Perkembangan Aliran Sufi dan Tipologi Wali-Wali

Perkembangan Aliran Sufi dan Tipologi Wali-Wali

Situasi di atas, yang khas pada ideologi sufi di kalangan pedesaan masa sekarang di kawasan lembah Indus, adalah hasil dari satu proses evolusi historis yang dapat diketahui dari berbagai sumber. Pada awalnya pusat- pusat kehidupan spiritual berupa pondok (kh naq h), di mana seorang syekh membimbing murid-murid di jalan pengalaman makrifat ilahi. Dia juga mengangkat “wakil-wakil” (khalifa) yang bertugas mengontrol wilayahnya (vil ya), dan dia menunjuk seorang untuk menggantinya nanti (sajj da-nisy n, yaitu dialah yang “duduk di atas sajadah” yang telah

14 Jimat ini pada umumnya terdiri dari ayat al-Qur’an yang ditulis di atas secarik kertas yang dilipat kecil dan ditaruh dalam satu perhiasan bundar yang dikalungkan

pada leher, perut, atau lengan atas. Jimat dapat juga ditelan dengan sedikit air apabila sakit.

274 Denis Matringe

diwariskan oleh guru). Tetapi, pada abad ke-12, dengan datangnya berbagai tarekat, ketika jumlah penganut agama Islam berkembang secara pesat—walaupun banyak di antaranya dipengaruhi oleh kepercayaan- kepercayaan Hindu traditional—aliran sufi makin nampak di India sebagai satu gerakan pemujaan wali daripada sebagai satu bentuk tasawuf murni. Menurut sumber-sumber sejarah, sejak akhir abad ke-15, syekh mulai dilihat lebih sebagai seorang tokoh karismatis yang mampu membuat karomah (kar ma) daripada seorang pembimbing ke jalan tasawuf (tariqa). Sebagai akibat dari perkembangan ini, makam keramat (darg h) pada akhirnya menggantikan pondok (kh naq h) dalam kedudukannya sebagai pusat kegiatan religius aliran-aliran sufi, dan keanggotaan pada tarekat tertentu menjadi kurang penting. Bahkan adakalanya seorang jemaat, atau

pr 15 itu sendiri, dibaiat dalam beberapa tarekat . Berdasarkan evolusi historis dalam garis besar di atas ini, kita dapat

mengelompokkan wali Pakistan dalam lima kategori. Kategori pertama terdiri dari tokoh-tokoh Islam besar dari luar Pakistan yang diziarahi dengan khidmat di seluruh kawasan India-Pakistan. Dua di antaranya menonjol secara khusus, yaitu Abd al-Q dir al-J l n , yang sudah disebut namanya di atas, dan (Husain bin) Mans ūr al-Hall j (wafat 922). Yang pertama diperingati di Pakistan melalui berbagai ritus yang serupa dengan ritus-ritus untuk wali-wali yang dikubur di negeri ini, sedangkan yang kedua muncul pada cerita-cerita dalam perumpamaan dan teks-teks lainnya sebagai contoh yang paling sempurna dari tokoh tasawuf, yang telah berhasil mencapai kesatuan dengan Tuhan dan yang juga telah dijatuhi

hukuman mati karena telah menyatakannya di depan umum 16 . Namanya sering disebut dalam puisi “India Modern”, dan juga dalam suatu sajak

oleh Bullhe Š h, penyair sufi Punjabi tersohor dari abad ke-18, di mana terdapat suatu dialog antara Hukum (Syar’) dan Cinta ('isyq):

Hukum berkata bahwa Syah Mansur telah dipenggal oleh algojo di atas panggung; Cinta menyahut, “Baiklah, dengan demikian dia telah masuk ke rumah Sang Kekasih”. 17

15 Untuk kajian menyeluruh tentang Islam di Asia Selatan, lihat Schimmel (1980). Tentang gerakan sufi, Rizvi (1978-83) sangat kaya informasi; untuk perspektif

historis yang baik, lihat Hardy (1987).

16 Lihat bab “La survie de Hallaj dans l'Inde” dalam Massignon (1975, jil. II, hlm. 290-303).

17 Puisi ini dikutip oleh Ramakrishna (1938, hlm. 65 dst.). Yang dimaksud dengan Kekasih adalah Allah. Cinta bergembira ketika al-Hallaj dijatuhi hukuman mati,

karena hal itu mempercepat persatuan total dan abadinya dengan Allah.

Pakistan 275

Peta Pakistan dengan lokasi tempat-tempat yang disebutkan

276 Denis Matringe

Kategori wali kedua terdiri dari mereka yang telah datang bermukim di kawasan lembah Indus sebelum munculnya tarekat-tarekat. Yang paling terkenal di antara mereka adalah ‘Al al-Hujw r , yang berasal dari Ghazna (di Afghanistan) dan telah pindah ke Lahore, ibu kota kerajaan dinasti kaum Ghazna ini di India, tempat dia meninggal pada tahun 1071. Dia adalah pengarang tulisan pertama tentang sufisme dalam bahasa Persia,

berjudul Kasyf al-mahj 18 ūb atau “Penyingkapan rahasia-rahasia” . Karya berisi 25 bab ini terdiri atas empat bagian besar: yang pertama memberikan

berbagai dasar pokok ilmu tasawuf; yang kedua membicarakan riwayat hidup syekh dan tokoh sufi yang besar, dimulai dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad; yang ketiga membicarakan pendiri-pendiri tarekat serta tarekat itu sendiri, termasuk berbagai topik yang ramai diperdebatkan di kalangan sufi (mabuk, karomah, konsep-konsep tentang jiwa); yang keempat dan terakhir mengulas sebelas “penyingkapan” di sekitar masalah- masalah kelima rukun Islam, dan juga akhlak, etiket, istilah-istilah khas sufi dan konser tasawuf. ‘Al al-Hujw r dulu dianggap mempunyai kewenangan atas semua wali lainnya di India, yang tak satu pun di antaranya dapat masuk negeri ini sebelum diperkenankan olehnya 19 . Dia menjadi wali pelindung dari kota Lahore dengan nama Data Ganj Bakhs 20 .

Wali ini tetap diagungkan hingga kini. Makamnya adalah yang paling mengesankan dan paling ramai dikunjungi di antara makam para wali yang dikuburkan di Pakistan, dan pada tiap hari Kamis di situ diadakan acara

nyanyian sufi (qaww l ) 21 . Baik lantai tempat masuk makam itu maupun panggung-panggung yang mengelilinginya terbuat dari marmer pemberian

Maharaja Akbar 22 . Pada tanggal 20 bulan Safar, yang merupakan hari ulang tahun wafatnya wali ini (disebut urs yang secara harafiah berarti

“pernikahan” dengan Tuhan) diadakan satu perayaan yang didatangi oleh ratusan ribu peziarah. Pada kesempatan itu Ranjit Singh, Maharaja

18 Buku asli Hujwiri ini terbit di sekitar tahun 1060; untuk terjemahan Inggris dan Prancis lih. Hujwiri (1936), (1988).

19 Subhan (1938, hlm. 129). 20 Julukan di atas berasal dari ziarah yang dilakukan oleh Mu’ n al-D n Cisyti,

perintis tarekat Cisytiyah di India, pada makam Ali al-Hujwiri. Setelah berkhalwat selama 40 hari, Syekh Cisyti konon mengutip sajak Persia berikut ini (dikutip oleh Latif 1892, hlm. 180): “Dialah yang memberi (bakhsy) harta-harta (ganj) pada kedua dunia, dialah perwujudan nur Ilahi; // Untuk insan al Kamil dialah Guru sempurna (p r-i kamil); dia menunjukkan jalan kepada yang tidak tahu”.

21 Tentang qaww l , lihat di bawah. 22 Lihat Latif (1892, hlm. 180).

Pakistan 277

beragama Sikh yang menguasai Punjab antara tahun 1799 dan 1839, biasa mempersembahkan hadiah berupa uang sebanyak 1.000 rupee 23 .

Kategori ketiga wali-wali Pakistan terdiri dari syekh-syekh besar yang mendirikan tarekat-tarekat atau cabang-cabangnya di daerah lembah Indus. Tak syak lagi yang paling termasyhur di antara mereka adalah Far d al-D n Mas‘ ūd “Ganj-i Syakar” (“pustaka kelembutan”, wafat 1265), yang dijuluki B b Far d. Dia adalah penerus kedua dari pendiri tarekat Cisytiyah di anak benua India, dan terkenal karena khalwatnya (riy dlah),

karomahnya, serta jumlah orang yang dibuatnya memeluk Islam 24 .Bb Far d datang bermukim di Ajodhan, di bagian selatan Punjab, yang kini

sekarang dipanggil Pak Pathan (peristirahatan yang suci). Kebanyakan golongan J t yang kini beragama Islam menyatakan telah memeluk agama

ini karena pengaruh wali tersebut 25 . Dalam pembukaan karya agung sastra Punjabi klasik, V ris Sy h menulis pada tahun 1767 26 :

23 Idem, hlm. 179-182. Kita boleh mendapatkan gambaran tentang nilai jumlah uang itu dengan mengingat bahwa pada zaman Ranjit Singh, satu meriam berharga

1.000 rupee, dan gaji seorang serdadu tentara Sikh mencapai kira-kira 7 rupee per bulan. Pada periode yang sama, gaji bulanan Jendral Jean-Baptiste Ventura, yang telah menyewakan jasanya kepada Ranjit Singh, mencapai 3.000 rupee, yang dianggap sama dengan 6.000 francs saat itu, ditambah dengan berbagai fasilitas dalam bentuk uang atau hasil alam, yang sering bernilai amat tinggi (lihat Lafont 1992, hlm. 141,145, 203, 256 dst.).

24 Sumber-sumber hagiografis menekankan praktik zuhud dan tirakat Farid (lihat Nizami 1956, hlm. 25-35, 41 dst.). Di Ucch konon dia telah menjalankan sejenis

tapa yang disebut cilla al-mak'us, di situ orang bermeditasi selama 40 hari, tergantung dengan kaki di atas di ruang yang gelap. Sebagai anugerah untuk zuhudnya, kerikil-kerikil yang dia gigit-gigit untuk melawan rasa lapar konon berubah menjadi gula. Konon itulah asal julukannya sebagai Syakar Ganj, yang diterjemahkan dengan “pusaka gula”. Untuk kepustakaan yang baik tentang Farid, lihat Nizami (1965).

25 Kaum Jat, yang terdiri dari bekas penggembala sapi yang telah menetap dan beralih ke pertanian, merupakan kasta yang paling besar anggotanya (baik Sikh,

Hindu, atau Islam) di banyak desa di Punjab, baik Punjab India maupun Punjab Pakistan. Tentang Jat itu, lihat Rose (1911-19, hlm. 357-376). Beberapa marga Jat mengatakan bahwa mereka telah memeluk Islam pada masa Syekh Suhrawardi dari Multan, Baha al-Din Zakariyah (wafat 1262). Lihat di bawah. Akan tetapi, banyak kejadian membuktikan bahwa orang Jat masuk Islam melalui suatu proses panjang (lih. Eaton 1984).

26 Waris Syah, hlm. 3 (bait 5). Versi legenda dalam Waris Syah diringkaskan dalam Matringe (1988, hlm. 18-20).

278 Denis Matringe

Syakar Ganj Mas‘ud, sang p r beraliran Cisytiyah yang dipuji Maudud itu,

mempunyai semua kelebihan 27 .

Dialah yang paling sempurna di antara para anggota Cisytiyah; Kota tempat khalwatnya (riy dlah), Pathan, amat makmur. Di antara ke-22 “kutub” dialah p r yang paling sempurna,

Dialah yang sifat rendah hati dan khalwatnya disenangi Allah 28 . Syakar Ganj telah datang bermukim di sini;

Petaka dan derita menjauh dari tanah Punjab. 29

B b Far d menolak hadiah dari para pembesar, dan hanya menerima pemberian dari pengunjung biasa (fut

30 ūh), yang pada umumnya dibagi- bagikan kembali sebelum maghrib . Sesudah makam ‘Ali al-Hujwiri,

makam B b Far d-lah yang paling ramai dikunjungi peziarah yang berasal dari semua penjuru anak benua India bagian utara. Orang berdesak-desakan untuk masuk ke pintu makam yang disebut bahisyti darwaza yaitu “pintu sorga”, karena dengan masuk pintu itu konon orang dijamin akan masuk sorga.

Tarekat Suhrawardiyah tiba di kawasan lembah Indus pada zaman yang sama seperti tarekat Cisytiyah. Wali lokal pertama dari tarekat itu adalah Bah ’ al-D n Zakariyy yang wafat sekitar tahun 1267 dan dima-

kamkan di Multan 31 . Katanya dia banyak sekali membuat orang memeluk agama Islam. Kh naq h-nya, yaitu tempat dia menerima pengikut, kaya,

dan berbeda dengan kaum Cisyt , sang Syekh mempunyai hubungan yang baik dengan Sultan Iltutmisy (yang berkuasa antara tahun 1210 dan 1236), dan sering menerima hadiah darinya. Walaupun ada larangan dari tarekat induk Suhrawardiyah, Bah al-d n Zakariyy menyukai musik dan nyanyian, dan terutama azal ciptaan ‘Ir q , yang sampai sekarang

27 Maudud adalah julukan Mu‘ n al-D n Cisyti yang berarti “yang dikasihi”. 28 Awal sajak mengacu kepada dua konsep sufi. Yang pertama adalah konsep wali

kutub (quthb) yang menjaga keseimbangan kosmis dan mengatur dunia secara ajaib. Yang kedua adalah ins n al-k mil (“manusia sempurna”) yang dikaitkan dengan konsep p r-i k mil (lihat Arnaldez 1971). Dalam berbagai renungan sufi, ins n al-k mil adalah orang yang telah berhasil menyatu dengan Allah, menjadi kutub dari semua kutub, yaitu penghubung antara Allah dan makhluk ciptaan-Nya. Lihat Corbin (1975, jil. I, hlm. 92).

29 Sajak itu mengacu dengan jelas kepada berkah Farid dan pada wilayah-nya, yang, menurut murid-muridnya, tidak hanya meliputi daerah Pak Pathan, tetapi

seluruh Punjab.

30 Namun sikap yang demikian berubah ketika pewaris B b Far d mengambil alih kepemimpinan. Lihat bagian ketiga dari artikel ini.

31 Tentang tokoh ini, lihat Nizami (1960); tentang syekh-syekh Suhrawardi lainnya yang akan dibicarakan di sini, lihat Schimmel (1980, hlm. 30-33).

Pakistan 279

dinyanyikan di sekitar makam-makam Suhrawardi di Multan 32 . Pewarisnya yang paling terkenal adalah cucunya Rukn al-D n (wafat 1335). Makam-

nya, yang dibangun di atas sebuah bukit yang menjulang di atas kota, merupakan sebuah monumen arsitektur Islam-India, karya agung dari

periode awal islamisasi 33 . Rukn al-D n mempunyai murid bernama Jal l al-

D n al-Bukh r (wafat 1292), cucu Sayyid Jal l al-D n Surkhposy, yang dibaiat oleh Bah ’ al-D n Zakariyy dan datang bermukim di Ucch. Dia menjelajah berbagai bagian dunia Islam dalam usaha mencari Hadis dan terutama aktif di bagian barat daya Punjab dan Sindh. Oleh karena itu dia dijuluki “Jah ngasyt”, artinya “dia yang menjelajahi dunia”, dan Makhd ūm-i Jah niy n berarti “dia yang mengabdi kepada penduduk dunia”. Seperti Bah ’ al-D n, Jal l al-D n mempunyai hubungan yang baik dengan para sultan. Dialah yang merukunkan kembali hubungan antara raja Sindh dan Firuz Syah Tugluk (berkuasa 1351-1388), ketika tentara raja terakhir ini mengancam Thatta. Jal l al-D n adalah seorang syekh ortodoks. Dia menekankan peran salat dan mengatakan bahwa dana yang dikeluarkan untuk pembelian lampu-lampu dan mercon-mercon sebaiknya diberikan kepada fakir miskin. Dia juga menganjurkan agar nama Allah tidak dipanggil dengan memakai sebutan pribumi India. Namun praktik keagamaan rakyat kali ini tidak menghiraukan kenyataan sejarah, dan walau dia sangat ortodoks semasa hidupnya, kini Jal l al-D n diziarahi oleh rakyat yang memohon penyembuhan wasir. Dia juga termasuk salah satu

wali dari kelompok “lima p r” yang heterodoks dan beraneka ragam itu 34 . Sejak pertengahan abad ke-15, tarekat-tarekat sufi lainnya bermun-

culan di daerah-daerah yang kini membentuk negara Pakistan, terutama Q diriyah, Syattariyah dan Naqsybandiyah. Di antaranya, Q diriyah-lah yang memberikan kepada kawasan lembah Indus wali besar yang diziarahi hingga kini. Muhammad Ghauts (wafat 1517), yang mengaku keturunan ke-10 dari Abd al-Q dir al-J l n , memilih Ucch sebagai tempat tinggalnya.

32 Penyair bangsa Persia Fakhr al-Din Ibrahim al-‘Iraqi (wafat 1289), memainkan peran yang sangat besar dalam evolusi gerakan sufi di India; tentang Iraqi, lihat

Rypka (1968, hlm. 254 dst.), dan tentang kelananya di India, lihat Ahuja (1958). Karya prosanya berjudul Lama‘ t (Kilauan) disisipi sajak-sajak berbahasa Arab dan Persia, yang menyebarkan gagasan-gagasan dari tokoh sufi Andalusia Ibn al- ‘Arabi di antara tarekat-tarekat India, terutama teori tentang wahdat al-wujud. Iraqi sering mengunjungi kh naq h Baha al-Din; di situlah konon dia menyusun gazal berbahasa Persia yang masih sering dinyanyikan (Husain 1959, hlm. 41):

“Anggur pertama yang dituangkan dalam gelas, dipinjam dari mata mabuk sang juru penghidang anggur.”

33 Lihat Nabi Khan (1983, hlm. 215-236). 34 Lihat Sharif (1921, hlm. 259), dan tentang kelima p r lihat di bawah ini.

280 Denis Matringe

Makamnya (darg h) masih ramai dikunjungi peziarah, karena kaum Q diriyah dari Ucch yakin bahwa di situ tersimpan sehelai rambut Nabi serta sorban ‘Abd al-Q dir. Di seluruh Punjab, terdapat hampir sepuluh cabang tarekat Q diriyah dan masing-masing menziarahi wali pendirinya. Yang paling berpengaruh di antara cabang-cabang itu adalah Nausyahiyah, yang didirikan oleh Nausyah Ganj Bakhsy (wafat 1654). Makamnya terdapat di desa Sahipal, dekat Shekhupura. Murid-murid Nausah Ganj

Bakhsy menyebar ke seluruh Punjab dan bahkan sampai ke Kabul 35 . Di Lahore, wali yang tersohor setelah ‘Ali al-Hujwiri adalah M r Muhammad,

dipanggil dengan sebutan Miy ẫ M r (wafat 1636), yaitu pendiri satu cabang Q diriyah lainnya. Salah satu khalifah-nya membaiat ke dalam tarekat Q diriyah D r Syikoh, putra Maharaja Mughal Syah Jah n (berkuasa antara tahun 1627 dan 1658), yang juga dikenal sebagai penterjemah

Upanishad ke dalam bahasa Persia 36 . Makam Miy ẫ M r terletak dalam suatu taman di bagian Timur kota Lahore. Acara berzikir dengan nyanyian

sufi acap diselenggarakan di situ. Selain upacara tahunan haul, maka pada setiap tahun, pada bulan S van dan Bh dõ dari sistem penanggalan matahari Hindu—yaitu antara pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus untuk yang pertama, dan antara pertengahan Agustus hingga pertengahan September untuk yang kedua, tepat pada kedua bulan musim

hujan—diadakan perayaan-perayaan yang ramai pada setiap hari Rabu 37 . Menurut tradisi lokal, semua wali ini telah mengambil peran besar

dalam proses islamisasi daerah lembah Indus. Banyak sumber membi- carakan mereka. Ada tulisan oleh mereka sendiri atau murid dekatnya (risalah, kumpulan kutipan, yang kesahihannya kadang-kadang dapat diragukan, dan surat serta puisi dalam bahasa Persia atau bahasa-bahasa setempat), atau tulisan-tulisan cerita riwayat tokoh suci, di mana unsur keajaiban makin lama makin besar sejalan dengan perjalanan waktu.

35 Lihat Rizvi (1978-83, jil. II, hlm. 67-69). 36 Tentang D ra Syikoh, lihat Hasrat (1953). 37 Tahun India sesungguhnya menggabungkan tahun kamariah dan tahun syamsiah.

Ke-12 bulannya mulai pada saat matahari masuk (sanskerta: samkr nti) ke dalam tanda zodiak. Oleh karena itu, bulan-bulan itu berbeda lamanya, karena waktu yang berlangsung selama perjalanannya tidak sama dari tanda zodiak yang satu ke yang lain. Namun, baik di daerah Sindh maupun di Penjab, seperti di berbagai daerah lain dari anak benua India, bulan-bulan syamsiah tidak dinamakan berdasarkan tanda zodiak, melainkan berdasarkan bulan kamariah yang jatuh pada waktu yang sama. Satu sistem pembatalan dan penyisipan (unsur-unsur penanggalan) memung- kinkan agar sistem penanggalan kamariah dan syamsiah dapat disesuaikan pada setiap waktu (Renou dan Filliozat 1947-53, jil. II, hlm. 722-725).

Pakistan 281

Sampai dengan pertengahan abad ke-14, kebanyakan karya sufi Asia Selatan berasal dari kalangan-kalangan Cisyti dan Suhrawardi dan hanya mengandung tipe ketakwaan yang dapat diterima oleh hampir semua

ulama 38 . Akan tetapi, setelah periode itu situasi berubah karena pengaruh gagasan-gagasan Ibn ‘Arab dan karena pengaruh kepercayaan Hindu yang

masih membayangi orang-orang yang baru memeluk agama Islam. Muncullah tulisan-tulisan dan praktik-praktik agama yang latar belakang ideologinya dilandasi oleh versi kerakyatan dari ajaran wahdat al-wujud atau “Kesatuan Wujud”. Tokoh-tokoh aliran baru itu dikutuk oleh ulama

sebagai be-syar‘ yakni “di luar syariat” 39 . Wali-wali itu, yang biasa masuk dalam satu atau berberapa tarekat, sering juga adalah penyair, justru pada

satu zaman dunia bhakti diwarnai oleh Kab r, N nak, dan penerusnya 40 . Mereka menulis syair dalam bahasa-bahasa India baru, dan memasukkan ke

dalamnya semakin banyak unsur dari budaya lokal dan agama Hindu traditional 41 . Mereka sesungguhnya dekat dengan kaum qalandar,

pengelana spiritual muslim yang hidup dari mengemis, setengah bugil, berhias dengan berbagai benda logam, dan tidak begitu menghiraukan kewajiban-kewajiban ibadah; seperti para qalandar ini, mereka juga tidak nikah. Makam mereka adalah tempat perayaan yang sangat meriah, di mana nyanyian puisinya dibalas tarian para qalandar hingga tidak sadar diri.

Cintaku kepada-Mu membuatku menari, Thay ! Thay ! 42

Di daerah Sindh, wali yang tersohor kategori ke-4 ini adalah Syah ‘Abd al- Lat  f dari Bh t (wafat 1752). Dia telah hidup beberapa tahun di tengah kaum yog (Hindu), dan spiritualitas para yog dipujinya dalam sajak-sajak yang kaya akan kiasan-kiasan dari al-Qur’an. Puisinya dikumpulkan dalam suatu kitab tebal yang disebut Ris lo, karya agung dari puisi klasik

Sindhi 43 . Menyangkut daerah Punjab, karena pada kesempatan lain kami

sudah membahas kehidupan Bullhe Š h 44 , tokoh sezaman dengan Syah ‘Abd al-Lat  f dari Bh t, maka kami akan bicarakan di bawah ini seorang

38 Lawrence (1978) adalah karya yang sangat baik tentang kesusastraan zaman tersebut. Lihat juga Schimmel (1973).

39 Konsep wahdat al-wujud itu dapat dijelaskan oleh ungkapan Parsi yang masih

sering dikutip di Pakistan: hama ū’st “Dia adalah semua” atau “semua adalah Dia”.

40 Untuk sebuah pengenalan pada penyair-penyair dari gerakan bhakti, lihat Hawley dan Juergensmeyer (1988).

41 Contoh Punjabi yang paling istimewa dibahas dalam Matringe (1992). 42 Bullhe Š h, hlm. 29. “Thayya, thayya” adalah ungkapan kegembiraan. 43 Lihat Syah ‘Abd-al Latif (1985). 44 Lihat Matringe (1992).

282 Denis Matringe

tokoh yang tidak kalah menarik, yaitu Sy h Husain (wafat 1593). Riwayat hidupnya yang penuh gejolak dikenal dari berbagai sumber-sumber Persia, dan dia dimakamkan di Bagbanpura, di timur laut kota Lahore, dekat taman

Shalimar 45 . Cinta Sy h Husain kepada seorang brahmana muda laki-laki bernama Madho amat terkenal, seperti pula kegemarannya terhadap anggur

dan bhang (sejenis ramuan daun ganja):

Seluruh dunia telah memohon itu kepada kamu, ô R m-j ! Berikan lumpang, alu, dan cadangan bhang, Berikan saringan, lada dan warna tanpa batas, Berikan candu, berikan mangkok serta tempat gula. Berikan pengetahuan dan kebijaksaan serta kebesaran para s dh ū-sang!

Itulah doa Sy h Husain, fakirnya Tuhan. 46

Di kompleks makam Sy h Husain terdapat dua makam: makam Sy h Husain sendiri serta makam Madho L l. Di sebelah utara makam terdapat sebuah menara kecil tempat telapak kaki Nabi Muhammad konon meninggalkan bekas pada satu batu (qadam-i rasul, qadam-i syarif). Di sebelah barat ada satu masjid yang dibangun oleh Mor ẫ, istri Ranj t Singh

yang beragama Islam 47 . Setiap tahun diadakan dua perayaan besar: yang pertama, basant, adalah perayaan datangnya “musim semi” (yang jatuh

pada hari kelima paruh bulan terang dari bulan Hindu m gh, di sekitar tanggal 20 Januari). Ranj t Singh pada kesempatan itu memberikan hadiah

1.500 rupee dan dua selendang kuning kepada makam 48 . Yang kedua, cir g ẫ da mela (24-25 Maret) dikenal sebagai “perayaan lampu-lampu”,

yang pada kesempatan itu dinyalakan oleh ribuan peziarah. Sesungguhnya dapat disebut banyak wali penyair lainnya yang masih dikeramatkan dan yang puisinya masih dikenal di Pakistan. Namun kepada wali-wali di atas, dan dalam kategori yang sama, perlu ditambahkan wali-

45 Sumber yang paling kuno dan paling berharga tentang Syah Husain adalah sebuah puisi berbahasa Parsi, Haq qat al-fuqar ’ (Hakekat para fakir), yang ditulis

oleh Syekh Mahmud al-Ma‘ruf Muhammad P r yang berumur 13 tahun pada waktu Syah Husain meninggal. Lihat Syaikh Mahmud (1966).

46 Syah Husain (1983, hlm. 127 dst.). Puisi ini memberi gambaran tentang keadaan aliran sufi di kalangan awam pada abad ke-14. Allah disebut R m, nama yang juga

dipakai oleh kaum Sant dan Sikh; bhang dipuji-puji dalam syair lisan desa-desa Punjab; komunitas-komunitas petapa (sadhu-sang) Hindu dijadikan panutan; seperti halnya para pemuja Kresna, Syah Husain berbicara tentang dirinya dengan memakai modus feminin, sesuai dengan tradisi puitis yang dia rintis. Dalam tradisi itu sang sufi menyamakan diri dengan tokoh putri dari legenda-legenda Punjabi, pemuda yang dicintainya dianggap sebagai Allah (lihat Matringe 1992, hlm. 190).

47 Lihat Latif (1892, hlm. 145). 48 Idem, hlm. 146. Tentang nilai uang rupee pada waktu itu, lihat catatan 23.

Pakistan 283

wali “di luar syarak” be-Syar‘ yang karya puisinya sedikit atau bahkan tidak ada, namun juga diziarahi secara amat khusuk. La‘l Syahb z Qalandar, misalnya (wafat sesudah tahun 1267), adalah seorang zahid (petapa) yang berasal dari Seistan dan bertempat tinggal di Sehvan di

Sindh, di mana terdapat sebuah candi Siwa kuno. 49 Wali ini dikenang oleh masyarakat setempat sebagai orang yang senantiasa berpakaian merah dan

menggemari obat perangsang serta tarian yang menimbulkan keadaan kesurupan. Pada malam Jumat di makamnya, darwis-darwis be-Syar‘ meneruskan tradisi lama. Dengan berkepala gundul dan berpakaian serba hitam, diiringi dentuman tambur besar yang cepat dan keras, para darwis mengelar tarian dham l yang mempesona. Perayaan haul sang wali, dari tanggal 18 sampai tanggal 21 dari bulan Syaban, termasuk yang paling ramai dirayakan di seluruh Pakistan:

Selama perayaan haul, terasa seperti seluruh Sindh dikerahkan membanjiri kota kecil ini. Ribuan orang berdesak-desakan sepanjang jalan-jalan yang menuju ke makam ini. Makin mendekatinya, makin terdengar bunyi tambur dan musik, sampai saat kita melihat para penari dham l. Di alun-alun kecil yang berada di depan pintu masuk utama keramat, tembok seakan-akan mau roboh akibat desakan massa. Di satu sisi nampak serentetan naqqara (tambur besar) yang mengeluarkan dentuman berulang secara hipnotis. Itulah musik yang membuat orang menari dham l, sampai ada yang jatuh dalam ekstase.

Kerumunan sangat beragam, sebagaimana dapat dibayangkan. Di samping fakir miskin dan malang-malang (zahid, petapa-petapa muslim) terdapat khalayak, pembesar-pembesar, serta beberapa p r yang konon menjadi kepala tarekat darwis-darwis. Kaum kasim, yang dibedaki secara berlebihan, mendatangi makam ini dalam jumlah yang besar, seperti juga kaum gipsi dari seluruh Sindh. Sayang bahwa penari dan penyanyi perempuan kini agak jarang ditemukan, karena situasi zaman (rezim diktator tentara bersifat Islamis Zia-ul-Haq yang berkuasa pada saat itu) telah mengurangi keindahan dari haul. Namun Sehvan masih merupakan salah satu dari sedikit tempat di Pakistan, di mana laki-laki dan perempuan masih bergabung dalam dham l, dan di mana “menutup aurat terjadi dalam

hati dan bukan menjadi perintah dari ‘atas’” 50 .

49 Schimmel (1980, hlm. 34). Tentang La’l Syahbaz Qalandar, lihat juga Qazi (1971), Rivzi (1975-83, jil. I, hlm. 306), dan Burton (1851, hlm. 211 dst.), yang

memerikan upacara gadis-gadis diabdikan pada sang wali serta ritus pembaiatan dalam kelompok persaudaraan para fakir Jalali, yang menjaga makam: calon-calon anggota ditelanjangi, dicukur semua rambut dan bulu mereka baik di kepala maupun di badan, wajah mereka dihitamkan, bagian badan mereka dibakar.

50 Di sini saya mengikuti bagian dari sebuah artikel Ayaz Amir, yang telah terbit di majalah Pakistan Viewpoint (8.7.1982), karena persis sesuai dengan kenyataan

284 Denis Matringe

Wali be-Syar‘ lainnya yang sangat populer di Pakistan adalah Sayyid al- Lat f Sy h, dijuluki Barr m m (“imam dari hutan rimba”), yang juga seorang darwis beraliran Q diriyah. Dia wafat tanpa keturunan pada tahun

1705, pada umur 89 tahun 51 . Makamnya serta makam keempat muridnya yang tersayang terletak di kota kecil Nurpur (“kota cahaya”), di kaki

perbukitan berbatu-batu Margala, yang menjulang di atas bagian utara kota Islamabad. Sebelum kedatangan Barr m m, tempat itu konon disebut Corpur atau “kota maling”. Buku-buku tazkira yang mengisahkan riwayat hidup Barr m m disusun agak belakangan. Diceritakan bahwa Barr m m mendapat pendidikan agama yang lengkap. Di samping berkelana di India Utara, dia mengadakan berbagai perjalanan untuk belajar ke Mashad, Karbala, Bagdad, Damaskus, Kairo, dan Mekkah. Kecenderungannya ke jalan tasawuf yang dijalankan secara menyendiri konon berkembang setelah dia ditinggal mati istrinya dan putrinya yang meninggal pada waktu masih kecil. Di mata penduduk bagian utara daerah Pothohar (daratan tanah yang terpecah-pecah di antara Jhelam dan Rawalpindi) serta penduduk Haz ra (kawasan pegunungan di utara Rawalpindi), Barr m m adalah wali pelindung, yang memberkahi negerinya, dan orang-orang tersebut merasakan cinta yang tak terhingga untuk dia. Dialah konon yang mendatangkan air ke seluruh negeri dengan memukul batu-batu dengan tongkatnya. Sampai saat lokasi keramatnya dirombak oleh pemerintahan Zia ul-Haq, jauh lebih sering terlihat peziarah menghanyutkan lampu-

lampu gerabah di sungai sambil berteriak, “Y Barr !” 52 . Kategori terakhir dari wali yang diziarahi di Pakistan terdiri dari tiga

tipe tokoh yang tak satu pun dapat dibuktikan pernah hidup berdasarkan sumber sejarah. Tipe yang pertama adalah wali mitis Pan-Islam. Contoh

yang paling baik adalah Khwaja Khidlir 53 . Dia terkait dengan air, sungai, dan laut; wahananya adalah ikan, dan dia kerap digambarkan mengen-

darainya; dia selalu berpakaian serba hijau. Di Punjab bagian Pakistan, dia didoakan dalam upacara untuk menandai berakhirnya nifas, yakni 40 hari setelah kelahiran anak, dan ketika anak yang baru lahir digunduli untuk pertama kalinya. Sajen-sajen dipersembahkan kepadanya di dekat sumur-

sebagaimana dapat dilihat setiap tahun di Sehvan. Artikel itu sudah dikutip dalam Matringe (1988, hlm. 238).

51 Tentang Barri Imam dan tradisi ziarahnya, lihat Einzmann (1988, hlm. 34-66). 52 Tentang pemindahan itu, lihat di bawah ini. Harus dicatat bahwa Barri Imam

dihormati dengan ritus yang khas seperti Khwaja Khidlr yang dibicarakan di bawah.

53 Tentang Khwaja Khidlr serta pemujaannya di Punjab, lihat Rose (1911-19, jil. I, hlm. 562-565).

Pakistan 285

sumur; dan dia dimintai perlindungan ketika orang harus naik kapal atau apabila sebatang sungai hampir kering atau sebaliknya mengancam akan banjir. Di desa-desa daerah Sindh dan Penjab, wali ini jelas tak lain daripada dewa kuno setempat yang telah diberikan nama Islam: dia dipanggil juga dengan sebutan Khwaja Khashsha, Durminda, Dumindo, Jinda P r, B r Bat l.

Tipe kedua terdiri dari wali legendaris setempat, seperti G ūg , penakluk ular, yang ketika masih di keranjang bayi, konon mengulum

kepala ular kobra yang masih hidup 54 . Demikian juga M ẫ B b , yang dianggap sebagai penyembuh kaum perempuan dan dikeramatkan oleh

mereka, baik yang muslim dari Pakistan maupun yang Hindu dari Punjab India 55 .

Tipe ketiga terdiri atas kelompok lima wali yang disebut Pañj P r. Pr yang dianggap anggota kelompok ini berubah-ubah; bahkan adakalanya dicantumkan wali-wali historis dari zaman dan tempat yang berbeda-beda. Ziarah ke Pañj P r ini masih sangat ramai dilaksanakan di Punjab, Sindh,

dan daerah-daerah lain di utara anak benua India 56 . Nama-nama mereka berbeda dari daerah satu ke daerah lain 57 . Di samping wali Islam, di antara

Pañj P r itu sering tercantum juga tokoh-tokoh historis atau mitis Hindu, seperti penyair perempuan M r b , pengikut aliran Kresna, atau Bhairõ (yang tak lain daripada Bhairava, Siwa yang menakutkan itu). Terdapat juga tokoh-tokoh yang berasal dari tradisi Hindu, seperti Am na Sat , seorang perempuan muslim yang disamakan dengan janda Hindu yang

melakukan sat 58 . Tradisi ziarah ke Pañj P r terutama disebarkan oleh anggota kasta rendah dari pemain tambur berkelana, kasta daf l . Pañj P r

itu juga berperan besar dalam versi legenda H r dan R ẫjh yang dinyanyi- kan oleh V ris Sy h. Pañj P r itu muncul pada tiga saat terpenting dari cerita. Menurut teksnya, mereka terdiri dari Khwaja Khidlr, Bah ’ al-D n

Zakariyy , Jal l al-D n Bukh r , La’l Syahb z Qalandar, dan B b Far d 59 . Dengan demikian, dari abad ke abad, berbagai generasi wali telah

membentuk suatu geografi religius baru dari kawasan lembah Indus. Makam-makam telah membentuk suatu jaringan yang tersusun sedikit demi sedikit. Ada kalanya jaringan itu melemah, ketika makam tidak lagi

54 Idem, hlm. 171-192. 55 Idem, hlm. 637-643. 56 Lihat Schimmel (1980, hlm. 137). 57 Lihat daftar-daftar yang diberikan oleh Husain (1929, hlm. 30 dst.). 58 Yakni mencemplungkan diri ke dalam api pembakaran mayat suaminya. Lihat

Husain (1929, hlm. 31); Ahmad (1969, hlm. 48). 59 Lihat Matringe (1988, hlm. 31 dst.).

286 Denis Matringe

diziarahi, tetapi ada kalanya menguat, ketika muncul keramat baru, ketika orang suci dijadikan sasaran ziarah maysarakat. Tidak jarang penduduk- penduduk desa memutuskan untuk bergabung selama beberapa hari dalam satu wisata rohani (r ūh n safar) dari keramat ke keramat lainnya. Bahkan ini telah menjadi suatu pasar baru yang menguntungkan untuk perusahaan- perusahaan angkutan umum. Baru-baru ini satu badan resmi seperti Pakistan Tourism Development Corporation telah menerbitkan satu brosur yang disebut Journey into Light: an instant guide to devotional tours.

Bukan hanya ruang yang terkena pengaruh perkembangan ziarah ke makam wali, tetapi juga persepsi waktu. Di samping panduan yang disebut di atas, di Pakistan juga tersedia satu daftar Islami da’iri (“agenda Islami”) yang menyebut tanggal haul lebih dari 300 wali. Kadang-kadang tanggal itu berdasarkan sistem bulan Islam (muthabiq qamri mahine), namun ada kalanya berdasarkan bulan Masehi (muthabiq 'isvi mahine), walaupun nama ini tentunya tak lain daripada cara pintar untuk tidak menyebut langsung sistem penanggalan bulan/matahari Hindu. Sedangkan haul yang jatuh pada tanggal tetap sama banyaknya dengan yang tidak tetap. Hal ini sama sekali tidak mengganggu orang desa dari Sindh atau Penjab, yang biasa hidup dengan tiga sistem penanggalan: penanggalan Islam untuk berbagai ibadah Islam, penanggalan Hindu untuk pertanian, dan penang- galan Eropa untuk yang lain.