Penanggulangan Bencana Peningkatan Kapasitas Tata Kelola, Kelembagaan, dan

1-32 memanfaatkan dan mengelola potensi lokal, untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara yang berdaya saing; c. Pembangunan konektivitas simpul transportasi utama Pusat Kegiatan Strategis Nasional PKSN dengan lokasi prioritas Kecamatan disekitarnya, Pusat Kegiatan Wilayah Ibukota Kabupaten, Pusat Kegiatan Nasional Ibukota Provinsi. Untuk kawasan perbatasan laut, pelayanan transportasi laut perlu peningkatan kualitas dan intensitas pelayanan. Konektivitas simpul transportasi juga didorong untuk menghubungkan dengan negara tetangga. Membuka akses transportasi darat, sungai, laut, dan udara di dalam Lokasi Prioritas Lokpri dengan jalanmodadermaga non status dan pelayanan keperintisan; d. Transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu Costum, Immigration, Quarantine, Security CIQS menjadi satu sistem pengelolaan yang terpadu; e. Peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana- prasarana pengamanan perbatasan laut dan darat, serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam mengamankan batas dan kedaulatan negara; f. Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui Pra- investigation, refixation, maintenance IRM, pelaksanaan IRM, penataan kelembagaan diplomasi perundingan yang didukung oleh kelengkapan datapeta dukung dan kapasitas peran dan fungsi kelembagaan yang kuat; dan g. Peningkatan kerjasama perdagangan Border Trade Aggreement dan kerjasama pertahanan dan keamanan batas wilayah dengan negara tetangga.

1.4.4. Penanggulangan Bencana

Untuk mengantisipasi risiko bencana yang sudah ada dan yang berpotensi dimasa yang akan datang bila tidak dikelola diminimalisasi akan dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran dari pembangunan yang sudah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka arah kebijakan didalam penanggulangan bencana adalah 1 mengurangi risiko bencana; dan 2 meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana adalah sebagai berikut.

1 Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka

pembangunan berkelanjutan di pusat dan daerah, melalui: 1-33 a. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan; b. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada kabupaten sasaran dan skala 1:25.000 untuk kota sasaran. c. Pemanfaatan kajian dan peta risiko bagi penyusunan Rencana Penanggulangan RPB Bencana KabKota dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana RAD PRB, yang menjadi referensi untuk penyusunan RPJMD KabKota. d. Integrasi kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan dan review RTRW ProvinsiKabupaten Kota. e. Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencana di pusat dan daerah; f. Penyusunan rencana kontinjensi pada kabupatenkota sasaran sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat dalam menghadapi bencana. 2 Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, melalui: a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan. b. Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi. c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra pembangunan, Organisasi Masyarakat Sipil OMS, dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat. d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi. e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di daerah rawan bencana alam. f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana. 3 Peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana, melalui: a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah. b. Meningkatkan koordinasi antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana. c. Penyediaan sistem peringatan dini bencana kawasan risiko tinggi serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik. 1-34 d. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. e. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. f. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan sheltertempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu- rambu evakuasi menghadapi bencana, yang difokuskan pada kawasan rawan dan risiko tinggi bencana. g. Membangun dan memberikan perlindungan bagi prasarana vital yang diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban pada situasi darurat dan pasca bencana. h. Melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas dan ekonomi lokal melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana untuk mendukung Gerakan Desa Hebat. i. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan pusat logistik kebencanaan di masing-masing wilayah pulau yang dapat menjangkau wilayah yang terkena bencana dengan cepat. j. Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan risiko bencana di daerah. 1.4.5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional Untuk mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan wilayah, diperlukan landasan utama pembangunan, yaitu: penataan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang ditujukan untuk pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Acuan untuk pengembangan tata ruang wilayah nasional mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Adapun arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah sebagai berikut: a Kebijakan terkait pengembangan struktur tata ruang:  peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;  peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. 1-35 b Kebijakan terkait pengembangan pola ruang:  pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup  pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup  pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;  pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;  pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;  pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.  Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu RPDAST yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan. Strategi yang diuraikan di bawah hanya mencakup strategi untuk pengembangan struktur ruang khususnya terkait dengan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasaran; dan strategi untuk pengembangan pola ruang khususnya pengembangan kawasan lindung, dan strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan strategi untuk pengembangan kebijakan lainnya dipertimbangkan dalam perumusan pengembangan strategi-strategi pengembangan kawasan strategis, daerah tertinggal, daerah perbatasan, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Untuk melaksanakan arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional tersebut, maka strategi pengembangan tata ruang wilayah sebagai berikut:

1. Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan

Prasarana, meliputi: a meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;