Sumber Pengetahuan Kita Tentang Wali di Tiongkok

Sumber Pengetahuan Kita Tentang Wali di Tiongkok

Islam pribumi Tionghoa, yang terisolasi di tengah bangsa Tionghoa , merupakan suatu sistem yang selama ini marjinal baik dari sudut kultural,

3 Bibliografi tentang menhuan telah bertambah sejak Trippner (1961). Lihat Lipman (1984a), Fletcher (1986), Aubin (1990a) dan terutama Mian Weilin (1981),

Jin Yijiu (1984), Wang Huaide (1984), Ma Tong (1983 dan 1991). 4 Pada sensus penduduk yang terakhir, pada tahun 1990, dari jumlah total penduduk

yang mencapai lebih dari 1.133.700.000 orang, 8.600.000 terhitung sebagai

Tiongkok 505

spiritual, dan sosial. Kepustakaannya muncul pada abad ke-17 dan dari dinasti yang satu ke dinasti lainnya terus berada di luar jaringan canggih sistem penerbitan, peredaran, konservasi, dan informasi yang meliputi seluruh Tiongkok. Kelompok-kelompok muslim, yang tersebar di semua propinsi, masing-masing hidup setertutup mungkin. Daerah-daerah di mana kelompok-kelompok tersebut cukup padat untuk membentuk mayoritas jaringan sosial merupakan daerah pinggiran Tiongkok dari sudut budaya. Di situlah sufisme berakar dan cabang-cabang tarekat (menhuan) berkembang dengan subur, di tengah suatu suasana penuh misteri dan kesukuan.

Sejak akhir abad ke-19, saksi asing yang teristimewa dari perkem- bangan ini adalah para misionaris dan khususnya misionaris Protestan, yang bukan saja menguasai bahasa Tionghoa—bahasa lisan dan kadang- kadang bahasa sastra—tetapi sedapat-dapatnya mempelajari juga budaya

Islam dan bahasa Arab 5 . Namun mereka cenderung polemis dan terlampau memihak agama Kristen, sehingga usaha awal yang mereka lakukan untuk

memasuki dunia menhuan yang tertutup dan sedikit dikenal itu, meskipun pantas dihargai dan sering menarik, sebenarnya tidak sesuai dengan patokan-patokan pengetahuan ilmiah modern. Para misionaris mampu mendeskripsikan tempat ziarah dan bahkan membahas sejarahnya dengan

baik, dengan bantuan sumber-sumber Tionghoa 6 . Namun topik yang menarik kita di sini, yaitu bagaimana ziarah itu dijalankan, luput dari

perhatian mereka. Sebagai misionaris, mereka cenderung bersikap kaku dan dogmatis, dan tidak dapat menilai dengan baik ekspresi religius traditional apa pun selain Kristen. Di samping itu pengetahuan mereka tentang Islam didapatkan secara singkat dan otodidak, sehingga mereka

beretnis “Hui” berdasarkan agama Islam yang mereka peluk. Penduduk berbahasa Turkik dan Parsi dari Xinjiang (Sinkiang), yang juga berjumlah 8,5 juta, dikelompokkan dalam kategori yang berbeda berdasarkan identitas kultural dan linguistik mereka. Untuk mereka, Islam dianggap sebagai satu ciri etnis tambahan.

5 Mengenai penyebaran ajaran injil misionaris Protestan khusus di tengah kaum muslim Tionghoa, lihat Aubin (1991).

6 Karya utama dan bahkan klasik tentang hal itu, meskipun berisi sejumlah kesalahpahaman, adalah tulisan Joseph Trippner (1899-1970), seorang misionaris

Katolik dari Societas Verbi Divini (SVD, suatu kongregasi Jerman dari Steyl), yang telah bertugas di daerah Gansu sepanjang tahun 1930-an dan Qinghai tahun 1940- an, yaitu Trippner 1961. Tulisan-tulisan para misionaris Protestan tersebar di berbagai buletin dengan peredaran sangat terbatas serta dalam berbagai majalah misonaris populer berbahasa Inggris (lihat daftar pustaka dalam Aubin 1991). Surat-surat yang menarik isinya oleh dua misionaris Protestan dimuat dalam Fletcher 1986.

Françoise Aubin

cenderung menganggap ritus-ritus sufi sebagai penyimpangan, jika dilihat dari peraturan peribadatan yang ada dalam kitab suci.

Di Tiongkok zaman pra-revolusi, ketertutupan itu sejalan dengan kecurigaan penegak ortodoksi Konfusius resmi. Setiap kepercayaan yang dicap menyimpang terancam dibubarkan. Ajaran sufi, yang merupakan kenyataan hidup di masyarakat, terbuang dalam gerakan di bawah tanah. Maka aliran sufi tetap berciri esoteris/tertutup sampai tahun 1980-an, ketika pemerintah komunis Tionghoa merenggangkan pengawasannya. Kini tulisan-tulisan tentang Islam Tionghoa sudah terbit dalam jumlah yang makin besar dan dengan dukungan resmi dari pemerintah, yang ingin memberikan kesan keterbukaan kepada pemasok-pemasok minyak dari Timur Tengah. Tulisan-tulisan pengantar tentang sistem menhuan pada umumnya ditulis oleh murid-murid sufi, yang dididik di salah satu menhuan atas prakarsa sendiri atau oleh orang tua mereka. Izin untuk

penelitian oleh orang asing juga dikeluarkan dengan mudah 7 . Sekarang pengetahuan sepotong-potong warisan misionaris dari permulaan

abad ke-20 sudah berubah menjadi jaringan pengetahuan yang koheren. Namun, sekali lagi, lokasi tempat ziarah, bentuk dan sejarahnya tetap diperikan secara lebih lengkap daripada ritus-ritus ziarah. Penyebabnya adalah karena sikap luwes dari Republik Rakyat Tiongkok memang tidak mencakup kepercayaan-kepercayaan yang dicap “takhayul” itu. Apalagi kebanyakan organisasi Islam resmi di RRC adalah kelompok fundamentalis Ikhwan yang dengan penuh semangat dan dengan dukungan pemerintah mempromosikan suatu ragam Islam bersifat Arab dan berciri formalis/- harafiah untuk menggantikan ragam Islam Persia versi sufi yang sudah ditionghoakan itu, yang dominan pada abad-abad yang lalu. Bagi aliran ini, seandainya terlihat adanya sedikit saja pengaruh Syiah atau ajaran heterodoks lainnya, sudah dianggap cukup untuk memvonis negatif sufisme rakyat. Sebenarnya terdapat juga ritus yang diperikan dengan baik, namun berupa ritus berlebih-lebihan, karena diketahui menurut laporan- laporan tuduhan waktu dilancarkan kampanye-kampanye penumpasan pada akhir tahun 1950-an.

Oleh karena alasan-alasan di atas, ketika menguraikan tradisi ziarah ke makam wali dalam Islam di Tiongkok, para ahli tidak dapat meng- harapkan menandingi keanekaragaman dan ketelitian dari rekan-rekan mereka yang meliputi daerah-daerah tetangganya.

7 Dru Gladney dengan tulisan-tulisan bermutu tinggi yang tersebar dari tahun 1987 dan 1991, menyajikan hasil dari 27 bulan penelitian di lapangan antara tahun 1983

dan 1986.

Tiongkok 507

Peta daerah sufi di Tiongkok dengan lokasi makam-makam keramat terpenting (menurut sebuah peta Tiongkok tahun 1980)

Françoise Aubin