Daerah Kunci dari Ekspansi Islam dan Kawasan Penaklukan Turkik
Daerah Kunci dari Ekspansi Islam dan Kawasan Penaklukan Turkik
Ketika tidak dibangun di atas tempat ziarah yang lebih lama, makam wali pada umumnya—terutama makam wali dari kalangan gh z dan sufi “penjajah”—didirikan di kawasan dan tempat yang mendukung strategi penjajahan dan ekspansi Islam. Makam tersebut acap terkait dengan rib t- rib t , sejenis benteng yang dibangun oleh orang-orang Arab di perbatasan
D r al-Isl m 140 untuk tujuan perang suci . Rib t ini berjumlah sangat besar, sedini zaman Samani, baik di Khurasan maupun di M var ’al-Nahr
(harfiah “di seberang sungai”, yaitu daerah yang dinamakan Transoxania oleh orang Yunani kuno). Rib t tersebut mengontrol rute-rute perdagangan
besar serta daerah lintas invasi 141 . Kendati rib t dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk primitif dari pondok sufi, fungsi awalnya bukanlah pusat
kegiatan mistis; namun semangat futuvva hadir juga di situ 142 . Salah satu rib t Samarkand, yaitu Rib t-i gh ziyy n (rib t orang gh zi) dinamakan
demikian karena dibangun dekat makam beberapa gh z . Rib t itu telah mengambil peran dalam peralihan orang Syiah kawasan itu ke aliran
Sunni 143 . Lebih ke Barat, rib t menjadi model untuk makam-makam (tekke) sufi penakluk dan pejuang di Anatolia dan Thracia 144 . Di daerah-daerah itu,
seperti pula di Azerbaijan dipakai juga istilah derbend (dari bahasa Persia darband ) untuk menyebut nama tempat tekke-tekke. Derbend adalah suatu
jalan sempit, di celah gunung, yang memiliki nilai strategis yang tinggi 145 . Kebanyakan pos pengawasan atau posisi tempur dari kaum gh z dan
darwis ‘penakluk’ ditempatkan di situ pada awal proses islamisasi. Beberapa abad kemudian di tempat-tempat yang sama ditemukan pondok- pondok sufi Bektasyi serta makam-makam wali pejuang dan syuhada.
139 Hasluck (1929, jil. II, hlm. 564-596); Evstratios Zenginê (1988, hlm. 175-230). 140 Lih. S. Trimingham (1971, hlm. 17-18, 167-168); M. Kiy n (1990, hlm. 65-67). 141 Lih. A.I. Dogan (1977, hlm. 88-91). Mengenai rib t di Iran, lihat Kiy n (1990,
hlm. 208-213). 142 Mengenai evolusi rib t di Bagdad dan perubahannya lambat-laun menjadi pusat
sufi (z wiyah, kh n qah atau tekke), seperti juga terjadi di dunia Turki, lihat J. Chabbi (1974, hlm. 101-121).
143 Lih. Muhammad ‘Abd al-Jal l Samarqand , Kandiyye dalam I. Afsh r (ed., 1988, hlm. 34-35).
144 Lih. F. Köprülü (1942, hlm. 267-278). 145 Mengenai kata asal Parsi ini dan pentingnya derbend di masa Usmani, lihat
M.Z. Pakalïn (1983, jil. I, hlm. 425); A.I. Dogan (1977, hlm. 92-95); C. Orhonoglu 1990.
Turki dan Asia Tengah 411
Salah satu contoh terbaik adalah makam Kïzïl Deli Sult n di Dimetoka, Yunani; tempat di mana makam itu berada juga disebut Büyük Derbend
(derbend besar) dan walinya dipanggil Kïzïl Deli Derbend 146 . Banyak kompleks pondok-makam aliran Bektasyiyah terletak di puncak bukit dan
pada masa lalu berfungsi sebagai pos pengawasan. Misalnya, kompleks Muhyidd n Abd l, di Çöke, dekat Kïrklareli di Thracia Timur, yang dibangun di atas suatu bukit berbatu bundar yang menjorok di atas daratan rendah Thracia. Demikian pula, beberapa makam Bektasyiyah Istanbul menempati puncak bukit-bukit yang mengatasi kota itu. Misalnya makam Syekh Bedredd n di Shehitler (“para syuhada”) berada di bukit Rumeli yang menjorok di atas Selat Bosphorus, dan makam-makam Sh h Kulu dan Gözcü B b (sesungguhnya orang yang sama) di atas bukit Erenler di
pinggiran kota Istanbul di sebelah Asia 147 . Mengenai tokoh Sh h Kulu alias Gözcü B b , kajian berbagai manakib dan tradisi lisan menunjukkan
bahwa wali tersebut sesungguhnya adalah kepala kelompok sufi yang ditugaskan oleh tentara Turki Usmani untuk mengawasi kota Byzantium yang belum menyerah. Nama lain dari Sh h Kulu, yaitu Gözcü B b , yang juga dijadikan wali oleh masa selanjutnya, sesungguhnya mengacu pada fungsi tokoh itu, yaitu tugasnya sebagai penjaga atau pengawas (gözcü
berasal dari kata kerja gözmek yang berarti melihat, mengawasi) 148 .