Siapa Kini Dianggap Sebagai Wali?

Siapa Kini Dianggap Sebagai Wali?

Wali yang telah wafat, yang disebut “w li”, “mr bet”, “siyyid”, “sh lih” atau dapat pula disebut hanya dengan nama kecilnya atau nama keluarganya dengan didahului oleh istilah “S d ” (atau “Lalla” untuk perempuan), adalah tokoh yang semasa hidupnya diakui sebagai sosok luar biasa yang besar karismanya dan menonjol karena pengetahuannya tentang agama, kehidupannya yang jauh dari keduniawian, kesalehannya, kar m t- kar m t yang diperbuatnya, dan kadangkala karena “kegilaan” yang terkait dengan perilaku mistisnya. Seorang wali dapat merupakan tokoh setempat, pemimpin keluarga keturunan wali, pendiri tarekat, guru sufi, pejuang atau tokoh marjinal…. Baik terpelajar maupun buta huruf, laki-laki maupun perempuan, diakui maupun tidak oleh para penguasa agama dan politik pada masanya, sesungguhnya wali ditetapkan oleh suara rakyat dan terus dikenang melalui makam yang dibangun untuk menghormatinya di lokasi yang dianggap sebagai tempat kuburnya. Beberapa wali besar seperti misalnya Sidi Abd al-Q dir al-J l n mempunyai beberapa makam.

Wali yang masih hidup, yang disebut syekh atau mr bet, adalah keturunan biologis atau (paling sering) spiritual dari wali yang dikuburkan di zawiyah tempat tinggalnya. Sebagai penjelmaan dari kelebihan dan kebajikan wali pada umumnya (kebajikan, kemurahan hati, kedermawanan, kesaktian, kesalehan), tokoh ini berada di pinggir sistem sosial, ekonomi, religius, dan politik masa kini. Baik sebagai pemimpin tarekat maupun sekadar penjaga makam leluhurnya, seorang syekh dapat saja merupakan seorang terdidik atau seorang yang buta huruf, seorang ulama atau seorang yang terbatas pengetahuannya tentang agama, penduduk kota atau penduduk desa (saya hanya mengetahui atau mendengar informasi tentang syekh-syekh laki-laki, meskipun terdapat banyak perempuan dalam tulisan-

Kawasan Magribi 163

tulisan tentang wali Magribi). Wali yang hidup mewarisi berkah sejak lahir dan diangkat sebagai wakil dari wali yang telah wafat berdasarkan peringkatnya dalam lingkungan tarekat (secara teoretis pengganti wali adalah anak laki sulungnya), namun dia juga diharapkan memiliki kelebihan-kelebihan pribadi tersendiri dan mampu membuktikan karisma- nya agar mendapat kepercayaan dari para pengikut wali yang menda- huluinya. Penerus wali, baik yang bekerja dan menerima gaji maupun yang

tidak bekerja di luar 16 , bertugas menyambut tamu-tamu zawiyah yang datang untuk menghormati leluhurnya atau untuk memohon berkah. Ada

syekh yang didatangi karena dikenal memiliki kemampuan tertentu dan dibutuhkan bantuannya, terutama dalam hal menyembuhkan penyakit. Ada juga yang dikunjungi karena martabat yang dimilikinya di mata pejabat- pejabat setempat, sehingga diminta bantuannya untuk menjadi perantara antara si pemohon dan birokrasi, untuk memudahkan keberhasilan suatu upaya seperti lamaran pekerjaan, permohonan rumah, masalah hukum, dan sebagainya. Namun biasanya wali diminta bantuannya sebagai penuntun spiritual, karena dianggap memiliki berkah dan mampu memberikan nasehat yang bermanfaat, juga dukungan moral. Para pengunjung datang meminta nasehat bila mengalami hal-hal yang mengacaukan kehidupan pribadi dan sosial mereka. Penyembuhan penyakit, penyembuhan masalah kejiwaan, perbaikan kondisi hidup material dan pemecahan masalah- masalah kekeluargaan merupakan permintan bantuan yang paling sering diajukan.

Para syekh dibantu dalam pekerjaannya oleh anggota keluarganya, para pengikutnya yang mengurusi zawiyah (pada umumnya mereka merawat kompleks bangunannya) dan kerap pula oleh para wakilnya (muqaddim ūn). Para pembantu itu diangkat oleh syekh dengan persetujuan mayoritas para pengikut. Tugas mereka adalah memberi pelajaran pertama dan membimbing pengikut-pengikut tarekat, memimpin upacara-upacara dan mengelola kekayaan tarekat. Apabila jabatan itu diduduki oleh seorang perempuan (moqaddma), tugasnya dibatasi pada bimbingan pengikut dan persiapan acara doa untuk para pengikut itu. Persyaratan utama untuk memperoleh jabatan moqaddem dan moqaddma dalam satu tarekat adalah

16 Yang bekerja dan menerima gaji hanya sedikit. Yang lainnya mengelola tanah pertanian zawiyah, memberikan nasehat, mengajar, menjadi imam, menulis naskah-

naskah keagamaan yang kemudian dijual dalam negeri atau bahkan di luar negeri; tarekat Alawiyah Mostaganem di Aljazair, misalnya memiliki percetakan dan akhir- akhir ini telah menerbitkan berbagai karangan pendiri tarekat; juga telah merekam doa-doa dan bahkan mengeluarkan perangkat lunak (software) tentang al-Qur’an dan bacaan-bacaan salat.

Sossie Andézian

masa keanggotaan yang lama dalam tarekat, pengetahuan mengenai ritusnya, kesalehan, moralitas yang tinggi, kemampuan untuk menjaga pengaruh diri sendiri, dan kemampuan untuk menciptakan suasana serasi di antara pengikut-pengikut tarekat. Menjadi keturunan pendiri tarekat tentulah merupakan suatu kelebihan, namun bukan tuntutan. Penguasaan terhadap bahasa tertulis tidak dituntut, dan daya ingat lebih diandalkan dan dihargai. Jabatan sebagai moqaddem, yang tidak menerima gaji, tidak dianggap sebagai kegiatan profesional.