Penyebaran Tarekat dan Kota-Kota Suci

Penyebaran Tarekat dan Kota-Kota Suci

Makam wali-wali yang dikenal sebagai anggota suatu tarekat kerap muncul di sepanjang jalur penyebaran tarekat tersebut, yaitu tempat kelahiran pendiri tarekat, kota-kota tempat dia mendapat penganut, kota tempat dia menetap dan mendirikan markas tarekatnya, dan akhirnya tempat dan daerah tempat murid-muridnya mendakwahkan ajaran mistisnya. Tradisi setiap tarekat mengandung suatu geografi religius tersendiri, dengan tempat-tempat ziarah yang pokok (makam pendiri yang sekaligus menjadi nama tarekat, serta makam-makam dari murid-muridnya yang terkemuka). Oleh karena fenomena tarekat pada galibnya bersifat urban, ada kota-kota tertentu dari dunia Turkik yang, dari abad ke abad, berkembang menjadi pusat-pusat ziarah yang luar biasa. Dapat disebut di antaranya Bukhara, Samarkand, dan Istanbul.

146 N. Tzannis & Th. Zarcone (1992-93, hlm. 32-33); Ö.L. Barkan (1942, hlm. 293, 339-340).

147 Hal itu terdapat juga di atas bukit Çamlïca (Bosphorus) dan di perbukitan daerah Eyüp (Tanduk Emas); lih. Th. Zarcone (1995).

148 N. Vatin & T. Zarcone (1990a, hlm. 58-60); Th. Zarcone (1990b, hlm. 69-75).

Thierry Zarcone

Di wilayah budaya Turkik, jika kita menganalisa persebaran makam- makam secara geografis, kita lihat bahwa pola pemusatan kuburan dan peletakan geografisnya berbeda-beda menurut tarekat masing-masing. Namun, di lain pihak, juga nampak bahwa daerah-daerah, bahkan kota-kota tertentu telah mampu menarik semua tarekat tanpa perkecualian, oleh karena kota-kota dan daerah-daerah yang bersangkutan adalah pusat kekuasan politik pada waktu penyebaran tarekat. Maka kepadatan relatif dari makam-makam di suatu tempat tergantung pada dua faktor, yaitu pertama , penyebaran tarekat-tarekat mistis melalui jalur-jalur tertentu— dan hal itu memperlihatkan tempat-tempat ziarah yang kekuatan simbolis- nya sedemikian kuat, sehingga terasa sepanjang sejarah; kedua, alur sejarah, dengan kerajaan-kerajaan yang jatuh-bangun dan memindahkan ibu kotanya ke sana kemari. Dalam kasus Asia Tengah, pola distribusi makam-makam tarekat dipengaruhi juga oleh pertentangan kultural antara masyarakat perkotaan (kota-kota besar dari Transoxania) dan masyarakat pengembala serta kesukuan (Kazakhstan dan gurun Turkmenistan). Tarekat Yasawiyah, yang amat berpengaruh di antara penutur bahasa-bahasa Turkik dan di kalangan-kalangan yang kurang berpendidikan, terutama di kalangan pengembala, telah menyebar dari Transoxania sampai ke Khwarizm, daerah lembah Volga, India, dan Turki. Sebaliknya, tarekat Naqsybandiyah terbatas pada lingkungan-lingkungan perkotaan. Turk- menistan adalah republik Asia Tengah di mana makam wali tarekat Yasawiyah paling padat. Untuk sebagian besar, hal itu merupakan akibat dari propaganda Sulayman Baqirghani, atau Hakim At (wafat 1186-1187), seorang khalifah dari Ahmad Yasaw , di kalangan suku-suku Turkmen dan

suku-suku Tatar dari kawasan lembah Volga (Idil) 149 . Makamnya terdapat di daerah muara Sungai Amu-Darya. Tetapi tarekat Yasawiyah bukanlah

satu-satunya tarekat yang muncul pada masa kerajaan Khwarizm yang berkebudayaan tinggi itu (akhir abad ke-11 hingga awal abad ke-13). Wali- wali sufi terkenal lainnya juga hadir di situ, seperti Najm al-D n Kubr (wafat 1220) di Urgensy, dan Yusuf Hamadani (wafat 1140), yang makamnya di Marv/Mary, dipandang sebagai Ka’bah-nya daerah

Khurasan 150 . Geografi makam-makam wali Q dir di Kaukasus, di Khazakhstan dan Kirghistan, dikenal dengan cukup baik 151 , namun data-

149 Lih. A. ‘Äziz ‘Äli Rähim (1923, jil. II, hlm. 84-108); F. Köprülü (1919, hlm. 74, 99, 147); W. Barthold (1945, hlm. 112); S.M. Demidov (1988, hlm. 52-73).

150 Mengenai kehidupan wali ini, lihat F. Meier (1957, hlm. 60-62); H. Algar (1990a, hlm. 7).

151 Lih. O.A. Sukhareva (1960, hlm. 52-53); A. Bennigsen (1988, hlm. 63-78); Bennigsen & Lemercier-Quelquejay (1986, hlm. 67-79).

Turki dan Asia Tengah 413

data yang dimiliki tentang daerah Transoxania hanya sepotong-potong 152 . Semenanjung Krimea di lain pihak, yang telah lama memiliki hubungan

khusus dengan kekaisaran Turki Usmani, memiliki makam-makam wali Q dir dan bahkan Kalveti 153 . Tetapi tarekat yang paling besar di Asia

Tengah adalah Naqsybandiyah. Sebelum tarekat ini mengalami perkem- bangan yang menakjubkan di India, di Turki, dan di negara-negara Arab, sebagian besar dari makam-makam walinya berada di kota-kota besar Asia Tengah, yaitu Bukhara, Samarkand, dan Tashkent. Bahkan tarekat Naqsybandiyah sejak abad ke-16 telah beberapa kali mengambil alih wali- wali Yasaw . Bah ’ al-D n Naqsyband adalah wali sufi yang paling tersohor di seluruh Bukhara, walaupun banyak wali lain juga muncul pada zaman-zaman Mongol dan Uzbek-Shayban. Pada waktu Samarkand dikuasai oleh dinasti Timur Lenk, wali Ubaydullah Ahrar-lah yang

mewakili Naqsybandiyah 154 . Tashkent, meskipun namanya tidak setersohor kedua kota di atas, juga mempunyai beberapa makam wali Yasaw dan

Naqsybandiyah. Yang paling terkenal adalah makam Zengi At , seorang wali Yasaw 155 .

Kontras antara dunia bangsa penggembara dan kota-kota yang mengalami pengaruh Persia adalah juga ciri khas dari Anatolia sebelum zaman pra-Turki Usmani dan Turki Usmani. Geografi tempat keramat rakyat tentunya turut dipengaruhi oleh fenomena tersebut. Petanya, di Turki, adalah juga peta aliran Alawi; konsentrasi terbesar makam-makam- nya terdapat di Anatolia Timur (Sivas, Erzincan, Erzurum) di pantai-pantai Lautan Egea (Akhisar) dan Lautan Tengah (Elmali), serta di daerah pegunungan Taurus, walaupun kantong-kantong lain, besar maupun kecil,

tersebar di mana-mana, dan sampai ke Thracia 156 . Di daerah-daerah itulah terdapat wali-wali yang paling populer dalam Islam traditionalis Turki.

Seperti di Asia Tengah, geografi makam wali-wali tarekat untuk sebagian besar terpusat di perkotaan, dengan beberapa perkecualian saja. Harus membedakan dua tahap dalam perkembangan geografi tempat suci itu,

152 Lih. Th. Zarcone (1996). 153 Idem; M. Tahir (1990, hlm. 9-12). 154 Lih. H. Algar (1990b, hlm. 124-128). Mengenai makam wali ini, lih. Ab ū T hir

Khr ja Samarqand , Samariyye dalam I. Afsh r (ed. 1988, hlm. 184-189). 155 Lih. Anonim (1911, hlm. 128-146). Tentang Zengi At , lihat Mavl n F.A.H.V.

K shaf (tth., jil. I, hlm 21-23). 156 Lih. peta yang dibuat pada tahun 1340/1921-22 oleh Bes m Atalay dalam

Bektashilik edebiy tï , Istanbul; lihat juga kedua gambar mengenai etnografi Turki dalam Tübingen Atlas des Vorderen Orients (TAVO); peta yang termuat dalam Th. Zarcone (1990c, hlm 38); I. Beldiceanu-Steinherr (1991, hlm 27-36); X. de Planhol (1970, hlm. 103-108).

Thierry Zarcone

sesuai dengan dua periode historis utama, yaitu pertama Seljuk, dan kemudian, Turki Usmani. Sebelum jatuhnya kota Konstantinopel (Byzantium), makam-makam pemimpin tarekat sudah bermunculan di Ankara, Konya, dan Bursa. Di Ankara, Haji Bayr m Vel mendirikan tarekat Bairamiyah, sedangkan di Konya Maul n Jal l al-D n R ūm mendirikan tarekat Maulawiyah, dan di Bursa serta Iznik, Eshrefoglu Rumi

mendirikan cabang Q diriyah 157 . Dengan perkecualian tarekat terakhir ini 158 , kedua kota pertama, yaitu Ankara dan Konya, merupakan pusat

ziarah pokok tarekat yang bersangkutan sepanjang zaman Turki Usmani hingga kini. Yang paling banyak dikunjungi adalah makam Maul n di Konya, yang merupakan pusat ziarah terbesar di Turki di samping makam Eyyub (Ab ū Ayyūb) di Istanbul. Pada zaman Turki Usmani, Istanbul-lah yang menjadi kota suci utama, karena kebanyakan pendiri atau wakil pendiri (khalifah) tarekat memindahkan markasnya ke sana, seperti misalnya Emir Bukhari dari tarekat Naqsybandiyah, Merkez Efendi, dan Sunbul Sinan dari tarekat Khalwatiyah, serta Isma'il Rumi dari tarekat Q diriyah. Sukses yang dialami gerakan sufi mengakibatkan perkembangan yang luar biasa dari praktik ziarah ke makam wali, dan makam-makam, baik yang kecil maupun yang besar, boleh dikatakan ada di mana-mana di Istanbul. Pada awal abad lalu, di kota itu terdapat tidak kurang dari 453 makam wali, yang kebanyakan adalah sufi 159 . Buku-buku telaah tentang

berbagai monumen dan prasasti di beberapa kota Turki menunjukkan juga bahwa di kota-kota itu juga, seperti ibu kota kesultanan, jumlah makam- makam sufi berkembang pesat, meskipun dalam proporsi yang lebih

kecil 160 . Apa pun halnya, Istanbul, dengan Bukhara dan Samarkand, tetap merupakan kota suci utama dari wilayah kultural Turkik.

157 Mengenai sejarah tarekat ini, lih. Th. Zarcone (1993a, hlm. 65-79) dan mengenai Q diriyah, lihat Th. Zarcone (1992a, hlm. 275-283).

158 Suatu cabang lain dari Q diriyah muncul pada abad ke-16 dan menetap di Istanbul untuk membangun pusat kegiatannya di sana, sehingga cabang Bursa

menjadi surut. Lih. Th. Zarcone (1996a). 159 Menurut sebuah daftar yang belum diterbitkan, berbentuk manuskrip berbahasa

Turki Usmani, yang menyebutkan nama wali yang dimakamkan, lengkap dengan tempat dan keadaan bangunan atau makamnya (kami mempunyai fotokopi dokumen ini).

160 Lihat misalnya untuk Bursa: M. Shemsüdd n (1913-14); untuk Manisa: I. Gökçen (1946); untuk Edirne: O. Onur (1972, hlm. 167-196); untuk Amasya: A.H.

Hüsameddin (1986, hlm. 145-174).

Turki dan Asia Tengah 415

Arsitektur, Pengelolaan Kompleks Makam, Praktik dan Bahasa “Perantara”