2-4 ekor di tahun 2012. Secara umum, jumlah populasi untuk ternak,
sebagian besar terdapat di Provinsi Papua dibandingkan di Provinsi Papua Barat.
Potensi perikanan dan kelautan di Wilayah Pulau Papua sangat melimpah. Wilayah Papua memiliki territorial perairan yang luas
sekaligus memiliki potensi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu
sektor unggulan di Provinsi Papua sumber Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu sektor ini mempunyai peluang yang
sangat luas untuk terus dipacu perkembangannya. Sebagian besar produksi perikanan terdiri dari perikanan tangkap laut yang
berada di Provinsi Papua. Selain itu terdapat juga potensi perikanan budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung
dan sawah mina padi. Sementara itu, perikanan budidaya laut terbesar terdapat di Provinsi Papua Barat, sedangkan untuk
perikanan budidaya kolam terbesar berada di Provinsi Papua.
Selain pengembangan sektor primer, Wilayah Papua juga memiliki beberapa potensi untuk pengembangan sektor sekunder
dan tersier. Di sektor sekunder, untuk meningkatkan nilai tambah sektor unggulan, wilayah Papua memiliki potensi untuk didirikan
industri pengolahan sektor unggulan industri hilir terutama industri buah merah, kakao dan kelapa, industri pengolahan
turunan hasil pertanian dan perikanan serta industri pertambangan, minyak dan gas. Sementara di sektor tersier,
dapat dikembangkan sektor pariwisata terutama wisata alam, bahari dan budaya yang merupakan tujuan wisatawan
mancanegara maupun wisatawan lokal yang salah satunya terdapat di Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.
2.3. Tema Pengembangan Wilayah Papua
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Papua, maka tema
besar pembangunan Wilayah Papua sebagai:
Percepatan pengembangan industri berbasis komoditas lokal yang
bernilai tambah di sektorsubsektor pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan;
Percepatan pengembangan ekonomi kemaritiman melalui
pengembangan industri perikanan dan parawisata bahari;
Percepatan pengembangan pariwisata budaya dan alam melalui pengembangan potensi sosial budaya dan keanekaragaman hayati;
2-5
Percepatan pengembangan hilirisasi industri pertambangan, minyak, gas bumi, emas, perak, dan tembaga;
Peningkatan kawasan konservasi dan daya dukung lingkungan untuk
pembangunan rendah karbon; serta
Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan
masyarakat;
Pengembangan kawasan ekonomi inklusif dan berkelanjutan
berbasis wilayah kampung masyarakat adat, melalui percepatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia Papua yang mandiri,
produktif dan berkepribadian.
2.4. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua
Tujuan pengembangan Wilayah Papua tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua melalui percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua dengan
menekankan keunggulan dan potensi daerah yang berbasis kesatuan adat melalui: a pemenuhan kebutuhan dasar dan ketahanan hidup yang
berkelanjutan, serta pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan perumahan rakyat yang terjangkau, berkualitas, dan layak, b
pengembangan kemandirian ekonomi berkelanjutan berbasis wilayah adat khususnya di Provinsi Papua melalui pengembangan industri kecil
dan menengah dibidang pertanian berbasis komoditas lokal, yaitu kakao, kopi, buah merah, karet, sagu, kelapa dalam, kacang tanah, ubi, sayur dan
buah-buahan, serta komoditas non lokal yaitu padi, jagung, kedelai, dan tebu; pengembangan perkebunan dan pertanian tanaman non-pangan
seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; pengembangan peternakan yaitu sapi dan babi, Pengembangan kemaritiman yaitu industri perikanan dan
pariwisata bahari; pengembangan potensi budaya dan lingkungan hidup, yaitu pariwisata budaya, cagar alam dan taman nasional; dan
pengembangan hilirisasi komoditas minyak, gas bumi dan tembaga. c penyediaan infrastruktur yang berorientasi pelayanan dasar masyarakat
maupun peningkatan infrastruktur yang berorientasi pengembangan investasi dan pengembangan komoditas, serta d peningkatan SDM dan
Ilmu dan teknologi secara terus-menerus.
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Papua pada tahun 2015- 2019 adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi
Wilayah Papua, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah,
termasuk diantaranya adalah pengembangan 2 kawasan ekonomi
2-6 khusus, 1 kawasan industri, pengembangan 5 kawasan adat dan
pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya.
2. Sementara itu, untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah di
Wilayah Pulau Papua, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat
terentaskan dengan sasaran outcome: a meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di
tahun 2019; b menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi rata-rata 22,63 persen di tahun 2019; c
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia IPM di daerah tertinggal sebesar rata-rata 61,40 pada tahun 2019.
3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan
di Papua, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat
pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional PKN sekaligus sebagai pendukung
pengembangan kawasan perbatasan negara.
4. Sesuai dengan amanat UU 62014 tentang Desa, maka akan
dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau meningkatnya
jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa.
5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat-
pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW atau Pusat Kegiatan Lokal PKL.
6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman
depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional PKSN sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
7. Untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Wilayah Papua
ditunjukkan dengan: 1 Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10 persen untuk propinsi dan 7 persen
untuk kabupatenkota; 2 Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35 persen dan untuk KabupatenKota
sebesar 35 persen pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; 3 Meningkatnya jumlah daerah yang
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian WTP sebanyak 2 provinsi dan 20 kabupatenkota di wilayah Papua; 4 Meningkatnya
kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50 persen dan S2-S3 sebesar 5 persen; 5
Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen
2-7 pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh
wilayah Papua sebesar 30 angkatan; 6 Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan
pendanaan pelaksanaan
otsus; 7
Terlaksananya sinergi
perencanaan dan penganggaran di wilayah Papua dengan proyek awal Provinsi Papua; 8 Meningkatnya implementasi pelaksanaan
SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; 9 Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 40
persen; 10 Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; 11
terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Papua; 12 Terlaksananya penguatan
kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat.
8. Sasaran penanggulangan bencana di Wilayah Papua adalah
mengurangi Indeks Risiko Bencana pada 10 kabupatenkota sasaran Kota Jayapura, Kota Sorong, Kota Manokwari, Kabupaten Merauke,
Sarmi, Yapen, Nabire, Raja Ampat, Teluk Bintuni dan Biak Numfor yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi
sebagai PKN, PKW, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Papua semakin meningkat. Hal ini
dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Papua terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,9 persen 2013
menjadi 2,6 persen 2019. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah
Papua. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Papua dapat
dilihat pada Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3 sebagai berikut.
TABEL 2.1 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019 Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi Persen 2015
2016 2017
2018 2019
Papua Barat 7.9
10.3 14.7
16.4 16.6
Papua 14.1
15.0 16.7
17.6 17.7
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
2-8
TABEL 2.2 SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN
2015-2019 Wilayah
Tingkat Kemiskinan Persen 2015
2016 2017
2018 2019
Papua Barat 25.6
23.5 21.4
19.4 17.4
Papua 30.9
28.5 26.1
23.8 21.5
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 2.3 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Pengangguran Persen 2015
2016 2017
2018 2019
Papua Barat 5.1
4.8 4.6
4.3 4.1
Papua 3.4
3.2 3.1
3.0 2.8
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
2.5. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua