Pelaksanaan Otonomi KhususDaerah Istimewa

1-43 hibah, pinjaman, dan skema obligasi; dan iv Meningkatkan persentase belanja modal terhadap total belanja daerah. b. Meningkatnya sistem pengelolaan keuangan daerah melalui penerapan e-budgeting. Strategi yang dilakukan adalah: i Tersedianya dokumen panduan penerapan e-budgeting, ii Tersedianya sistem aplikasi e-budgeting bagi pemerintah daerah; dan iii Meningkatkan persentase jumlah daerah yang menerapkan e-budgeting.

4. Pelaksanaan Otonomi KhususDaerah Istimewa

Adapun arah kebijakannya adalah penguatan pelaksanaan Otonomi Khusus bagi kemajuan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan yang ditempuh antara lain adalah: a Evaluasi pelaksanaan otonomi khusus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan pelaksanaan otsus; b penyusunan regulasi mengenai otsusdaerah istimewa; c Penerbitan regulasi daerah dalam rangka pemantapan sistem tata kelola pemerintahan yang baik; d Penyusunan NSPK dalam rangka penguatan kelembagaan badan percepatan pembangunan kawasan Papua dan Papua Barat; dan e Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat di wilayah otsusdaerah istimewa. Secara ringkas, Pembangunan Indonesia diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Membangun dari pinggirian harus dipahami dalam perspektif yang utuh, yakni sebagai afirmasi untuk mendorong kegiatan ekonomi yang selami ini kurang diprioritaskan pemerintah. Kegiatan ekonomi dalam wujud wilayah perdesaanperbatasandaerah tertinggal, sektor pertanian, pelaku usaha mikro dan kecil. Atau karakter aktivitas ekonomi tradisional. Sehubungan dengan hal tersebut pembangunan perlu dimulai dengan meletakan dasar-dasar kebijakan desentralisasi asimetris yaitu dengan melaksanakan kebijakan keberpihakan affirmative policy kepada daerah-daerah yang saat ini masih tertinggal, terutama a kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar; b daerah tertinggal dan terpencil; c desa tertinggal; d daerah-daerah yang kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik, seperti yang telah diuraikan di atas. Secara konseptual, 1-44 pembangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.9. GAMBAR 1.9. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Sumber : Agenda Prioritas III NAWA CITA, 2014

1.5. Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah

1.5.1. Sinergi Pusat-Daerah dan Kerjasama Antardaerah

Salah satu faktor terpenting dalam sinergi pusat dan daerah adalah terwujudnya sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang dirumuskan perlu memperhatikan dan menampung aspirasi daerah, serta mengutamakan penyelesaian permasalahan secara nyata di daerah. Selain itu, sinergi kebijakan juga dimaksudkan agar pemerintah daerah mampu memahami