KERANGKA KEBIJAKAN BANK DUNIA DAN PERATURAN PEMERINTAH INDONESIA

10 - 4 gg. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 652006 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No.36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

10.3 KERANGKA KEBIJAKAN BANK DUNIA DAN PERATURAN PEMERINTAH INDONESIA

10.3.1. Ke ijaka da Prosedur ’Safeguard’ Ba k Du ia

Sebagai persyaratan penilaian dan persetujuan pinjaman, Bank Dunia telah mengembangkan kebijakan dan prosedur safeguard se agai pe ga a a u tuk e ja i ah a setiap pote si da pak egatif te hadap lingkungan dan sosial dari proyek-proyek berbantuan Bank Dunia, diperhitungkan dan ditangani secara cermat dalam siklus proyek. Kebijakan dan prosedur safeguard dari Bank Dunia memiliki ruang lingkup yang bersifat luas sehingga ARPLS disusun dan dipersiapkan sebagai adaptasi serta penerapan safeguard dalam kerangka proyek WINRIP. WIN‘IP e upaka p o ek a g te asuk dala Katego i B tidak e da pak sig ifika atau pe ti g te hadap lingkungan hidup sebagian besar sub-proyek yang diusulkan merupakan pengembangan kapasitas jalan capacity expansion dan sebagian penggantian jembatan. Berdasarkan kajian Tim Project Preparation Mission Safeguard dari Bank Dunia, berikut ini safeguard yang penting bagi proyek WINRIP: a. Environmental Assessment OP 4.01 ECOP b. Habitat Alami Natural Habitats OP 4.04 c. Peninggalan Budaya Cultural Property OP 4.11 d. Pemukiman Kembali Involuntary Resettlement OP 4.12 dan BP 4.12 Ringkasan safeguard dari Bank Dunia dan usulan penerapannya dalam proyek WINRIP disajikan dalam Tabel 10.2 dan Tabel 10.3. Tabel 10 - 2 Ringkasan Persyaratan Persetujuan Safeguard Keterbukaan WINRIP Dokumentasi Persetujuan Keterbukaan ARPLS Perwakilan Bank Dunia Jakarta Ba k Du ia: Infoshop Ba k Du ia www.worldbank.org, PMU: PMU website winrip-IBRD.com Dokumen dalam Bahasa Indonesia. Safeguard Sosial LARAP Perwakilan Bank Dunia Jakarta Ba k Du ia: Infoshop Ba k Du ia www.worldbank.org, PMU: PMU website winrip-IBRD.com Dokumen dalam Bahasa Indonesia. LARAP SederhanaSimple LARAPSLARAP Perwakilan Bank Dunia Jakarta Ba k Du ia: Infoshop Ba k Du ia www.worldbank.org, PMU: PMU website winrip-IBRD.com Dokumen dalam Bahasa Indonesia. Safeguard Lingkungan AMDALEIA Kategori A Perwakilan Bank Dunia Jakarta Ba k Du ia: Infoshop Ba k Du ia www.worldbank.org, PMU: PMU website winrip-IBRD.com Dokumen dalam Bahasa Indonesia. UKLUPL Kategori B Perwakilan Bank Dunia Jakarta Ba k Du ia: Infoshop Ba k Du ia www.worldbank.org, 10 - 5 Dokumentasi Persetujuan Keterbukaan PMU: PMU website winrip-IBRD.com Dokumen dalam Bahasa Indonesia. SPPL Ba k Du ia: Infoshop Ba k Du ia www.worldbank.org, PMU: PMU website winrip-IBRD.com Dokumen dalam Bahasa Indonesia. Tabel 10 - 3 Ringkasan Pendekatan Untuk Penerapan Prosedur dan Petunjuk Pelaksanaan dari Bank Dunia i OP 4.01 Environmental Assessment. Analisis lingkungan dilakukan untuk mengidentifikasikan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan,secara umum kegiatan WINRIP termasuk kedalam Kategori B dimana dampak yang ditimbulkan tidak berdampak penting terhadap lingkungan dan harus dikelola melalui ECOP Environmental Code of Practice yang terdiri dari kewajiban Kontraktor dalam pengelolaan lingkungan Menyusun dan melaksanakan RKPPL, Tugas Tenaga AhliPetugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 dan Lingkungan. Namun demikian Bank Dunia tetap mensyaratkan pemenuhan kewajiban pengelolaan lingkungan mengacu kepada peraturan Pemerintah Indonesia AMDAL atau UKLUPL atau SPPL. ii OP 4.04 Habitat Alami. Proses persetujuan Program Kerja Tahunan AWP, akan menjamin bahwa proyek tidak akan menimbulkan perubahan terhadap habitat alami penting atau perubahan dalam skala besar terhadap habitat alami disekitar proyek. ARPLS bagi sub-proyek yang berdekatan dengan habitat alami akan mencakup penanganan mitigasi untuk mencegah atau meminimalkan penurunan kualitas habitat alami. iii OP 4.11 Peninggalan Budaya. Proses persetujuan AWP akan menjamin bahwa proyek tidak mengakibatkan kerusakan pada situs-situs yang memiliki nilai arkeologis, palaentologis, sejarah, keagamaan atau keunikan ala . Doku e lela g sta da WIN‘IP e gatu Pe e ua dala “eksi III, “ a at Ko t ak. iv OP 4.12 and BP 4.12 Pemukiman Kembali. Penyaringan sosial akan dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh sub proyek yang melibatkan pengadaan tanah danatau pemukiman kembali. Untuk setiap usulan sub proyek yang membutuhkan pengadaan lahan perlu disusun dokumen LARAP sesuai dengan Land Acquisition and Resettlement Policy Policy Framework dari Proyek WINRIP. Dokumen tersebut harus mendapatkan persetujuandari Bank Dunia dan dilaksanakan hingga pembayaran kompensasi selesai untuk kemudian dapat dilanjutkan dengan proses pelelangan untuk kontraktor bagi sub proyek tersebut. v Seluruh warga yang terkena proyek harus sudah mendapatkan ganti rugi atau disediakan lahan permukiman pengganti dan biaya pindah sebelum pengambilalihan asset mereka. Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali A. Konsultasi Masyarakat Pada dasarnya Bank Dunia menginginkan adanya konsultasi dan partisipasi pada setiap tahapan proses perencanaan dan desain serta merekomendasikan dilaksanakannya konsultasi sedini mungkin. Berkaitan dengan pengadaan tanah dan kompensasi, Bank Dunia mensyaratkan bahwa sedini mungkin seluruh rumah tangga yang terkena proyek diberikan informasi yang lengkap mengenai peraturan yang berkaitan dengan jumlah ganti kerugian terhadap hak milik, serta informasi mengenai kompensasi khusus. Dalam menghadapi kegiatan pemukiman kembali involuntary resettlement, Bank Dunia mensyaratkan bahwa warga yang terpindahkan harus diinformasikan dan dilakukan konsultasi mengenai pilihan dan hak-haknya selama masa penyiapan dokumen rencana pemukiman kembali. Warga tersebut harus dapat memilih dari beberapa alternatif yang layak. Demikian halnya bagi warga masyarakat di daerah rencana relokasi juga harus diinformasikan pada setiap tahap pelaksanaan. Konsultasi dapat dilakukan terhadap pemimpin serta perwakilan resmi atau tidak resmi dari warga masyarakat. Perhatian khusus diberikan kepada kelompok masyarakat terkena dampak yang sensitif seperti Kepala Keluarga KK miskin, KK lanjut usia, KK perempuan.

B. Proses Pengadaan Tanah dan Kompensasi

Warga terkena proyek WTP akan menerima kompensasiganti kerugian yang layak berdasarkan perhitungan biaya penggantian riil real replacement cost. Dalam menentukan biaya penggantian ini, penyusutan aset dan 10 - 6 nilai sisa material tidak diperhitungkan, begitu pula dengan kerugian akibat pertambahan nilai aset sebagai akibat kegiatan proyek. Warga terkena proyek dapat dikelompokkan kedalam: a. Warga yang mempunyai sertifikat yang sah, girik, atau hak adat perorangan atau kelompok; b. Warga yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau industri di lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti pemilikan yang sah; c. Warga yang menduduki tanah pada lahan prasarana dan fasilitas umum, seperti di atas sungai, jalan, taman atau fasilitas umum lainnya di daerah proyek; d. Warga yang berstatus sebagai penyewa. Tiap-tiap kelompok warga terkena proyek sebagaimana tersebut diatas akan diperlakukan berbeda sesuai dengan hak masing-masing seperti yang dijelaskan dalam Kerangka Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali ESMF – Part II LARPF poin 9.5. WTP yang terpaksa dipindahkan akan mendapatkan bantuan berupa: 1 Biaya pindah dari lokasi yang lama ke lokasi yang baru, 2 Bantuan hidup setara dengan rata-rata biaya hidup selama masa transisi jika perlu waktu untuk pemulihan. Selain itu, jika kompensasiganti kerugian menyebabkan penurunan pendapatan atau tingkat kesejahteraan WTP akibat dipindahkan karena adanya proyek akan menerima bantuan rehabilitasi untuk membantu memulihkan atau meningkatkan taraf kehidupannya di lokasi baru. Bantuan rehabilitasi dapat disediakan bersamaan dengan waktu pelaksanaan konstruksi jalan. Berkaitan dengan hibahsumbangan tanah dalam program WINRIP tidak akan diterima.

C. Proses Pemukiman Kembali

Pedoman Bank Dunia OP 4.12 memuat prinsip-prinsip pemukiman kembali sebagai berikut: a. Pemukiman kembali secara tidak sukarela harus sedapat mungkin dihindari atau diminimalkan melalui berbagai alternatif, termasuk merubah alinyemen jalan. b. Jika pemindahan warga tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa agar warga yang dipindahkan mendapat peluang menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk ganti rugi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan dalam membangun kembali kehidupannya di lokasi yang baru. c. Diadakannya konsultasi masyarakat pada seluruh tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemukiman kembali. d. Harus ada integrasi sosial dan ekonomi bagi warga yang dimukimkan dengan warga setempat daerah relokasi. e. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lainnya bagi warga yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan. Jika jumlah warga terkena proyek pembangunan jalan lebih dari 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang secara fisik terpindahkan maka harus disiapkan Full LARAPLARAP. Namun jika warga terkena proyek kurang dari 200 orang atau 40 KK dan jika aset produktif yang hilang kurang dari 10 dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan maka disiapkan LARAP Sederhana Simple LARAPSLARAP hal ini untuk menjamin telah terpenuhinya persyaratan-persyaratan yang telah disepakati. Rencana pemukiman kembali harus dibuat dalam suatu strategi pembangunan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi WTP, atau sekurang-kurangnya mengembalikan kondisi sosial dan ekonomi WTP agar sama dengan kondisi sebelum dipindahkan.

D. Penyaringan Sosial

Paket ruas jalan yang membutuhkan pengadaan tanah, danatau memindahkan penghuni yang ada, danatau pengguna tanah akan terkena proyek, maka diperlukan LARAP Sederhana atau LARAP. Hal ini penting untuk dilaksanakan sehingga tidak ada warga yang menjadi menderita akibat terkena proyek dikarenakan tanpa pembayaran kompensasi yang memadai dan prosesnya dilaksanakan secara transparan. Jika pembebasan 10 - 7 lahan sudah dilaksanakan kurang dari 2 tahun sebelum paket ruas jalan diprogramkan, maka diperlukan Studi Penelusuran Tracer Study. Penyaringan sosial dapat digambarkan seperti Gambar berikut. Gambar 10 - 1 Skema Tahap Penyaringan Sosial E. Mekanisme Penanganan Keluhan Mekanisme penanganan keluhan dimaksudkan untuk menyediakan kesempatan bagi warga terkena proyek WTP menyampaikan ketidakpuasan dan keluhan. Keluhan dapat berupa ekspresi ketidakpuasan terhadap semua aspek pada tahap penyiapanpenyusunan dan pelaksanaan LARAP. Berikut ini alur mekanisme penanganan keluhan dalam kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali dalam program WINRIP.

10.3.2. Peraturan Pemerintah Indonesia

10.3.2.1. Penyaringan, Kelayakan dan Izin Lingkungan

Penyaringan lingkungan hidup bidang jalan menjelaskan 1 Perundang-undangan dan Peraturan Lingkungan Hidup terkait persyaratan penyaringan dalam menentukan jenis dokumen lingkungan hidup AMDALUKL-UPLSPPL serta perizinan lainnya yang dibutuhkan misal: izin meningkatkan jalan di kawasan hutan, mekanisme kolaborasi dll sebelum dilaksanakannya pekerjaan fisik. 2 Prosedur penyaringan. 3 Pelaporan hasil penyaringan. 1 Kriteria Kegiatan Jalan yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL- UPL atau SPPL

a. Kriteria Rencana Pembangunan Jalan yang Wajib Dilengkapi AMDAL