Aliran Gh āzī

Aliran Gh āzī

Semangat gh z adalah salah satu ciri yang paling menonjol dalam wiracerita tentang tokoh-tokoh sufi atau raja-raja yang namanya tersohor dalam perjuangan melawan kaum kafir. Pada umumnya jihad tokoh-tokoh yang akan jadi wali itu mempunyai dimensi mistis, yakni pada perjuangan fisik mereka menambahkan perjuangan yang lain, yaitu perjuangan batin terhadap diri sendiri. Kelakuan itu dipopulerkan melalui buku-buku kecil berisi futuvva (fütüvet dalam bahasa Turki, futuwwa dalam bahasa Arab) yaitu nasehat-nasehat tentang etika perang dan etika mistis. Dalam teks- teks tersebut semangat gh z dikaitkan dengan semua perbuatan berani yang dilakukan demi kejayaan agama Islam. Ajaran futuwwa, yang tertuang

dalam genre ahilik dalam bahasa Turki 24 , beredar di seluruh wilayah kekuasaan Seljuk dan Turki Usmani, tetapi juga dikenal di wilayah budaya

Parsi dan bahkan sampai ke Turkistan Timur 25 . Tokoh-tokoh sufi yang menyebarkan agama Islam di Asia Tengah termasuk pelopor dari semangat

perwiraan mistis itu. Di Asia Tengah, salah satu tokoh yang mewujudkan citra ideal gh z tak ayal adalah Satuq Bughra Khan (wafat 955), yaitu nama pendiri dinasti Qara-Khan, Satuq Qara Khan. Wiraceritanya (tazkara) kini ditemukan dengan mudah di kebanyakan perpustakaan Turkistan Timur. Guru spiritual Satuq Bughra Khan adalah Nasr b. Mansur Samani dari Transoxania, yang diduga beraliran sufi (darwish). Siapa pun dia sebenarnya, nama Satuq Bughra Khan telah tercantum dalam silsilah- silsilah sufi. Makamnya di Artusy, dekat Kashgar, adalah salah satu tempat ziarah yang paling banyak pengunjungnya di Turkistan Timur (kini Sinkiang). Pada abad ke-16, di situ telah berkembang suatu aliran mistis

Uwaisiyah 26 yang mengaku bersumber pada ajarannya . Semangat gh z , yang acap menyertai ekspansi Islam dalam

perjuangannya melawan bangsa-bangsa “kafir” pada Abad Pertengahan dan Klasik, ditemukan juga dalam perlawanan terhadap bangsa Rusia pada zaman modern. Banyak makam wali, terutama di kawasan Kaukasus, yang mengandung sisa-sisa jasad pejuang sufi atau ulama yang mati syahid

24 Mengenai futuwwah dan ahilik, lihat artikel yang sangat bagus oleh C. Cahen & Fr. Taeschner dalam Encyclopédie de l'Islam, edisi ke-2, jil. II, hlm. 983-991.

Mengenai hubungan antara tarekat-tarekat Turki dan futuwwah, lihat A. Gölpïnarlï (1949-50). Mengenai futuwwah dan sufisme, lihat M. Sarraf (1991).

25 M. Hamada (1990b, hlm. 107-108).

26 Idem, hlm. 111-112; F. Grenard (1900); F. Köprülü (1980, hlm. 164-165); H. Akira (1978, hlm. 202-203).

Turki dan Asia Tengah 383

Peta Asia Tengah dengan lokasi sejumlah makam keramat

Simbol-simbol: G = wali ghâzî S = wali sufi; b = bektâsyî; ba = baryâmî; q = qâdirî; qu = qubravî; m = mevlevî; n = naqsyabandî; y = yasavî

I = wali bukan sufi; u = ulama; r = raja; as = ahlulbait atau sahabat Nabi Muhammad

Thierry Zarcone

dalam perang melawan tentara kekaisaran Rusia atau rezim komunis Soviet. Makam-makam wali itu sebagian terbesar terdapat di Republik

Ingusy-Chechen, di Kaukasus, yang melawan ekspansi Rusia 27 dengan kegigihan yang tak tertandingi (makam Uzun Hajji, Ummal Akhad Hajji,

dll.); tetapi ada juga di Turkmenistan (makam Kurban Murad) 28 . Tentang bangsa-bangsa Turki Seljuk dan Turki Usmani, dokumen-

tasinya cukup lengkap. Nampak dengan jelas bahwa semangat gh z hampir tak terpisahkan dari sufisme heterodoks. Data-data yang ada juga menunjukkan bahwa semangat gh z tidak hanya mendasari gerakan ekpansi Turki serta islamisasi daerah-daerah kebudayaan Byzantium, tetapi juga menjadi unsur pokok dari pembentukan kekaisaran Turki Usmani itu

sendiri. Sebagai contoh, Ashikpashazade 29 , seorang sejarawan dari awal abad ke-15, mengaitkan dengan gerakan ghaziyahn-i-Rum 30 (gh z dari

Rum) tiga kelompok yang tidak diragukan lagi berhubungan dengan aliran sufi dan futuwwa, yaitu: para akhiyahn-i-Rum (para akhi dari Rum), versi

Turki dari futuwwa Arab yang dibicarakan oleh Ibn Batt 31 ūta ; para abdalan-i-Rum (para abdal dari Rum), yang pada dasarnya adalah suatu

cabang dari gerakan sufi; dan para baciyan-i-Rum (organisasi perempuan dari Rum), suatu versi dari heterodoksi mistis Turki dan dari futuwwa 32

khusus untuk perempuan. Aliran sufi ini bukanlah aliran ortodoks seperti misalnya jenis sufi yang ditawarkan oleh Abd al-Q dir al-J l n , seorang ulama Hanbali, tetapi aliran sufi dari tradisi tarekat B b ’ -Bektasyi (kemudian Bektasyi-Alawi), yang seperti sudah saya uraikan di atas, tumbuh dari proses sinkretis. Wali-wali yang paling populer dalam tradisi Turki berasal dari pejuang-pejuang kampanye islamisasi ini. Sejumlah wiracerita (menakibname), yang dianggap sebagai teks pendiri tradisi mistis Anatolia, mengisahkan dengan nada setengah ajaran setengah legenda, cerita pembantaian dan pengislaman yang dilakukan oleh para

gh z itu, yang sekaligus sufi dan pejuang perang, terutama di daerah

27 Lih. A. Bennigsen & Ch. Lemercier-Quelquejay (1986, hlm. 181-189). Mengenai pemberontakan-pemberontakan melawan Rusia di Kaukasia, lihat jurnal Central

Asian Survey (edisi khusus Kaukasia Utara, vol. 10, no. 1/2, 1991). 28 A. Bennigsen dan Ch. Lemercier-Quelquejay (1986, hlm. 202-203).

29 Ashïkpashaz de (1914, hlm. 205). Lih. juga P. Wittek (1982, hlm. 302-219). 30 Para gh z juga disebut alp dan alp-eren, yakni istilah yang juga ditemukan

dalam teks-teks tasawuf.

31 Mengenai para akh , lihat G.G. Arnakis (1953, hlm. 234-247) dan N. Çagatay (1974).

32 Mengenai asosiasi perempuan ini, lih. M. Bayram (1987). Mengenai berbagai kelompok yang dikutip di atas, lihat komentar-komentar F. Köprülü (1984, hlm.

84-102).

Turki dan Asia Tengah 385

Thracia: Sari Saltuk, Otm n B b , Seyyid ‘Ali Sultan, dan lain-lain 33 . Seyyid ‘Ali Sultan tampil dengan jelas sebagai pemimpin perang yang

sesungguhnya, meski bukan satu-satunya yang demikian, namun jelas berbeda dengan Sari Saltuk dan Otm n B b yang tak diragukan identitas mistisnya. Seyyid ‘Ali Sultan konon menjadi pejuang agama atas perintah seorang wali Anatolia, Haji Bektasy Wali, tetapi riwayat hidupnya juga menggariskan gerak ekspansi bangsa Turki ke Thracia Timur, seperti

diceritakan oleh penulis-penulis Turki Usmani dan Byzantium 34 . Bagaimanapun juga dia diangkat sebagai wali dari tarekat Alawi-Bektasyi.

Peran penting yang diambil para penyebar agama beraliran sufi dalam gerakan ekspansi Turki dan islamisasi daerah Eropa ini melahirkan— meminjam bahasa seorang sejarawan Turki modern yang terkemuka— istilah “darwis penakluk” yang mencakup keseluruhan gerakan/tarekat

yang mereka anut 35 .