3-40
3.5.5 Penataan Ruang Wilayah Maluku
A. Arah Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kepulauan Maluku
1. Kebijakan mewujudkan struktur ruang wilayah Kepulauan
Maluku melalui kawasan permukiman perkotaan yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana dengan sistem jaringan prasarana
yang handal serta memperhatikan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu RPDAST yang sudah disahkan.
2. Kebijakan mewujudkan sistem jaringan prasarana yang handal
berbasis Gugus Pulau serta kawasan permukiman perkotaan yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana meliputi:
a. Pengendalian perkembangan kawasan permukiman perkotaan
yang berada di kawasan rawan bencana; b.
Pengembangan jaringan transportasi untuk membuka keterisolasian wilayah;
c. Pengembangan jaringan jalan yang terpadu dengan jaringan
transportasi penyeberangan, pelabuhan, dan bandar udara berbasis Gugus Pulau; dan
d. Pengembangan serta rehabilitasi prasarana dan sarana
mitigasi dan adaptasi bencana. 3.
Kebijakan mewujudkan lumbung ikan nasional yang berkelanjutan melalui pengembangan dan rehabilitasi kawasan
perikanan tangkap dan perikanan budi daya sebagai kawasan minapolitan.
4. Kebijakan mewujudkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis
minyak dan gas bumi lepas pantai, perkebunan, serta kehutanan yang berkelanjutan dengan memperhatikan ekosistem Wilayah
Pesisir dan Pulau Kecil meliputi: a.
Pengembangan dan rehabilitasi sentra perkebunan; dan b.
Pengendalian dan rehabilitasi sentra pertambangan mineral. 5.
Kebijakan mewujudkan Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan negara dan pintu gerbang internasional yang berbatasan
dengan Negara Timor Leste, Negara Australia, dan Negara Palau meliputi:
a. Percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan
pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup; dan
b. Pemertahanan eksistensi PPKT sebagai titik-titik garis pangkal
Kepulauan Indonesia.
3-41
6. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional KSN
meliputi: a.
Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
b. Pengembangan KSN untuk mendukung Kepulauan Maluku
sebagai lumbung ikan nasional;
B. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kepulauan Maluku
I. Struktur Ruang Wilayah
1. Strategi pengembangan jaringan transportasi untuk membuka
keterisolasian wilayah, dilakukan dengan: a.
Mengembangkan jaringan transportasi antarmoda yang menghubungkan Pulau Kecil berpenghuni dengan kawasan
perkotaan nasional; dan b.
Mengembangkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan dermaga di Pulau Kecil berpenghuni.
2. Strategi pengembangan jaringan jalan yang terpadu dengan
jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan, dan bandar udara berbasis Gugus Pulau, dilakukan dengan:
a. Mengembangkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan
lintas penyeberangan pada pulau-pulau dalam Gugus Pulau; dan b.
Mengembangkan jaringan jalan yang terpadu dengan pelabuhan dan bandar udara.
3. Strategi pengembangan serta rehabilitasi prasarana dan sarana
mitigasi dan adaptasi bencana yaitu dengan mengembangkan dan merehabilitasi prasarana dan sarana yang adaptif terhadap
dampak bencana tanah longsor, gelombang pasang,banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami.
Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015- 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.9.
3-42 TABEL 3.9
PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN KEPULAUAN MALUKU 2015-2019
Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN
PKN PKW
PKSN Maluku
Ambon IC1 Masohi IC1
Saumlaki IA2
Werinama IIC2
Ilwaki IIA2 Kairatu IIC1
Dobo IIA2 Tual IIC1
Namlea IIC1 Wahai IIB
Bula IIB
Maluku Utara
Ternate IC1
Tidore IC1 Daruba IA2
Tobelo IIC2 Labuha IIC1
Sanana IIC2
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014
II. Pengembangan Kawasan Lindung
1. Strategi penetapan dan pelestarian kawasan konservasi di laut
yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi meliputi: a.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam pada kawasan yang termasuk dalam Segitiga Terumbu Karang yang memiliki
keanekaragaman hayati tinggi; b.
Mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya dan transportasi perairan yang berpotensi merusak fungsi ekologis
kawasan konservasi di laut. 2.
Strategi pengendalian wilayah perairan di sekitar Koridor Ekosistem meliputi mengendalikan perkembangan kegiatan budi
daya dan aktivitas transportasi pada Koridor Ekosistem. 3.
Strategi mempertahankan luasan dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi meliputi:
a. Melestarikan kawasan suaka alam dan pelestarian alam dalam
kesatuan Gugus Pulau; dan b.
Mempertahankan luasan dan merehabilitasi kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya.
3-43
c. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan
berbasis DAS; d.
Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi
tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya. 4.
Strategi pengembangan dan rehabilitasi kawasan perikanan tangkap dan perikanan budi daya sebagai kawasan minapolitan
meliputi: a.
Mengembangkan Kawasan Andalan dengan sektor unggulan perikanan sebagai kawasan minapolitan yang berkelanjutan;
mempertahankan, memelihara, dan merehabilitasi ekosistem terumbu karang dan kawasan pantai berhutan bakau sebagai
kawasan pemijahan ikan, udang, danatau hasil laut lainnya yang potensial; dan
b. Meningkatkan keterkaitan sentra produksi perikanan dengan
kawasan perkotaan nasional. 4.
Strategi pengendalian perkembangan kawasan permukiman perkotaan yang berada di kawasan rawan bencana, dilakukan
dengan: a.
Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan permukiman perkotaan dan kawasan budi daya terbangun yang berada
dikawasan rawan bencana tanah longsor, gelombang pasang, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami; dan
b. Mengendalikan alih fungsi dan merehabilitasi kawasan pantai
berhutan bakau di kawasan perkotaan nasional.
III. Pengembangan Kawasan Budidaya
1. Strategi pengembangan dan rehabilitasi sentra perkebunan
dilakukan dengan mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan hasil perkebunan.
2. Strategi pengendalian dan rehabilitasi sentra pertambangan
mineral, dilakukan dengan: a.
Merehabilitasi sentra
produksi komoditas
unggulan pertambangan mineral dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup; dan b.
Mengendalikan perkembangan
kawasan peruntukan
pertambangan mineral yang berpotensi merusak lingkungan dan mengancam keberadaan Pulau Kecil.
3. Strategi untuk percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan
dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan
3-44
masyarakat, serta
kelestarian lingkungan
hidup dengan
mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, dan simpul transportasi,
serta pusat promosi dan pemasaran ke negara yang berbatasan;
4. Strategi untuk pemertahanan eksistensi PPKT sebagai titik-titik
garis pangkal
Kepulauan Indonesia
meliputi dengan
mengembangkan prasarana
dan sarana
transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke PPKT
berpenghuni di Pulau Panambulai, Pulau Larat, Pulau Selaru, Pulau Marsela, Pulau Meatimiarang, Pulau Letti, Pulau Kisar, Pulau Wetar,
dan Pulau Liran.
IV. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional KSN dikembangkan 3 tiga KSN yang mendukung pengembangan wilayah di
Kepulauan Maluku. Strategi pengembangan KSN di Kepulauan Maluku dapat dilihat pada Tabel 3.10.
TABEL 3.10 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
DI KEPULAUAN MALUKU
KSN Tipe
Strategi KL
1 Kawasan
Perbatasan Maluku
Sudut Kepentingan
Pertahanan dan Keamanan
Mengembangkan prasarana dan
sarana pertahanan dan keamanan yang
mendukung kedaulatan dan
keutuhan batas wilayah negara di
Kawasan Perbatasan Maluku, Kawasan
Perbatasan Maluku Utara-Papua Barat
- Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
PU
- BNPP
- Kementerian
Pertahanan
2 Kawasan
Perbatasan Maluku
Utara-Papua Barat
3 Kawasan
Laut Banda Sudut
Kepentingan Pendayagunaan
Sumberdaya Alam
Mengembangkan Kawasan Laut Banda
sebagai Lumbung Ikan Nasional
dengan memperhatikan
kelestarian keanekaragaman
hayati -
Kementerian Agraria dan
Tata Ruang PU
- Kementerian
Kelautan dan Perikanan
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014.
3-45
3.5.6 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah