Pelaporan Hasil Penyaringan Lingkungan

10 - 11 Gambar 10 - 2 Skema Tahap Penyaringan Lingkungan Pemrakarsa mengisi ringkasan informasi awal rencana kegiatan yang diusulkan Uji Kesesuaian INPRES No.62013 tentang PIPIB Uji Kesesuaian RTR Uji Permeneg LHRI No.52012 Tentang Jenis Rencana Kegiatan yang wajib AMDAL Uji Lokasi Kegiatan Apakah berada di dalam danatau berbatasan langsung dengan kawasan undang - PP No.28 Th 2011 - Kepres No.32 Th 1990 - Permen LH No.5 Th 2012 Apakah kegiatan berdampak penting terhadap lingkungan Tidak dapat diproses Ajukan Pengusulan RTR ke BAPPEDA Wajib UKL UPL Atau SPPL Wajib AMDAL Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Sumber: Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan 2014 , Kementerian PU Ditjen Bina Marga, Dit Bintek Keterangan: PIPIB: Peta Indikatif Penundaan Izin Baru sesuai Inpres No.6 Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan gambut –RTR : Rencana Tata Ruang -BAPPEDA: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

c. Pelaporan Hasil Penyaringan Lingkungan

10 - 12 Pelaksanaan penyaringan lingkungan pada proyek WINRIP sudah dilakukan oleh Konsultan Persiapan WINRIP, dengan pendampingan dari Subdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan TLKJ dan Bank Dunia serta Pemda dan BLH terkait. Laporan hasil penyaringan lingkungan diserahkan kepada PMU Persiapan WINRIP Direktorat Bina Program.

10.3.2.2. Kelayakan Lingkungan dan Izin Lingkungan

Kelayakan lingkungan diterbitkan setelah dokumen KA-ANDAL, ANDAL,RKL atau RPL melalui pengujian tahap kegiatan, uji kualitas dokumen dan telaahan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari rencana kegiatan oleh tim teknis. Prosedur permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Bab IV pasal 42-49 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan pasal 24, 26, 28.

10.3.2.3. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

A. Kegiatan Konsultasi Masyarakat Pemerintah Indonesia telah menetapkan serangkaian kegiatan konsultasi masyarakat dalam penyelenggaraan pengadaan tanah yang relevan dengan perencanaan dan desain proyek jalan, yaitu: a. Konsultasi pada saat persiapan suatu program jalan nasional dan pada saat perencanaan dan desain untuk setiap ruas jalan b. Konsultasi untuk pengadaan tanah dan kompensasi terhadap tanah, bangunan, dan aset yang tidak bergerak lainnya c. Konsultasi untuk pemukiman kembali d. Konsultasi untuk rehabilitasi Konsultasi pada tahapan persiapan dapat berupa kegiatan pemberitahuan rencana pembangunan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Contoh pada saat penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah, konsultasi publik dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan tentang lokasi rencana pembangunan tersebut dari Pihak yang berhak, dan pengumuman penetapan lokasi pembangunan. Konsultasi pada tahapan pelaksanaan pengadaan tanah dapat berupa kegiatan pemberitahuan kepada yang berhak melalui kepala desalurah; pemberitahuan rencana dan jadwal pelaksanaan pengumpulan data, pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah; dan pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi; serta pelaksanaan musyawarah antara Pelaksana Pengadaan Tanah atau Panitia Pengadaan Tanah dengan Pihak yang berhak untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian, dan pelaksanaan musyawarah penetapan rencana lokasi tanah pengganti atau permukiman kembali jika ada. B. Pengadaan Tanah dan Ganti Kerugian Proses kegiatan pengadaan tanah untuk paket-paket Program WINRIP yang telah dimulai sebelum waktu mulai berlakunya Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 7 Agustus 2012 dilaksanakan sesuai Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Jo Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 dengan batas akhir penyelesaiannya 31 Desember 2014. Sementara itu, proses kegiatan pengadaan tanah untuk paket-paket Program WINRIP yang baru dimulai setelah tanggal 7 Agustus 2012 dilaksanakan sesuai Undang-Undang No. 2 Tahun 2012, Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 dan Peraturan Kepala BPN No 5 Tahun 2012. Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum termasuk pembangunan jalan yang luasnya tidak lebih dari 1 satu hektar dapat dilakukan langsung oleh Instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak. Jika pelaksanaan pengadaan tanah dengan luasan lebih dari 1 satu hektar dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah Perpres No. 362005 Jo Perpres No. 652006 atau Pelaksana Pengadaan TanahBPN Perpres No. 712012. 10 - 13 Pemerintah Indonesia telah menetapkan peraturan tentang proses pengadaan tanah termasuk kelayakan ganti kerugian. Pada pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 bahwa Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian ganti kerugian. Pada pasal 6 Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 bahwa kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan oleh Pemerintah. Di dalam Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 Jo Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006 mensyaratkan penyelenggaraan konsultasi masyarakat dan persetujuan kesepakatan atas ganti rugi yang layak atas tanah dan hak milik tak bergerak lainnya. Juga di dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil. Ketentuan pokok pengadaan tanah dan ganti kerugian menurut Peraturan Indonesia adalah sebagai berikut: a. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah Perpres 362005. Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak kepada pihak yang berhak. Pihak yang berhak pada pasal 17 ayat 2 Perpres 712012 adalah Pihak yang menguasai atau memiliki obyek pengadaan tanah. b. Seluruh warga yang terkena proyek akan menerima ganti kerugian untuk seluruh tanah dan bangunan berdasarkan nilai nyata. Dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005, nilai nyata untuk tanah akan ditentukan berdasarkan NJOP tahun berjalan berdasarkan penetapan oleh Tim Penilai Harga Tanah, nilai jual bangunan ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan, dan nilai jual tanaman ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian. Dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012, penetapan besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah berdasarkan hasil penilaian Jasa Penilai. Penilaian besarnya ganti kerugian bidang per bidang yang dilakukan oleh Penilai meliputi tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, kerugian lain yang dapat dinilai. C. Pemukiman Kembali Pada Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 Jo Peraturan Presiden No. 65 tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu bentuk ganti rugi adalah pemukiman kembali tetapi tidak ada penjelasan tentang pelaksanaannya secara rinci. Demikian juga dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 32007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No 362005 belum mengatur prosedur yang rinci untuk pemukiman kembali bagi warga terkena proyek. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Tanah dan Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 telah mengatur lebih lanjut tentang pemukiman kembali seperti penjelasan mengenai Pihak pelaksana kegiatan pemukiman kembali, lokasi pemukiman kembali, dan besarnya nilai pemukiman kembali. Beberapa prinsip dalam Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 dan Peraturan Kepala BPN No 5 Tahun 2012 adalah unsur kesepakatan dan keterbukaan, seperti 1 Dalam hal disepakati ganti kerugian dalam bentuk pemukiman kembali, Instansi yang memerlukan tanah menyediakan permukiman kembali paling lama 1 satu tahun sejak penetapan bentuk ganti kerugian oleh pelaksana pengadaan tanah; 2 Pelepasan hak oleh Pihak yang berhak dilakukan pada saat telah disepakati lokasinya; 3 Pelepasan hak oleh Pihak yang berhak dilakukan tanpa menunggu selesainya pembangunan pemukiman kembali; 4 Penyerahan pemukiman kembali dilakukan setelah validasi dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Ketentuan-ketentuan lainnya meliputi lokasi pemukiman kembali didasarkan atas kesepakatan dalam musyawarah bentuk ganti kerugian, nilai ganti kerugian dalam bentuk pemukiman kembali sama dengan nilai ganti kerugian dalam bentuk uang, pemberian ganti kerugian dalam bentuk permukiman kembali dilakukan oleh Instansi yang memerlukan tanah setelah mendapat permintaan tertulis dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. 10 - 14

10.4 GAMBARAN UMUM PROYEK