Tempat-Tempat Ziarah
Tempat-Tempat Ziarah
Selama ini tampaknya orang Sudan sangat biasa menyelesaikan masalah- masalah pribadi mereka dengan memohon bantuan dari para wali yang telah meninggal, yaitu yang benar-benar telah diakui sebagai wali. Oleh karena itu, makam wali-wali di Sudan sangatlah besar jumlahnya. Menurut
suatu penelitian yang diadakan belakangan ini 23 , di daerah Donqola saja diperkirakan terdapat tidak kurang dari sembilan puluh sembilan makam
berkubah (qub b). Kepadatan makam-makam yang tersebar dalam berbagai bentuk itu tentu saja berbeda-beda, tergantung dari kondisi wilayah dan pola pemukiman penduduk, tetapi dilihat secara keseluruhan, kepadatan itu amat tinggi di seluruh negeri. Namun makam-makam yang terpenting— yaitu makam para wali Sudan yang namanya sangat dikenal dan menarik pengunjung dari luar suku atau komunitas agama lokal, bahkan kadang- kadang dari wilayah yang sangat jauh—sebagian besar terletak di kawasan lembah Sungai Nil (dari daerah Nubia di utara sampai Khartum) dan di selatan di kawasan Sungai Nil Biru antara Khartum dan Sennar. Makam- makam itu sering kali terletak di tempat-tempat yang berkembang menjadi pusat pengajaran agama sejak masa dinasti Funj. Misalnya al D mer di pertemuan Sungai Atbara (tempat markas tarekat al-Majdz ūbiyah), Halfayat al-Mul ūk dan ‘Aylafūn di pertemuan kedua Sungai Nil, dan Abu Harraz, yang terletak lebih ke selatan. Tempat-tempat di atas juga merupakan persimpangan yang penting bagi suku-suku Sudan dalam lalu lintas perdagangan dan merupakan titik-titik strategis dalam lalu lintas manusia dan peredaran pemikiran-pemikiran.
Geografi makam-makam itu terkait erat dengan pola penyebaran aliran sufi dalam Islam Sudan. Ternyata pendirian (pada abad ke-16 dan ke-19) semua tarekat yang ada sekarang ini di Sudah, sebagian besar terjadi dengan proses “massal”, yaitu dengan masuknya suatu suku seluruhnya atau sebagian menjadi anggota suatu tarekat, mengikuti pemimpin suku tersebut. Dengan demikian para anggota tarekat itu turut mengembangkan kegiatan-kegiatan pusat pengajaran agama (khalwah) yang didirikan oleh syekh tarekatnya. Setelah sang syekh meninggal, makamnya, berikut berkah yang melekat padanya, menjadi tempat ziarah yang dikelola oleh para khalifah (penerusnya, anggota keluarganya) dan tetap memainkan
23 Ali Salih Karrar (1992, hlm. 143), berdasarkan studi Abd All h Muhammad Sa’ d Ahmad (1978, hlm. 40).
Sudan Timur Laut 137
peran yang dominan dalam kehidupan religius masyarakat setempat dan juga mendominasi sebagian besar mekanisme pertukaran ekonomi serta redistribusi sosial. Maka dapat diamati berbagai tipe penempatan makam kuno dari suku-suku yang berasal dari tradisi tarekat: di daerah Gez ra, terdapat makam-makam yang terutama terkait dengan berbagai cabang Q diriyah dari masa dinasti Funj; sementara makam-makam dari golongan (silsilah) ‘Arakiyy n terpusat di Ab ū Har z; dan makam-makam golongan (silsilah) Ya’q ūb b di barat daya Senn r, yang sebaliknya tersebar di seluruh wilayah (d r) golongan yang bersangkutan. Baru-baru ini, di pesisir Laut Merah, di Sinkat, makam Syar fah Maryam al-M rgh n (wafat 1952) menjadi pusat ziarah penting bagi suku Beni Amer, suatu suku Beja besar yang merupakan pengikut tarekat Khatmiyah.
Biarpun demikian, banyak makam wali sekarang berada di dua dari ketiga kota yang didirikan pada abad ke-19 dan ke-20 dan yang kini menjadi ibu kota: di Omdurm n, tempat didirikannya terutama makam (qub b) Syekh Qar b All h, pendiri tarekat Qar biyah, sebuah cabang dari
tarekat Samm niyah, serta qub b Mahd Muhammad Ahmad 24 , juga di Khartum Utara, atau di pinggiran kedua kota itu, seperti di Burr al-Lam b,
tempat dikuburkannya Y ūsuf al-Hind , pendiri tarekat al-Hindiyah. Jumlah makam di lembah Sungai Nil Putih, di Kordofan atau di Darfur lebih sedikit. Di daerah-daerah pinggiran itu, di mana pengajaran agama kurang berkembang dibandingkan daerah-daerah lembah Sungai Nil, makam- makam yang ada kerap sangat sederhana. Namun di bagian Timur Sudan, di mana tokoh-tokoh religius sering tinggal sementara dalam perjalanan dari atau ke Hij z melalui Laut Merah, terdapat berbagai makam penting di kota-kota seperti Kassala, Sink t, Saw kin, yang merupakan pusat pertemuan suku dan pusat perdagangan yang penting di negeri Beja.
J.S. Trimingham telah melakukan penelitian yang sampai kini paling lengkap tentang makam-makam di Sudan, dan dia membedakan beberapa tipe tempat ziarah yang ditemukan di berbagai wilayah negara itu. Pertama tipe qubba, yaitu bangunan berbentuk segi empat, hampir selalu dengan atap kubah berkerucut, merupakan jenis tempat ziarah yang secara teknis
24 Setelah Sudan ditaklukkan kembali oleh tentara Inggris-Mesir pada tahun 1898, Kitchener, pemimpin tentara tersebut, memerintahkan agar jenazah Mahd diangkat
dari kuburannya yang setengah hancur. Kecuali tempurung kepala yang konon dikubur di sebuah kuburan Islam, menurut sebuah surat yang dialamatkan Kitchener kepada Ratu Victoria (7 Maret 1899), tulang-tulangnya dibuang ke Sungai Nil. Qubba yang kini berdiri dibangun pada masa rezim Condominium di tempat yang sama dan dengan persetujuan pihak Inggris. Qubba tersebut sangat ramai dikunjungi.
138 Nicole Grandin
paling canggih. Makam ini dibangun oleh putra-putra atau murid-murid 25 seorang wali yang tersohor, dan umumnya langsung didirikan di atas
kuburannya atau diletakkan di tempat dia menghembuskan nafasnya yang terakhir, atau juga di tempat sang wali lama bermukim, yaitu semua tempat yang diserapi berkah wali tersebut. Dalam hal terakhir ini makam sering kali tidak lebih dari sekadar tempat peringatan; begitu pula halnya manakala makam didirikan di tempat ari-ari wali itu dikubur. Menurut
antropolog C.G. Seligman 26 , kebiasaan masyarakat Sudan untuk mengubur ari-ari ini berasal dari Mesir Kuno di mana ari-ari tersebut dianggap
sebagai duplikat fisik dan spiritual dari anak yang telah dihidupinya dalam kandungan. J.S. Trimingham 27 mencatat bahwa di sekitar tahun 1940-an di
Omdurman sebuah kepercayaan yang serupa masih acap dijumpai di kalangan masyarakat. Ada berbagai tempat ziarah semacam itu yang terletak di tempat kelahiran wali-wali. Salah satunya yang paling sering dikunjungi terletak di Bara, Kordofan, berupa sebuah makam yang didirikan di atas tempat kelahiran Sayyid Muhammad al-Hasan al- M rghan , sedangkan makam yang didirikan di atas kuburannya terletak di
Kassali, tempat dia meninggal akibat demam pada usia 51 tahun 28 . Setiap makam yang ada di Sudan adalah tempat yang haram,
termasuk daerah yang berada dalam pagar yang mengelilinginya. Tempat itu adalah tempat perlindungan untuk para buronan, dan benda-benda yang
ditempatkan di situ dilindungi oleh sang wali. H. A. MacMichael 29 menceritakan bahwa pada tahun 1920-an dia menyaksikan penyerahan
benda-benda seperti bajak, tenda, pot, lemari, yang dipercayakan oleh para penggembala suku Badui kepada makam Hasan wad Has ūna (wafat 1664),
seorang wali besar dari daerah Gez ra 30 , untuk disimpan sampai mereka kembali pada akhir masa penggembalaannya. Baru-baru ini Salah el-Tigani
Humoudi 31 telah juga melihat benda-benda serupa yang diserahkan di halaman makam Syekh Bireir, di Desa Shabahsa di daerah lembah Sungai
25 Ali Salih Karrar (1992, hlm. 143). Kuburan-kuburan itu, apabila sudah rusak, sering direhabilitasi dan dicat lagi oleh penerus spiritual dari syekh atau oleh
keturunannya. 26 (1913, hlm. 658).
27 (1949, hlm. 142-144). 28 Makam Sayyid Muhammad al-Hasan al-M rghan dihancurkan oleh
pemberontakan Mahdi pada tahun 1885 ketika terjadi serbuan terhadap garnisun Turki-Mesir di Kassala. Makam ini dibangun kembali pada tahun-tahun pertama rezim Condominium Inggris-Mesir.
29 (1922, hlm. 287). 30 Dayf All h (1971, hlm. 133).
31 (1977, hlm. 111).
Sudan Timur Laut 139
Nil Putih, suatu kebiasaan yang dinyatakannya berasal dari tanah Arab, berdasarkan perbandingan dengan kebiasaan penduduk di wilayah Arabia Selatan. Ada kalanya juga pedagang-pedagang yang pergi ke Mesir menitipkan sebagian dari barang-barangnya kepada makam Ab ū Ahmad. Selain itu, J.S. Trimingham 32 mencatat bahwa orang-orang Sudan percaya
bahwa tidak boleh membunuh binatang liar di dekat makam seorang wali: suku-suku Bish riyin dan ‘Ab bda, yaitu suku Badui yang bukan Arab dari pesisir Laut Tengah, percaya bahwa binatang-binatang yang dijadikan kurban di makam seorang wali kemudian menjelma menjadi rusa (gazelle)
dan ibex 33 yang hidup di bawah perlindungan wali, dan wali itu menghukum orang-orang yang membunuh binatang-binatang itu. Pada
akhirnya, halaman dalam makam seorang wali adalah juga tempat terbaik untuk menaruh benda-benda yang dapat digunakan oleh orang yang bermaksud jahat untuk tujuan magis atau tenung, seperti rambut, kuku, gigi, dan lain-lain.
Tempat-tempat ziarah yang derajatnya di bawah qubba merupakan makam wali-wali yang kurang tersohor. Di Sudan terdapat banyak makam yang sangat sederhana, yaitu bangunan segi empat dengan atap datar yang disebut dlar h, atau halaman dalam lingkungan empat tembok dari tanah tanpa atap yang mengelilingi makam (turbah) sang wali, dengan letak kepala dan kaki yang hanya ditandai batu atau tongkat. Tempat lain yang juga merupakan tempat ziarah, adalah tempat-tempat ziarah kecil yang banyak jumlahnya, yang disebut bay n (jamak bay n t), yang berarti “perwujudan”, yang didirikan terutama di tempat wali menampakkan diri dalam impian. Barakah wali dianggap melekat pada tempat itu, dan orang yang “melihat” wali dalam mimpi kemudian membangun (atas permintaan wali tersebut dan sebagai tanda terima kasih) sebuah tempat ziarah kecil bertembok tanah; itulah bayan, yang terutama dikunjungi oleh perempuan- perempuan yang datang membawa berbagai kar m t (pemberian) berupa
mata uang, makanan 34 , dan sebagainya. Banyak di antara bay n t itu terletak di sepanjang lembah Sungai Nil, dan wali-wali besar seperti S d
Hasan memiliki beberapa bay n baik di Ondurm n, sebagai ibu kota religius Sudan, maupun di beberapa tempat lainnya. Di Wad Madan , di
32 (1949, hlm. 143). 33 Sejenis kambing liar yang hidup di pegunungan (catatan penerjemah). 34 Kar ma, jamak kar m t, di Sudan, tidak hanya berarti karomah seorang wali
seperti di tempat lain, tetapi juga digunakan dalam arti kedermawanan. Istilah itu dipakai untuk menyebut pemberian yang diserahkan sebagai rasa terima kasih atas rahmat yang diterima, dan pemberian itu dapat beraneka ragam jenis dan bentuknya (hewan kurban, hasil alam, uang, dan lain-lain).
140 Nicole Grandin
tepi Sungai Nil Biru juga telah dibangun sebuah bay n 35 untuk S d Hasan, yang terbuat dari bata dengan atap alang-alang. Bay n ini memiliki turbah
yang kosong dan di salah satu ujungnya terdapat sebuah lubang untuk mengambil sedikit tanahnya, karena dianggap mengandung berkah wali yang bisa menyembuhkan penyakit.
Di Sudan ada juga tempat suci yang lebih sederhana lagi, yang terdiri atas lingkaran batu, ditandai dengan tongkat berhiaskan umbul- umbul (r yah, jamak r y t) dan sering terdapat di puncak bukit atau di atas suatu gundukan tanah berbatu yang tinggi di atas Sungai Nil. Orang kadang-kadang mengatakan bahwa lingkaran itu adalah makam, namun lebih sering dikatakan sebagai bay n atau tempat seorang wali berkhalwat atau melakukan karomah. Dengan adanya lingkaran batu itu orang terhindar dari kelalaian menginjak tempat suci dan dengan demikian terlindung dari kutukan wali. Yang terakhir adalah tempat yang disebut maz r (tempat berkunjung), yang kerap hanya ditandai dengan sebuah pohon. Tempat ini merupakan tempat ziarah paling sederhana, tempat orang-orang desa menyerahkan pemberian (kar m t), menyembelih hewan kurban (binatang kecil) atau bernazar. Kehadiran r yah (atau bayrag, jamak baw rig) adalah ciri khas dari semua tempat ziarah di Sudan, dari makam sampai ke lingkaran batu di atas, dan, menurut Salah El-Tigani Humoudi, kebiasaan itu tampaknya mirip dengan kebiasaan yang telah
diamati oleh R.B. Serjeant di Arabia Selatan 36 .