Mubalig, Sufi Penakluk, dan Syuhada
Mubalig, Sufi Penakluk, dan Syuhada
Wali besar pertama yang mewakili semangat jihad (ghaz vat) yang dibicarakan di atas, tak ayal lagi Satuq Qara Kh n (wafat 955), pendiri dinasti Qara-Khan, yang dikenal dalam semua wiracerita dengan nama Satuq Bughra Kh n. Makamnya terletak dekat kota Kashgar. Turkistan Timur mempunyai beberapa wali-gh z lainnya, seperti Afaq Khv ja (harfiah “Hidayat Allah”), yang juga di Kashgar, serta Arshuddin di Kucha. Dapat juga disebut makam Aq Taylaq At di Kirghiztan dan Khan Eset di Kazakhstan, dua wali yang berjuang melawan kaum Buddhis Jungar pada awal abad ke-18. Di Kashgar, Ya'q ūb Kh n juga tetap diziarahi. Sebagai pendiri Kerajaan Kashgari pada pertengahan abad ke-19,
dia telah berjuang dengan gigih melawan Russia dan Tiongkok 104 . Oleh karena itu, dia dijuluki “penjaga iman” (At liq gh z ). Di Anatolia, pada
waktu ekspansi Turki ke Asia Kecil (ujung Barat Anatolia), wiracerita Turki meminjam kisah-kisah pejuang Arab melawan kekaisaran Byzan- tium, dan menyesuaikannya dengan latar belakang kultural dan religius
(kadang-kadang heterodoks) yang khas Turki 105 . Yang paling terkenal adalah Ab ū Ayyūb al-Ansh r , pembawa panji Nabi Muhammad, yang
gugur di depan kota Byzantium pada abad ke-7. Beberapa abad kemudian, orang Turki membangun suatu makam untuknya di suatu daerah Istanbul yang diberi namanya. Makam itu adalah tempat ziarah yang paling populer di seluruh Turki. Wali besar kedua, yang kemudian diangkat menjadi wali tarekat Bektasyiyah, adalah Seyyid Battal Gazi. Makamnya dikelilingi suatu pondok dan beberapa rumah, berada di atas suatu bukit yang
menjulang tinggi di daratan Anatolia, tidak jauh dari Eskishehir 106 . Ada juga beberapa makam pejuang Arab yang kurang dikenal, seperti Hüseyin
Gazi, dekat Ankara, dan Sidi Gazi di Eskishehir 107 . Di Thracia, beberapa pemimpin perang, yang disebut dengan nama sebutan Akïncï,
meninggalkan bekas dalam sejarah, cerita rakyat, dan bahkan nama tempat lokal. Mereka membentuk kelompok keturunan Evrenos, Malkoç, dan M h l. Seorang gh z lainnya, yang lebih terkenal lagi, dan yang diadopsi oleh tradisi Bektasyiyah dengan nama Kïzïl Deli Sultan, adalah Seyyid Al Sult n, yang dimakamkan dekat kota Yunani Dimetoka/Didimotichon, yang sekarang terletak di perbatasan antara Yunani Utara dan Bulgaria.
104 Lih. M. Hamada (1978, hlm. 79-105); Bennigsen & Lemercier-Quelquejay (1986, hlm. 207-215); G. Järring (1986, hlm. 187-195); Th. Zarcone (1996b).
105 A.Y. Ocak (1984, hlm. 18).
I. Mélikoff, “al-Battal (Sayyid Battal Gh z )”, dalam Encyclopédie de l'Islam, edisi ke-2, jil. I, hlm. 1137; H. Köksal (1984).
107 Lih. F.W. Hasluck (1929, jil. II, hlm. 504, 510).
Turki dan Asia Tengah 403
Makamnya berada di tengah sebuah pondok sufi Bektasyiyah. Pondok itu adalah salah satu pondok yang terbesar dan paling berpengaruh dalam
sejarah tarekat itu 108 . Di antara para sufi pejuang dan penakluk, minat mistik, dengan
kecenderungan sufi—yang lebih luas artinya dan tidak selalu mistis— sesungguhnya mengungguli semangat jihad (Ghaz vat). Tujuan utama golongan ini adalah membawa penduduk negeri taklukan baru memeluk agama Islam, serta memperkuat kedudukan agama tersebut. Sufi pejuang dan penakluk yang paling terkenal adalah mereka yang telah diabadikan
dalam wiracerita yang disusun oleh murid-murid mereka 109 . Sudah saya bicarakan di atas perihal Sarï Saltuk, yang memiliki tidak kurang dari tujuh
makam yang tersebar di antara Albania dan Anatolia Timur 110 . Harus juga disebut Haji Bektasy dan muridnya Hacïm Sult n yang memilih menetap di
tengah suku-suku pengembara Turkmen di propinsi Germiyan. Murid Haji Bektasy berjumlah sangat besar dan mereka merupakan sebagian besar dari sufi “penakluk” di atas. Yang lain terkait dengan berbagai aliran yang serupa satu sama lainnya. Ada yang dekat kelompok B b ’ . Ada pengikut Otm n B b , seorang tokoh penting dari tarekat Bektasyiyah dan aliran
Alawi Bulgaria yang dimakamkan di Haskoy/Haskovo di Bulgaria 111 . Ada juga pengikut Abdal Musa yang mendampingi Sultan Orhan Gaz ketika
merebut kota Bursa pada awal abad ke-14. Kajian-kajian sejarah ekonomi telah meningkatkan pengetahuan kita tentang dimensi yang sesungguhnya dari gerakan religius ini, melalui studi terhadap sensus pertanahan dan sensus penduduk yang dilaksanakan pada abad ke-16. Kita melihat bahwa kumpulan-kumpulan keluarga di sekitar kompleks-kompleks pondok/ makam—yang wali pendirinya bisa jadi seorang pejuang yang memimpin gerak migrasi, atau seorang tetua simbolis—bertambah secara drastis pada waktu itu, hingga menjadi desa yang sesungguhnya. Misalnya, tercatat pada abad ke-16 tidak kurang dari 623 pondok di Anatolia dan 205 di Rumelia. Nama-nama pondok-pondok itu adalah saksi nyata dari
hubungannya dengan sufi-sufi penakluk 112 . Semangat jihad (ghaz vat) tetap bertahan di Asia Tengah sebagai
akibat dari perkembangan politik baru: Kazan jatuh pada tahun 1552 dan bangsa Tatar tunduk pada Russia. Russia kemudian melanjutkan ekspansinya secara bertahap ke Kaukasus pada akhir abad ke-18 dan ke
108 Mengenai makam dan tekke, lihat Tzannis & Zarcone (1992-93, hlm. 31-32). 109 Lihat ringkasan isi wiracerita jenis ini dalam A.Y. Ocak (1983, hlm. 3-17). 110 Lih. G.M. Smith (1982, hlm. 219-220). 111 Th. Zarcone (1992d, hlm. 6-9). 112 Lih. Ö.L. Barkan (1942).
Thierry Zarcone
Turkistan pada abad ke-19. Dua perang jihad dilancarkan melawan Russia oleh syekh-syekh Naqsybandiyah, yang pertama di bawah pimpinan Imam Mansur, antara tahun 1785 dan tahun 1791, dan yang kedua di bawah pimpinan Ghazi Muhammad, Hamza Bey dan Imam Sy mil, antara tahun 1824 dan 1859. Jihad itu menambah jumlah suhada di kalangan Islam Kaukasus. Perang itu disusul oleh berbagai tindakan penindasan pada akhir abad ke-19, dan, di bawah rezim Soviet pemberontakan, pemberantasan, dan deportasi penduduk bersusulan satu sama lainnya sampai tahun 40-
an 113 . Makam-makam para syuhada itu masih sangat dihormati oleh bangsa-bangsa Kaukasus. Dapat disebut umpamanya makam Uzun Hajji,
makam ibu Kunta Hajji, makam Hajji Indiri, Umalat Syekh, Kirklar, Hajji Murat, dan lain-lain. Di Turkmenistan, pemberontakan di lembah Chirchik pada tahun 1872, pertempuran Goktepe pada tahun 1879-1881, serta pemberontakan daerah Ferghana di Transoxania pada tahun 1898, telah menambah pula jumlah syuhada. Salah satu yang paling diagungkan adalah
sufi Kurban Murat, yang dimakamkan di Goktepe di Turkmenistan 114 . Pada tahun 1925, ketika rezim baru Kemal Atatürk mengeluarkan
undang-undang yang menghapuskan tarekat-tarekat dan melancarkan suatu kampanye antiagama yang sangat keras, banyak orang juga ditahan dan bahkan dihukum mati. Tokoh agama atau tokoh sufi yang ditindas atau dibunuh selama periode sejarah Turki ini, juga dianggap sebagai wali dan
makam mereka juga dijadikan obyek ziarah yang sangat ramai 115 . Manakib- manakib jenis baru yang terbit belakangan ini memberikan gambaran
tentang dampak tradisi itu. Dapat disebut misalnya kasus Abdülhakim Arvasi, yang ditahan setelah peristiwa kontra revolusi Menemen (1930)
dan dimakamkan di Ankara 116 , serta kasus Esat Efendi, yang meninggal di penjara sebagai akibat peristiwa yang sama 117 .