Arsitektur Suci: Kesatuan Umum dan Keragaman Regional

Arsitektur Suci: Kesatuan Umum dan Keragaman Regional

Walaupun makam-makam disebut dengan beraneka ragam nama dari Balkan sampai ke Turkistan, (mazar wal , awliy ’ p r, oc k, türbe), arsitektur makam memperlihatkan suatu kesatuan stilistik yang kemudian berkembang menjadi berbagai ragam regional. Saya telah menjelaskan di atas latar belakang politik dan historis (penaklukan misalnya) yang mempengaruhi pendirian berbagai jenis tempat di berbagai daerah, selain pengaruh ciri fisik daerah yang bersangkutan (mata air, gunung dan lain- lain). Arsitektur makam—dalam artian sempitnya—tergantung pada tipe wali yang diziarahi. Paling sedikit ada dua tipe pokok, menurut apakah sang wali terkait dengan dunia sufi atau tidak. Apabila wali adalah seorang syekh sufi atau seorang gh z yang telah “disufikan”, makamnya pada umumnya, walaupun tidak selalu, didampingi oleh sebuah pondok (z viya atau tekke di dunia Turkik Barat, kh naq h di dunia Turkik Timur). Namun apabila wali bukanlah pengikut aliran sufi, di dekat makamnya ada

sebuah masjid atau madrasah 161 . Ada kalanya juga makam berada di tempat terpencil. Apa pun halnya, peran dari masing-masing pelayan makam dan

peziarah berbeda menurut tipe di atas. Namun ada juga ciri-ciri umum: kedua jenis makam di atas hampir selalu dikelilingi kuburan umum atau beberapa makam lainnya. Kuburan umum di kota-kota besar utama di wilayah Turkik hampir semua berkem- bang di sekitar sebuah makam. Itulah halnya misalnya dengan kuburan umum Uskudar di Istanbul, yang namanya diambil dari Karacaahmet, seorang wali Bektasyiyah, yang makamnya kini kian ramai dikunjungi

peziarah 162 ; demikian pula halnya dengan kuburan Ab ū Ayyūb, di kota yang sama, yang konon didirikan di sekitar makam seorang sabahat Nabi

Muhammad, atau dengan kuburan umum Zain al-Din Baba di Tashkent yang masih terdapat makam dan pondok (kh naq h) dari sufi yang telah

mewariskan namanya kepada kuburan itu 163 . Kuburan besar Samarkand

161 Pendapat Benigsen & Lemercier-Quelquejay (1986, hlm. 212) bahwa “di Uzbekistan, yang menjadi pusat spiritual adalah masjid terbuka dengan imam-

khatibnya, bukan maz r dengan syekh sufi dan juru kuncinya” tidak sesuai dengan apa yang dapat saya amati selama dua kunjungan di Republik ini pada tahun 1993. Ternyata keduanya sama-sama dapat dilihat.

162 M. Yaman (1974, hlm. 73-102); I.H. Konyalï (1977, jil. II, hlm. 481-508). 163 Nurislam Tuqliev (ed., 1992): fasal “Qädimghi qäbristanlär”, hlm 441-442, fasal

“Shäykh Zäyniddinbaba mäqbäräsi”, hlm. 386; fasal “Shäykh Zäyniddinbaba qäbristani”, hlm. 386-387.

Thierry Zarcone

pun berkembang di sekitar makam Sh h Zanda, paman Nabi Muham- mad 164 . Harus juga ditambahkan bahwa para penguasa Kerajaan Bukhara

biasa dikubur di kuburan yang ada di samping makam Bah ’ al-D n al- Naqsyband, wali pelindung dari ibu kota kerajaan itu 165 .

Ciri khas tempat keramat ialah tempat itu konon mengandung makam seorang manusia yang istimewa. Seperti telah dibicarakan di atas (dalam bagian “masalah peristilahan”) yang disebut mazar, p r, atau türbe adalah suatu monumen megah yang dibangun di atas sebuah makam, atau suatu tempat penguburan yang biasa. Apa pun halnya, intinya adalah sebuah makam. Sejarah pemakaman di dunia Turkik bukanlah hal yang mudah dipelajari, tetapi kajian-kajian yang telah terbit selama ini

menunjukkan betapa menarik hasil yang bisa dicapai 166 . Dan penelitian soal makam itu dapat membawa kontribusi besar untuk sejarah sosial dan

religius dari dunia Turkik. Menurut tipe wali dan daerah geografis, terdapat berbagai perbedaan dalam arsitektur makam, hiasannya (kain kafan, benda- benda yang ditempel di situ dsb.) dan hiasan luarnya (dekorasi dalam gedung makam atau di sekitar makam sendiri). Makam seorang wali gh z atau seorang “sufi penakluk”, misalnya, agak berbeda dengan makam seorang sufi biasa, walaupun keduanya adalah anggota dari tarekat yang sama. Pada tembok makam gh z terlihat berbagai senjata (kapak, tombak,

gada dan lain-lain) 167 , sedangkan makam seorang sufi lebih sering dihiasi dengan benda-benda keimanan dan alat-alat sembayang (mangkok untuk

sedekah, tasbih dan lain-lain). Namun alat-alat terakhir ini dapat juga ditemukan pada makam gh z dan begitu juga sebaliknya. Makam wali- wali tarekat Bektasyiyah sering didekorasi dengan kedua tipe benda di atas, oleh karena hubungan akrab yang terjalin antara tarekat Bektasyiyah dan

korps pengawal Janiseri 168 . Satu detil yang pantas dicatat adalah jendela yang terdapat pada satu atau beberapa tembok makam wali. Permohonan

dapat dialamatkan kepada wali melalui jendela yang di Turki disebut “jendela nazar” (niy z penceresi, hacet penceresi). Seandainya makam wali tidak tertutup atap dan berada di kuburan umum, jendela itu dapat

dilihat pada tembok yang mengelilingi kuburan itu 169 .

164 Pengamatan pribadi penulis pada bulan Maret 1993. 165 P. Zahidov (1993, hlm. 8). 166 Lih. J.-L. Bacqué-Grammont & Tibet (eds, 1996). 167 Lih. F.W. Hasluck (1929, jil. I, hlm. 229, 231). 168 Janiseri (janissary, janizary, yeni-cheri) adalah anggota suatu korps infanteri

Turki Usmani yang dibentuk dari anak-anak muda Nasrani yang ditangkap atau dipaksa ikut wajib militer dan diislamkan (catatan penerjemah).

169 Lih. B. Tanman (1992, hlm. 134, 139) dan J. Redhouse (1968, hlm. 431).

Turki dan Asia Tengah 417

Mengenai ciri fisik dari bangunan makam yang didirikan untuk seorang wali, setelah beberapa tahun penelitian tentang hal itu di Turki dan beberapa kunjungan kerja di Asia Tengah, telah berhasil saya catat sejumlah detil yang menarik. Di seluruh Asia Tengah, makam pembesar maupun rakyat tampaknya mengambil model jirat, yang besar kecilnya tergantung pada status, apakah yang dikubur itu orang biasa, raja, atau wali. Kebanyakan makam dari pekuburan-pekuburan Samarkand, Tachkent, Kokand, dan bahkan Kashgar bertipe jirat. Sebaliknya orang Azeri dan Turki (saya tidak pernah sempat melihat kuburan Turkmenistan) mengambil model batu nisan yang tegak berdiri. Ada jirat, namun tidak seumum di Asia Tengah, dan tampaknya dikhususkan buat tokoh-tokoh terkemuka seperti wali, keluarga raja, pembesar negara, dan orang kaya. Menyangkut pemakaman orang-orang suci, kendati terlihat kesatuan gaya tertentu (jirat acap luar biasa besarnya), ada ciri-ciri tertentu yang menunjukkan bahwa kita berada di Turki atau di Asia Tengah. Di Turki, di atas jirat makam atau di atas batu nisan sering terlihat sebuah pahatan

berbentuk sorban atau tutup kepala khas sufi 170 . Di Asia Tengah, seperti saya saksikan sendiri di Uzbekistan, bersebelahan dengan makam-makam

Naqsybandiyah dari Baha’ al-Din Naqsyband dan Emir Kulal, kita temukan tiang kayu tinggi yang di puncaknya digantungkan ekor kuda yang disebut turra atau tugh-i-mazar (“ekor kuburan”), satu ciri yang khas ditemukan

pada suku-suku steppa 171 .