PENYIAPAN DESAIN DAN REVISI DESAIN LEGALISASI GAMBAR PERENCANAAN TEKNIS KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 1

BAB 4 PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIS

4.1 UMUM

Kegiatan perencanaan teknis jalan dan jembatan sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan dilaksanakan oleh Konsultan Penyiapan Proyek Loan WINRIP Project Preparation Consultant- PPC-TA WINRIP dimana koordinasi pelaksanaannya dilakukan dengan Subdit Teknik Jalan, Subdit Teknik Lingkungan Keselamatan Jalan dan Subdit Teknik Jembatan, Direktorat Bina Teknik. Kegiatan perencanaan teknis ini berdasarkan program penanganan jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Program. Kegiatan perencanaan teknis untuk program penanganan Tahun Pertama 5 Paket Proyek dilaksanakan oleh konsultan perencana lokal di bawah kendali Dit. Bina Teknik maupun SNVT P2JN dan dikaji ulang oleh Konsultan Persiapan Loan TA WINRIP dibawah kendali Direktorat Bina Program, kaji ulang perencanaan mencakup aspek keselamatan jalan road safety dan review terhadap persimpanganintersection. Sedangkan kegiatan perencanaan teknis dan review terhadap aspek keselamatan untuk program penanganan Tahun Kedua dan Ketiga WP-2 dan WP-3 akan dilaksanakan oleh konsultan P2JN 6 Paket Proyek dan Design Supervision Consultant WINRIP 10 Paket Proyek, kemudian di-review oleh Core Team Consultant WINRIP CTC. Standar dan pedoman yang digunakan untuk membuat dokumen pelelangan dan perencanaan teknis disiapkan oleh Desain and Supervision Consultant DSC dan disetujui Direktorat Bina Teknik berdasarkan Standard Bidding Document SBD yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Didalam Perencanaan Teknis harus memperhatikan rekomendasi yang dihasilkan dalam Dokumen Lingkungan. 4.2 JENIS PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN Jenis penanganan jalan dan jembatan yang termasuk dalam program WINRIP ini mencakup pekerjaan peningkatan kekuatanstruktur jalan Betterment, duplikasi jembatan berupa pembangunan jembatan baru disebelah jembatan yang ada.

4.2.1 Jenis Penanganan Jalan

Pekerjaan Peningkatan Jalan Betterment. Pekerjaan peningkatan struktur perkerasan jalan yang ada dengan penambahan beberapa lapis perkerasan dan atau pelebaran widenning dari lebar 4,50 meter menjadi 6,00 meter atau 7,00 meter dan lebar 6,00 Meter menjadi 7,00 Meter.

4.2.2 Jenis Penanganan Jembatan

Duplikasi Jembatan Yang termasuk Pekerjaan ini adalah penambahanpembuatan jembatan baru disebelah jembatan yang ada.

4.3 PENYIAPAN DESAIN DAN REVISI DESAIN

4.3.1 Penyiapan Desain dan Revisi Desain Jalan

No. Kategori Kewenangan dan Menyetujui Mengetahui 1. Jalan StrategisNasional P2JNBalai Kepala Balai 2. Jalan Strategis Nasional dengan penanganan komplekskhusus Subdit Teknik Jalan Direktur Bintek Kategori jalan dengan penanganan komplekskhusus ditentukan oleh Direktorat Bintek

4.3.2 Penyiapan Desain dan Revisi Desain Jembatan

No. Kategori Kewenangan dan Menyetujui Mengetahui 1. Jembatan Standar P2JNBalai Kepala Balai 2. Jembatan Non-StandarKhusus Subdit Teknik Jembatan Direktur Bintek Jembatan Standar: mencakup jembatan rangka, gelagar dua tumpuan dan sistem lantai. Jembatan Non-standar: mencakup jembatan gelagar menerus, pelengkung, sistem kabel dan jembatan non standar lainnya. Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 2

4.4 LEGALISASI GAMBAR PERENCANAAN TEKNIS

Pengesahan setiap lembar gambar PIHAK KONSULTAN 1 2 3 Direncanakan Oleh Tenaga Ahli Perencana Diperiksa Oleh Tenaga Ahli Sebagai Perencana Disetujui, Team Leader Lembar Pengesahan dibelakang Sampul Depan Lembar Pengesahan 1 2 3 Diserahkan Oleh Direktur Utama Konsultan Diperiksa Oleh PPKKasatker Disetujui, Institusi Organisasi Struktural yang lebih tinggi Ditentukan lebih lanjut sesuai wewenang teknis yang berlaku

4.5 KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN UNTUK JALAN

– JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER Kriteria Desain Jalan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan dan SE Dirjen Bina Marga NO. UM.0103- Db242 tentang Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan – Jembatan yang dikeluarkan pada tanggal 21 Maret 2008 dan SE Dirjen Bina Marga No. 01SEDb2013 tgl 27 Februari 2013 tentang Pedoman Kerangka Acuan Kerja KAK untuk Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, antara lain ber-isikan:

4.5.1 Pokok

– Pokok Perencanaan Agar struktur Jalan berfungsi dengan baik, maka setiap perencanaan Jalan harus memenuhi pokok- pokok perencanaan sebagai berikut: 1. KekuatanKeawetan dan kelayakan jangka panjang 2. Kenyamanan dan Keselamatan 3. Kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan 4. Ekonomis 5. Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek keselamatan jalan

4.5.2 Rujukan Perencanaan

1. Perencanaan Jalan Harus Mengacu Pada:

a. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan Maret 1992 b. Petunjuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota edisi No. 038TBM1997 September 1997 c. Pedoman Perencanaan Sparator Jalan Pd T-15 2004-B d. Pedoman Perencanaan Median Jalan Pd T-17 2004-B e. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja KAK untuk perencanaan dan pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan No. 01PBM2013 f. Ketentuan desain dan Revisi Desain Jalan dan Jembatan, Direktur Jenderal Bina Marga No UM 0103 – Db242, 21 Maret 2008 g. Petunjuk pelaksanaanbagan alir Amandemen Kontrak dengan Revisi Desain dan perubahanperpanjangan waktu sumber dana APBN dan Loan, Direktorat Jenderal Bina Marga No.18SEDb2012, 13 Desember 2012 h. Pedoman Interim Desain Perkerasan Jalan Lentur No.002PBM2011 i. Manual Design Perkerasan Jalan No. 02MBM2013 Catatan: Perkerasan Lentur dengan Umur Rencana 10 tahun, sesuai dengan hasil rapat di Padang pada tanggal 22 – 23 Desember 2014 j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19PRTM2011, tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan k. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 008BM2008 dan No.008-1BM2010, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 3

2. Penyiapan Perencanaan Teknik Bidang Jalan yang harus diikuti yaitu:

a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja b. Survey Pendahuluan c. Survei Detail: 1. Survei Topografi 2. Survei Drainase 3. Survei Geoteknik 4. Survei Lalulintas 5. Survei Kondisi perkerasan d. Penyampaian DED Perencanaan Teknis

4.5.3 Parameter Perencanaan Geometrik Jalan

Tabel 4 - 1 Parameter Perencanaan Geometrik Jalan SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN JALAN RAYA JALAN SEDANG LHRT, SMPHari Datar 82,000 - 110,000 61,000 - 82,000 22,000 - 61,000 , Berbukit 79,900 - 106,600 59,800 - 79,900 21,500 - 59,800 , Gunung 77,700 - 103,400 58,100 - 77,700 20,800 - 58,100 , P E R K E R A SA N JA LA N Jenis Perkerasan Beton Aspal Perkerasan Ber-Aspal Perkerasan Ber-Aspal Kerataan IRI Maksimal 6 8 RCI Minimal Baik - Sedang Sedang Kecepatan Rencana [KmJ] Datar 60 60 Berbukit 50 40 Gunung 40 30 P O T O N G A N ME LI N T A N G RUMAJA Minimal Lebar 38,00 31,00 24,00 13,00 Tinggi, m 5,00 5,00 Dalam, m 1,50 1,50 RUMIJA Minimal, m 25,00 15,00 Badan Jalan, Lebar Paling Kecil m Jalan Arteri 18,00 11,00 Jalan Kolektor 18,00 9,00 Lebar Jalur lalu-lintas m V R 80 KmJam 2x4x3,50 2x3x3,50 2x2x3,50 2x3,50 Lebar Bahu, m Datar Bahu luar 2,00 dan bahu dalam 0,50 1,00 Berbukit Bahu luar 1,50 dan bahu dalam 0,50 1,00 Gunung Bahu luar 1,00 dan bahu dalam 0,50 0,50 Lebar Median, m Direndahkan 9,00 Tanpa Median Ditinggikan 1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk kecepatan rencana 60 KmJam dan menjadi 1,80; jika median dipakai lapak penyeberangan, Konfigurasi lebar bahu dalam + bangunan pemisah setinggi kereb +bahu dalam: 0,50+0,50+0,50 dan 0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak penyeberangan. Lebar Jalur pemisah lajur, m Dengan Rambu 2,00 Tanpa Jalur Pemisah Tanpa Rambu 1,00 Utk Sepeda Motor Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 4 SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN JALAN RAYA JALAN SEDANG LHRT, SMPHari Datar 82,000 - 110,000 61,000 - 82,000 22,000 - 61,000 , Berbukit 79,900 - 106,600 59,800 - 79,900 21,500 - 59,800 , Gunung 77,700 - 103,400 58,100 - 77,700 20,800 - 58,100 , Lebar Saluran Tepi Minimal, m 1,00 1,00 Ambang Pengaman Minimal, m 1,00 1,00 Kemiringan Perkerasan 3 3 Kemiringan Bahu, 5 5 P O T O N G A N ME MA N JA N G Jarak antara Jalan masuk terdekat, km Jalan Arteri Untuk mempertahankan Kecepatan arus lalu lintas pada jalan Arteri, agar diupayakan jarak antara jalan masuk terdekat tidak kurang dari 1,00 km dan pada jalan Kolektor 0,50 Km. Untuk mengatasi jalan masuk yang banyak pada jalan yang lama, dapat dibuat jalur samping yang menampung semua jalan jalan masuk dan membatasi bukaan sebagai jalan masuk ke jalur utama sesuai jarak terdekat diatas. Jalan Kolektor Jarak antara persimpangan sebidang terdekat, km Jalan Arteri Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas pada jalan Arteri agar diupayakan jarak antar persimpangan sebidang terdekat tidak kurang dari 3,00 km dan pada jalan Kolektor 0,50 km. Jalan Kolektor Superelevasi maksimum 8 Radius Tikungan Minimal, m Datar 110 110 Berbukit 80 80 Gunung 50 50 Kelandaian Maksimum Datar 5 6 Berbukit 6 7 Gunung 10 10 4.5.4 Parameter Perencanaan Perkerasan Jalan Jenis yang dipakai adalah Perkerasan Lentur didasarkan pada pembebanan rencana Cumulative Equivalen Standard Axle Load CESAL dengan Subgrade CBR rencana 6 dan untuk Overlay berdasarkan CESAL dengan lendutan Benkleman BeamFalling Weight Deflectometer FWD. Perencanan Tebal Perkerasan mengacu kepada Pedoman Interim Desain Perkerasan Jalan Lentur No.002PBM2011. Lapis perkerasan terdiri: - AC – WC, sebagai lapis permukaan aus - AC – BC, sebagai lapis antara - AC – Base, sebagai lapis pondasi aspal - Aggregate Kelas A - Aggregate Kelas B - Caping Layer dibutuhkan untuk memperkuat Tanah Dasar jika CBR Subgrade 6.

4.6 KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

Kriteria Desain Jembatan ini sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Bina Marga NO. UM.0103-Db242 tentang Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan – Jembatan yang dikeluarkan pada tanggal 21 Maret 2008 dan Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 01SEDb2013 tgl 27 Februari 2013 tentang Pedoman Kerangka Acuan Kerja KAK untuk Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, antara lain berisi kan:

4.6.1 Pokok-Pokok Perencanaan

Agar struktur jembatan berfungsi dengan baik, maka setiap perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut: 1. Kekuatan dan Stabilitas struktur Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 5 2. Kenyamanan dan Keselamatan 3. Kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan 4. Ekonomis 5. Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek keselamatan jalan 6. Keawetan dan kelayakan jangka panjang 7. Estetika

4.6.2 Rujukan Perencanaan

1. Perencanaan jembatan harus mengacu pada a. Bridge Design Code BMS , de ga e isi pada agia : - Pembebanan Jembatan SK.SNI T-02-2005, Kepmen PU No. 498KPTSM2005 - Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan SK.SNI T-12-2004, Kepmen PU No. 260KPTSM2004 - Perencanaan struktur baja untuk jembatan SK.SNI T-03-2005, Kepmen PU No. 498KPTSM2005 b. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Revisi SNI 03-2883-1992 2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit, Pd T-11-2003 dan standar perencanaan jalan yang berlaku 3. Panduan Analisa Harga Satuan No.008-1BM2010, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. 4. Ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan di atas harus mendapat persetujuan pemberi tugas P2JNBalai. 5. Dalam penyiapan perencanaan teknik, Ada 10 sepuluh Standard Operasional Prosedur SOP bidang jembatan yang harus diikuti, yaitu: a. SOP Penyusunan Kerangka Acuan Kerja b. SOP Survey Pendahuluan c. SOP Survey Lalu Lintas d. SOP Survey Geodesi e. SOP Survey Geoteknik f. SOP Survey Hidrologi g. SOP Perencanaan Teknis Jembatan h. SOP Penyampaian DED Perencanaan Teknis i. SOP Sistematika Pelaporan j. SOP Penyelenggaraan Jembatan Khusus k. SOP Mekanisme Penerimaan Dokumen Perencanaan Teknis Draft.

4.6.3 Parameter-Parameter Perencanaan

Parameter Umum Perencanaan 1. Umur rencana jembatan standar 50 tahun. 2. Pembebanan Jembatan menggunakan BM.100 3. Persyaratan geometrik - Lebar jembatan jalan nasional adalah 1+7+1m - Superelevasi melintang 3 dan kemiringan memanjang maksimum 5 - Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan lalu lintas kapal free-board minimal 1,0m dari muka air banjir - Dihindari tikungan di atas jembatan dan oprit - Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentupariwisata, struktur jembatan dapat berupa bentuk parapet dan railing dengan lebar jembatan dapat dibuat khusus atas persetujuan pengguna jasa - Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri – kanan oprit timbunan 4. Material Mutu Beton: - Lantai : Beton K-350 - Bangunan atas : Beton K-350 minimal - Bangunan bawah : Beton K-250 termasuk untuk isian tiang pancang - Bored pile : Beton K-350 Mutu Baja Tulangan: - Tulangan dengan diameter, untuk D13 : BJTP 24 Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 6 - Tulangan dengan diameter, untuk D13 : BJTD 32 atau BJTD 39 - Variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran 5. Gambar rencana diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal standar untuk kemudahan validasikoreksi

4.6.4 Parameter Perencanaan Bangunan Atas Jembatan

1. Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan BA jembatan standar BM sesuai bentang ekonomis kondisi lalu-lintas air - Box Culvert single, double, triple, 1 - 10m - Voided Slab, 6 - 16m - Gelagar Beton Bertulang Tipe T, 6 - 25m - Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, 16 - 40m - Girder Komposit Tipe I dan Box, 20 - 40m - Rangka Baja, 40 - 60m 2. Penggunaan bangunan atas diutamakan dari sistem gelagar beton bertulang atau box culvert serta Gelagar pratekan untuk bentang pendek dan untuk kondisi lainnya dapat mengunakan gelagar komposit atau rangka baja dll. 3. Perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain: - Menggunakan Rencana Keadaan Batas Limit States, ULS SLS - Lawan lendut lendutan, simple beam L800, kantilever L400 - Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi sekitar lingkungan jembatan selimut beton, permeabilitas beton, tebal elemen baja dan galvanis terhadap resiko korosi, potensi degradasi material.

4.6.5 Parameter Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

1. Perencanaan struktur bawah jembatan dilakukan dengan menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States ULS dan Serviceability Limit States SLS. 2. Tinggi abutmen dan pilar tipikal Tabel 4 - 2 Tinggi abutmen dan pilar tipikal Abutmen Pilar Abutmen tipe cap: 1,5 – 2,0m Pilar balok cap: 10m Abutmen tipe kodok: 2,0 – 3,5m Pilar dinding penuh: 5 - 25m Abutmen tipe dinding penuh: 4,0m Pilar portal satu tingkat: 5 - 15m Pilar portal dua tingkat: 15 - 25m Pilar kolom tunggal: 5-15m zona gempa besar dihindarkan 3. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan. Persyaratan tebal minimal selimut beton yang digunakan adalah - Daerah normal = 30 mm - Daerah agresif = 50 mm Bab 4 Prosedur Perencanaan Teknis 4 - 7 4.6.6 Parameter Perencanaan Pondasi Jembatan 1. Menggunakan Working Stress Design WSD 2. Penentuan jenis Pondasi jembatan: Tabel 4 - 3 Tabel Penentuan Jenis Pondasi Jembatan Pondasi Diameter m Kedalaman Optimal m Pondasi DangkalTelapak 0,3 – 3,0 - Pondasi Caisson 2,5 – 4,0 3,0 – 9,0 Pondasi Tiang Pancang Pipa Baja 0,4 – 1,2 7,0 – 50 Pondasi Tiang Pancang Beton Pratekan 0,4 – 0,6 18 – 30 Pondasi Tiang Bored 0,8 – 1,2 18 – 30 3. Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk dimensinya. Dihindari pondasi langsung untuk daerah dengan gerusan besar 4. Pondasi Tiang Pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 diisi dengan beton bertulang non-shrinkage semen type II atau menggunakan pondasi tiang bor 5. Faktor Keamanan, untuk data tanah sondir: - Tiang Pancang: End bearing=3, Friction=5; - Sumuran: DDT=20, Geser=1,5 Guling=1,5 6. Kalendering terakhir Tiang Pancang 1,0 – 3,0cm10 pukulan untuk end-bearing dengan jenis hammer sesuai

4.6.7 Perencanaan Jalan Pendekat

1. Tinggi timbunan jalan pendekat tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut: a. H kritis = c Nc +  D Nq  b. H izin = H kritis SF dengan SF = 3 2. Bila tinggi timbunan melebihi H izin harus direncanakan sistem perkuatan tanah dasar.

4.7 PERENCANAAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN