksanaan Fisik.
Untuk jelasnya keterkaitan audit keselamatan jalan dengan pihak lain dan sistem pelaporan seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
10 - 38
Gambar 10 - 6 Keterkaitan Audit Kesjal dengan Pihak Lain dan Sistem Pelaporan
10.12.4 Manajemen Lalu Lintas Selama Pelaksanaan Konstruksi
Pada umumnya pekerjaan jalan dilaksanakan pada atau dekat dengan arus lalu lintas, yang berada di daerah manfaat jalan Rumaja. Apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak kepada kinerja lalulintas dikarenakan
adanya penyempitan lajur jalan dan hambatan samping yang dapat meningkatkan risiko kemacetan lalu lintas dan kecelakaan bagi pengguna jalan atau pekerja. Untuk mengantisipasi hal itu perlu dilakukan manajemen atau
pengendalian lalu lintas yang direncanakan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan mewajibkan Penyelenggara jalan menjaga kelancaran dan
keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi jalan. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mewajibkan seperti yang tercantum pada pasal 23 ayat 1 yaitu, Penyelenggara Jalan dalam
melaksanakan preservasi jalan danatau peningkatan kapasitas jalan wajib menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada proyek WINRIP, manajemen lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi sudah tercantum dalam General Specification, Division 1 article 1.8.4 tentang Temporary Traffic Control.
Manajemen lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi Keselamatan pekerjaan jalan adalah ketentuan tentang rambu, pagar keselamatan, delineasi dan perangkat keselamatan lainnya untuk memastikan risiko pengguna jalan
dan pekerja pada lokasi pekerjaan jalan, sekecil dan sepraktis mungkin. Tujuan manajemen lalu lintas dan perambuan yang efektif dan berkeselamatan pada pekerjaan jalan adalah:
10 - 39 a.
memberikan lingkungan kerja yang berkeselamatan bagi pekerja di lapangan; b.
memperingatkan pengguna jalan dan pejalan kaki yang mendekati pekerjaan jalan; c.
memandu pengguna jalan untuk melintasi, melewati, atau mengelilingi lokasi pekerjaan dengan berkeselamatan;
d. meminimalkan ketidaknyamanan para pengguna jalan; dan
e. meminimalkan ketidaknyamanan bekerja di lokasi pekerjaan jalan.
Ada dua 2 hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan manajemen lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi jalan, yaitu:
a. Konsep Zona, dan
b. Perangkat pengaturan lalu lintas.
1. Konsep Zona
Konsep Zona adalah suatu metode pembagian lokasi pekerjaan menjadi lima zona terpisah berdasarkan fungsi, sebagai berikut :
a. Zona Peringatan Dini
– adalah segmen jalan dimana pengguna jalan diinformasikan tentang akan adanya pekerjaan jalan dan apa yang harus dilakukan.
b. Zona Pemandu Transisi Taper
– di zona ini pengemudipengendara diarahkan ke luar dari lintasan perjalanan normal. Zona ini digunakan untuk memandu pengemudipengendara masuk ke lintasan yang
benar dan pada kecepatan yang tepat. c.
Zona Kerja –Area Kerja, tempat pekerjaan dilaksanakan secara fisik dan dimana terdapat pekerja,
peralatan, dan material. d.
Zona Kerja - Area Penyangga Keselamatan, area keselamatan sebelum area kerja untuk meningkatkan perlindungan dan keselamatan pekerja. Area ini umumnya mempunyai panjang sedikitnya 20 meter.
e. Zona Terminasi
– zona dimana lalu lintas kembali normal setelah melalui lokasi pekerjaan. Zona ini digunakan untuk mengingatkan pengemudipengendara akan akhir lokasi pekerjaan dan apa yang
diperlukan setelah keluar dari lokasi pekerjaan.
2. Perangkat Pengaturan Lalu Lintas
Perangkat pengaturan lalu lintas sangat dibutuhkan sebagai alat bantu di dalam manajemen keselamatan dan lalu lintas pada tahap konstruksi. Fungsi rambu dan perangkat yang digunakan dalam pengaturan lalu lintas di
lokasi pekerjaan jalan secara spesifik adalah untuk : Memberi peringatan, panduan, dan petunjuk kepada pengguna jalan tentang pekerjaan jalan yang
akan mereka temui, Memberitahu keberadaan pekerja dan peralatan dekat atau di jalan yang akan dilewati,
Memastikan pengendalian kecepatan sesuai dengan keperluan keselamatan, Memberitahu pengguna jalan jalur yang benar,
Menutup akses ke zona pekerjaan bagi pengguna jalan sehingga menjamin keselamatan pekerja, Memberitahu pengguna jalan telah mencapai akhir lokasi pekerjaan jalan.
Perangkat lalu lintas yang diperlukan dalam manajemen keselamatan dan lalu lintas pada saat pekerjaan jalankonstruksi, antara lain yaitu :
a. Rambu lalu lintas, sesuai dengan ketentuan Permenhub No. PM 13 tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas;
b. Rompi dan helm untuk pekerja,
c. Kerucut lalu lintas Traffic cone,
d. Penghalang lalu lintas plastik Plastic Barrier,
e. Lampu isyarat,
f. Bendera Flagman,
g. dan lain lain.
10 - 40 Contoh perangkat pengaturan lalu lintas dan rambu lalu lintas dan kosep zona seperti terlihat pada gambar
10.7, 10.8 dan 10.9
Gambar 10 - 7 Perangkat Pengaturan Lalu Lintas
Gambar 10 - 8 Rambu Lalu Lintas pada Tahap Konstruksi
Gambar 10 - 9 Konsep Zona dan Penempatan Rambu Panduan Teknis 1, Rekayasa Keselamatan Jalan
10 - 41 Manajemen keselamatan dan lalu lintas pada tahap pelaksanaan konstruksi dilaksanakan oleh Penyedia
JasaKontraktor yang dituangkan dalam Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas RMKL dan harus dijelaskan Penyedia JasaKontraktor kepada Pengguna Jasa pada saat Pre Construction Meeting. Pemeriksaan
penerapan manajemen dan keselamatan lalu lintas dilakukan oleh Supervision Engineer. CTC Winrip akan melakukan sampling pemeriksaanaudit keselamatan jalan untuk pelaksanaan manajemen dan keselamatan lalu
lintas pada beberapa paket.
10.12.5 Uji Laik Fungsi Jalan
Laik fungsi jalan sesuai dengan Permen PU No. 11 Tahun 2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan untuk memberikan keselamatan bagi
penggunanya, dan persyaratan administratif yang memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan, sehingga jalan tersebut dapat dioperasikan untuk umum.
Lingkup tata cara dan persyaratan Laik Fungsi Jalan meliputi : a.
Persyaratan dan pelaksanaan Uji Laik Fungsi; b.
Kategori Laik Fungsi; c.
Tim Uji Laik Fungsi; d.
Tata cara uju Laik Fungsi; e.
Penetapan Laik Fungsi; f.
Pembiayaan; dan g.
Pengawasan. Pelaksanaan Uji Laik Fungsi meliputi pemeriksaan fisik jalan dan pemeriksaan dokumen penyelenggaraan jalan.
Pemeriksaan fisik jalan adalah menguji pemenuhan persyaratan teknis laik fungsi jalan, dan pemeriksaan dokumen penyelenggaraan jalan adalah menguji pemenuhan terhadap persyaratan administrasi laik fungsi jalan.
Persyaratan teknis Laik Fungsi Jalan meliputi: a.
Teknis geometrik jalan; b.
Teknis struktur perkerasan jalan; c.
Teknis struktur bangunan pelengkap jalan; d.
Teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan; e.
Teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi pemenuhan terhadap kebutuhan alat-alat manajemen dan rekayasa lalu lintas yang mewujudkan petunjuk, perintah, dan larangan dalam
berlalu-lintas; dan f.
Teknis perlengkapan jalan meliputi pemenuhan terhadap spesifikasi teknis konstruksi alat-alat manajemen dan rekayasa lalu lintas;
Persyaratan administrasi Laik Fungsi Jalan meliputi pemenuhan kelengkapan dokumen-dokumen jalan yang terdiri atas :
a. Dokumen penetapan petunjuk, perintah, dan larangan dalam pengaturan lalu lintas bagi semua
perlengkapan jalan; b.
Dokumen penetapan status jalan; c.
Dokumen penetapan kelas jalan; d.
Dokumen penetapan kepemilikan tanah; e.
Dokumen penetapan leger jalan; f.
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Kelaikan fungsi suatu ruas jalan dapat dinyatakan oleh 1 satu dari 3 tiga kategori:
a. Laik Fungsi;
b. Laik Fungsi Bersyarat; dan
c. Tidak Laik Fungsi.
10 - 42
Uji Laik Fungsi Jalan pada proyek WINRIP dilakukan oleh Penyelenggara Jalan dan akan dilakukan pada saat pemeliharaan jalan setelah serah terima pekerjaan pertamaPHO Provisional Hand Over hingga akhir masa
pemeliharaanFHO Final Hand Over. 10.12.6
Matrikulasi Pelaksanaan Keselamatan Jalan
Ada tiga 3 pihak yang melakukan pelaksanaan keselamatan jalan seperti telah dijelaskan sebelumnya, yaitu : a.
CTC WINRIP, melakukan audit keselamatan jalan AKJ; b.
Supervision Engineer, melakukan pemeriksaan manajemen dan keselamatan lalu lintas MKL, dan CTC WINRIP akan melakukan pemeriksaan sampling secara acak pada beberapa paket;
c. Penyelenggara Jalan, melakukan uji laik fungsi jalan ULFJ.
Matrikulasi penanggung jawab pelaksanaan keselamatan jalan seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 10 - 10 Matrikulasi Pelaksanaan Keselamatan Jalan
Audit Keselamatan
Jalan Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas
Uji Laik Fungsi Jalan
AKJ MKL
ULF CTC WINRIP
. .
Supervision Engineer
.
Penyelenggara Jalan
.
Pelaksanaan Kesjal
Penanggung Jawab
11 - 1
BAB 11 RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI DAN UPAYA-UPAYA PENYELENGGARAAN PROYEK
DENGAN MENINGKATKAN TRANSPARANSI
11.1 RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI RTAK ANTI-CORRUPTION ACTION PLAN ACAP
Rencana Tindak Anti Korupsi atau Anti-Corruption Action Plan ACAP dalam Penyelenggaraan Proyek dengan Meningkatkan Transparansi telah diupayakan oleh Pemerintah Indonesia dengan menerbitkan peraturan dan
perundangan serta diperkuat oleh ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pemberi pinjaman pada proyek yang berbantuan luar negeri. Beberapa peraturanperudangan dan ketentuan yang menjadi dasar pelaksanaan
ACAP pada WINRIP adalah sebagai berikut:
1. UU No. 28 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme. 2.
UU No. 20 Tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 3.
UU No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik. 4.
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik.
5. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000, tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masayarakat
dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 6.
Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, tentang Perubahan Kedua PP No. 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.
7. Instruksi Presiden RI No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
8. Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara No. Kep118M.PAN82004, tentang pedoman
Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah. 9.
Peraturan Menteri PU No. 323PRTM2005, tentang Tata Cara Penanganan Masukan dari Masyarakat di Lingkungan Kementerian PU.
10. Keputusan Menteri PU No. 391KPTSM2011, tentang Penetapan Klasifikasi Informasi di lingkungan
Kementerian PU. 11.
Keputusan Menteri PU No. 156KPTSM2011, tentang Penetapan Organisasi dan Penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di lingkungan Kementerian PU.
12. Peraturan Menteri PU No. 01PRTM2012, tentang Pedoman Peran Masyarakat Dalam
penyelenggaraan Jalan. 13.
Surat Edaran Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia No. 262SEKK2009, tentang Tata Cara Penyampaian Sanggahan, Sanggahan Banding dan Pengaduan.
14. Standar Prosedur Pelaksanaan Saran dan Pengaduan Masyarakat DJBMSMMPP21 tanggal 31 Juli
2012, tentang Petunjuk Pelaksanaan Saran dan Pengaduan Masyarakat di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.
15. Perjanjian Pinjaman WINRIP IBRD No. 8043-ID antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia tanggal 14
Desember 2011, Appendix 1, Definition 2, Loan Agreement WINRIP Loan IBRD No. 8043-ID e e utka ah a Anti-Corruptio A tio Pla ea s Borro er s A ti-Corruption Action Plan,
setting forth the action to be taken by the Borrower, and DGH, under the Project, to promote good governance and accountability and included in the Project Management Manual PMM
1
.
16. Loan Agreement WINRIP, Annex 1, Schedule 2 Section I C Implementation Arrangement disebutkan
ah a, The Borrower shall ensure that the Project is carried out in accordance with the provision of
1
. Rencana Tindak Anti Korupsi RTAK atau ACAP disiapkan dan dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia Peminjam dan pengelolannya berada dibawah Direktorat Jenderal Bina Marga, guna mendukung pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang baik dan akuntabel dan dituangkan dalam Project Management Manual PMM