Tipologi Tempat-Tempat Keramat

Tipologi Tempat-Tempat Keramat

Di kawasan Balkan kita kiranya dapat membedakan tiga jenis tempat keramat Islam: tempat yang terkait dengan keistimewaan lingkungan alam; makam atau türbe (bangunan yang berisi satu atau beberapa makam) yang terletak dalam pondok-pondok sufi (tekke, zaviye); dan makam atau türbe tersendiri.

Situs dengan ciri alamiah yang khas (mata air, pohon, batu besar, goa, dan lain-lain) acap terkait dengan pemujaan berbagai tokoh yang tidak jelas apakah legendaris atau tidak. Kadang-kadang ciri sakralnya diperkuat dengan pembuatan suatu kuburan atau pemasangan sebuah batu nisan di tempat yang bersangkutan. Tempat jenis itu termasuk yang paling populer di kawasan Balkan. Begitulah halnya dengan kompleks Ajvatovica di Bosnia, yang akan dikaji di bawah ini, di mana air terlihat timbul dari belakang sebuah batu terbelah. Itulah juga yang terjadi di tiga tempat keramat Bektasyi yang tergolong paling keramat di seluruh Albania: Goa

Balim Sultan 2 di pegunungan di utara Elbasan, dekat air terjun Mati; Goa

3 Sari Saltik 4 di atas kota Kruja; dan keramat yang disebut “Abbas Ali” di atas Gunung Tomor di daerah Berat.

Kekhasan alamiah merupakan dasar obyektif dari kekeramatan dan keajaiban tempat-tempat yang bersangkutan. Tentang suasana alamiah keramat Abbas Ali di atas, Ekrem Vlora pernah menulis:

Suatu dunia mengesankan yang penuh gunung-gunung, penuh hutan-hutan oak trees di sekitarnya, dengan berbagai fenomena cuaca yang meng- getarkan. Di seluruh Albania Tengah, orang yakin bahwa, menjelang awal setiap zaman baru, selalu muncul dari Gunung Tomor sebuah bola api yang meletus dengan bunyi gemuruh yang menakutkan. Di antara anak buah saya tidak kurang dari sepuluh orang yang mengaku pernah melihat dan mendengar kejadian serupa menjelang perang Russia-Turki yang terakhir. (Vlora 1911, hlm.107).

2 Balim Sultan adalah p r (wali) kedua dan pendiri utama tarekat Bektasyiyah. Dia wafat pada awal abad ke-16 dan dikubur di Hadji Bektash di Anatolia.

3 Sari Saltik mempunyai paling sedikit tujuh makam di kawasan Balkan (Popovic 1993, hlm. 44). Tentang lokalisasi makam-makam itu lihat di bawah ini.

4 Saudara tiri dari kedua cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husein.

Wilayah Balkan 465

Goa Sari Saltik, yang terletak di pinggiran dataran tinggi Mali Kruja (gunung Kruja), juga memiliki ciri-ciri yang sangat khas: sulit dicapai, jauhnya kira-kira dua jam perjalanan kaki dari kota, melalui sebuah jalan setapak berliku-liku penuh runtuhan batu dan tanah; di dalam goa itu, sebuah celah yang dalam di langit-langitnya serta juga air yang merembes dari sebuah batu menimbulkan suasana magis. Goa Balim Sultan di daerah Martanesh, di mana tetesan air yang merembes dari batu dapat juga ditampung, memiliki sejumlah terowongan dan lubang bawah tanah yang

konon menghubungkannya dengan kedua tempat keramat di atas. 5 Berbagai legenda telah muncul di sekitar situs-situs di atas dan di

sekitar wali-wali yang diziarahi di situ—dengan variasi di sana sini sesuai dengan ideologi yang unggul pada sementara waktu. Abbas Ali, yang konon datang dari Tanah Arab dengan menunggangi seekor kuda putih yang besar, konon membebaskan daerahnya dari kaum “barbar”, sebelum pergi menetap di lereng Gunung Olimpus. Setiap tahun dia kembali dan tinggal selama lima hari di puncak Gunung Tomor, dan itulah yang

menjadi momen ziarah besar 6 . Menurut legenda lokal, pada masa itu seorang penduduk kota harus dikorbankan setiap hari untuk dipersem-

bahankan kepada naga yang menjaga goa. Pada suatu hari tiba giliran putri sang pangeran untuk dikorbankan. Pada saat itu tampillah seorang sufi tua, Sari Saltik, yang membunuh naga berkepala tujuh dengan sebuah pedang kayu saja. Kemudian sang sufi menetap di goa, hingga pada satu hari dia hendak dibunuh orang. Mengetahui hal itu, dia melarikan diri dan

mencapai Pulau Korfu hanya dalam empat langkah. 7 Makam-makam yang terletak di tengah pondok satu tarekat (tekke

dan zaviye), yang biasa diziarahi, sejak dahulu ramai pengunjung. Namun haruslah diingat bahwa pondok-pondok sufi, yang dahulu, pada zaman dominasi Turki Usmani, berjumlah sangat besar di keseluruhan Eropa Tenggara, tetap ada selanjutnya dan sampai sekarang, namun terutama bertahan di belahan Barat wilayah Balkan, yaitu di Yugoslavia dan di

Albania 8 . Mudah dimengerti bahwa kita tidak mungkin menyebut di sini nama semua pondok dan makam yang tersebar di kota-kota dan desa-desa

Balkan dan yang dimiliki oleh tarekat ini atau itu, yakni Bektasyiyah,

5 Mengenai kedua gua itu, lihat Clayer (1990: 338, 355-56). 6 Clayer (1990, hlm. 409), menurut Swire (1937, hlm. 251 dst.). 7 Lihat Degrand (1901:236-242). Sebuah makam keramat lain terdapat beberapa

kilometer di bawah kota Kruja. Yang dihormati di tempat itu ialah lubang dalam tanah yang konon merupakan bekas tapak kaki Sari Saltik.

8 Kecuali selama periode agama dilarang di negara itu, yaitu antara 1967 dan 1991.

N. Clayer dan A. Popovic

Khalwatiyah, Qadiriyah, Rifa’iyah, Sa 9 ‛diyah, dan lain-lain . Cukuplah diketahui bahwa di kompleks-kompleks itu kaum muslimin (ataupun

kadang-kadang kaum Nasrani, seperti akan kita lihat di bawah ini), menjalankan praktik ziarah terhadap wali-wali atau syekh-syekh yang dikebumikan dalam ruang atau bangunan (türbe) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kompleks pondok (tekke).

Namun tidak semua makam menempati situs istimewa atau berada dalam kompleks sufi. Makam atau kompleks makam (türbe) yang berdiri sendiri dapat juga dijadikan sasaran ziarah individual atau ziarah kolektif. Di antara yang terpenting di kawasan Balkan dapat disebut: makam Sari

Saltik di Babadag, di Rumania 10 ; makam Gül Baba di tengah kota Budapest, ibu kota Hungaria 11 ; makam Sultan Murad I, yang gugur pada

tahun 1389 dalam pertempuran Medan Burung Hitam (Kosovo Polje) yang terkenal, tidak jauh dari Pristina; makam Kaimi Baba di Zvornik, di

Bosnia 12 ; makam Yusuf Dede di Džumajlija di antara Stip dan Veles di Macedonia 13 ; makam Sofyali Bali Efendi di Knajezevo, di pinggiran kota Sofia 14 , dan lain-lainnya.

Ada kalanya makam-makam tersebut di atas pada awalnya tidak berdiri tersendiri, melainkan termasuk sebuah kompleks pondok sufi yang kini tidak berfungsi lagi lalu lenyap. Kemungkinan makam Gül Baba pada abad ke-16 dan ke-17 terkait dengan sebuah pondok Bektasyi yang kemudian hilang ketika kesultanan Turki Usmani terusir dari Hungaria pada akhir abad ke-17. Demikian pula makam Sofyali Bali Efendi (syekh Khalwati yang tersohor pada abad ke-16) dahulu ada dalam sebuah pondok yang memakai namanya. Setelah tahun 1878, pondok tersebut dibongkar dan sebuah gereja dibangun di tempat yang sama; dalam gereja itu kini masih terdapat makam syekh tersebut. Walaupun acap kali pondok-pondok sufi (tekke dan zaviye) ditutup menyusul emigrasi masyarakat Islam (ke Turki), pada kenyatannya makam-makam yang terkait dengan pondok- pondok itu sering tetap berdiri dan bahkan terus diziarahi. Itulah yang

9 Di Eropa Tenggara, selusin tarekat berkembang pada masa Turki Usmani, dan sembilan di antaranya tetap bertahan hingga kini. Mengenai hal ini, lihat Popovic

1985 dan 1988. 10 Lihat Popovic (1993: hlm. 44) yang berisi bibliografi terpenting.

11 Idem, hlm. 45, cat. 4. 12 Idem, hlm. 50, cat. 49. 13 Lihat Clayer & Popovic (1992, hlm. 34-35). 14 Lihat Clayer (1993, hlm. 67-68).

Wilayah Balkan 467

dapat disaksikan di sana-sini, terutama di Thracia Barat serta di Macedonia Yugoslavia 15 .

Harus dicatat pula bahwa menurut legenda lokal, sejumlah makam yang berdiri tersendiri itu, karena tidak terkait dengan pondok sufi, konon telah dibangun di tempat “di mana darah sang wali tertumpah” (yang tidak berarti bahwa pahlawan yang bersangkutan benar-benar dimakamkan di

situ) 16 ; atau di tempat di mana “beristirahat seorang wali yang dilihat orang sedang menjinjing kepalanya sendiri yang terpenggal” 17 .